Suatu siang di dalam hutan, hiduplah seekor ular. “Ular.” sapa siput. “Ehh.. Siput, kenapa?” balas ular. “ular besok adalah hari ulang tahunku, kamu datang yah.” “siap siput” Siput mengajak ular ke ulantahunya dan ularpun setuju untuk pergi.
Keesokan harinya ular pergi mencari hadiah untuk siput, dalam perjalanannya untuk mencari hadiah, ular ketemu dengan tupai. “Eh Ular, mau kemana tuh?” tanya tupai. “Tupai, kawanku, aku mau cari hadiah nih” “untuk siapa ular?” “untuk siput” “kenapa kamu mau kasih hadiah untuk siput?” tanya tupai “Tupai hari ini adalah ulang tahun siput.” “ulang tahun siput? Kok siput tidak mengajakku?” cakap Tupai dalam hatinya. “baiklah Tupai aku pergi dulu, aku buru-buru sih.”
Tupaipun kaget mendengar kalau hari ini ulang tahun siput, karena tupai tidak diajak ke ulang tahunnya siput, dan tupaipun mulai berlaku jahat.
“ular tunggu..!!” panggil tupai. “yah tupai.?” “ular kamu tidak tau, kalau siput itu agak…” “agak apa?” “siput itu agak berlendir dan licin” “lalu?” tanya ular. “jadi jika kamu ke pesta siput nanti badanmu yang cantik itu akan menjadi licin dan berlendir seperti siput!” “yang benar nih tupai.” “ia betul” “kalau gitu tidak jadi ah aku ke rumah siput.” “gitu dong ular” Akhirnya tupai berhasil menghasut ular untuk tidak pergi ke pestanya siput.
Keesokan harinya siput datang ke rumahnya ular. “ular. Ular..?” siput memanggil ular. “ia, eh siput ada apa?” “ular kenapa kamu kemarin tidak datang ke pestaku?” “siput aku minta maaf, sebenarnya aku tidak mau badanku ini menjadi berlendir dan licin sepertimu!” “ohh.. Jadi seperti itu ular, sampe hati engkau menganggapku seperti itu.” siput menjadi beraedih. “sudahlah siput aku minta maaf, kita kan teman.” “teman. Katamu?. Sampe hati ular” Siputpun pergi dari ular.
Saat beberapa jam ular menyadari kesalahannya atas perilakunya terhadap siput, ularpun pergi mengejar siput dengan menelusuri jejak lendirnya siput, sampai sampai tubuh ular telah terpenuhi lendir siput dan tanah, hingga hingga tubuh ular menjadi coklat.
Setelah mengikuti jejak siput ketemulah ular dan siput dengan tubuh yang penuh lendir di pinggir sawah. “Siput…” teriak ular Siputpun berbalik. “siput aku minta ma…” ularpun terjatuh ke sawah. “kamu siapa?” tanya siput. “ini aku siput. ular” “ular..? Ular tidak coklat pecek dan belendir seperti engkau, engkau bukan ular.” “siput ini aku.” “BUKAN..!, Ular tdk suka lendirku, dan engkau bukan ular.” “siput” ularpun bersedih dan menyesal telah memarahi siput, dan ular itu pun sudah tidak dikenal lagi, dan ular itupun memutuskan tinggal di dalam lumpur untuk selama lamanya.