Disinilah tempatku. Banyak anak anak bernasib malang sepertiku. Tak punya ayah dan ibu. Ya, tempatku di Panti Asuhan Kasih Bunda.
“Yola, ayo bangun” aku menepuk nepuk pundak Yola yang masih tertidur. Aku tak membangunkannya dengan kasar, karena Yola terlahir sebagai anak yang lumpuh. Padahal, paras Yola lembut dan cantik. “Iya, udah pagi ya” Yola bangun dengan bantuanku. Lalu, aku mengambil kursi roda dan membantunya duduk di kursi rodanya. “Terimakasih Meli” ujarnya.
Esok harinya, di Panti Asuhan Kasih Bunda, ada anak baru yang dititipkan orangtuanya lagi. Kalau tidak salah namanya Yohana. Rambutnya berwarna pirang, dan putih. Tapi, ia tak bisa melihat. Ia buta. Aku merasa kasihan terhadapnya.
“Nama kamu siapa?” tanya Yola. “Yohana” jawab anak itu. Padahal, mata Yohana indah. Sayangnya buta. Dengan tongkatnya, Yohana pergi menuju dapur dan mengambil air putih. “Kasihan ya” ucapku. “Iya” jawab Yola.
Saat malam hari, waktu untuk anak anak Panti beristirahat. Kebetulan, aku dan Yola sekamar dengan Yohana. Yohana tidur di ranjang paling pojok. Saat kami akan menutup mata, tiba tiba ada orang yang mengetuk pintu kamar. Aku membukakannya, dan ternyata itu adalah ibu Panti. “Ibu Shelly, ada apa?” tanyaku sopan. “Meli, maaf mengganggu istirahatmu. Karena di kamarmu masih terdapat 1 ranjang, apa boleh Naina tidur di kamarmu? Karena kamarnya sudah penuh dan ada sedikit masalah” jelas ibu Panti. “Oh tidak apa apa, silahkan” dan akhirnya, Naina tidur di kamarku sekarang. Naina itu tunarungu, jadi aku harus belajar bahasa kode kode.
Sore harinya, aku, Yola, Yohana dan Naina berkumpul. Semakin lama, semakin akrab kami menjadi sahabat dan saudara, walaupun ada perbedaan dalam kami. Misalnya, Yola adalah anak yang lumpuh, Yohana buta, sedangkan Naina tunarungu. Aku normal sendiri di antara mereka, jadi aku harus membantu mereka. Walaupun sekarang kami diasuh oleh orang tua yang mengadopsi kami, tapi kalian tetaplah sahabat yang akan kukenang untuk selamanya. Terimakasih kawan!!!