“Besok Minggu balai desa mengadakan jalan sehat dan lomba anak. Kita harus ikut ada hadiah dan doorprize, lho” kata ibuku. Ya. Seperti tahun kemarin, aku ikut jalan sehat dan lomba yaitu, lomba makan kerupuk. “Besok aku ikut lomba balap karung” kataku. Malam ini juga aku sudah menyiapkan perlengkapan untuk besok. “Baju putih, celana training, topi, tas, tiket, sepatu, kaos kaki” aku sudah bersemangat sekali.
Keesokan harinya… “Ayo, cepetan nanti terlambat!” kami pun berangkat bersama. Di balai desa sudah ramai sekali orang berkumpul. “Nanti kita akan lebih jauh dari sebelumnya. Anak-anak di depan orang tua di belakang. Di depan SMP PGRI nanti akan dibagikan minum dan sobek sebelah tiket atau kupingnya ya” kata Bapak Panitia. Bapakku di belakangku. Huff… perjalanan yang melelahkan. Sesekali aku minum. Ya memang aku membawa minum dari rumah.
Sekitar dua jam kemudian kami pun sampai di balai desa. “Bagi anak yang mau ikut lomba, silahkan mendaftar di dalam dengan kakak panitia lomba. Dan untuk kupon hadiah nanti kita kocok kupon yang ada di kardus ini lalu, kita ambil satu dan akan kita panggil nomornya. Bagi yang merasa dipanggil silahkan maju untuk menerima doorprizenya” kata panitia.
Aku berlari untuk mendaftar lomba balap karung. Aku tidak menang tapi, masih ada doorprizenya. Setelah lomba, aku duduk. Aku makan sosis bakar, tempura, dan beberapa nugget goreng pedas untuk mengganjal perut lapar. Oya, aku punya empat kupon no. 1905, 1235, 345, 7768. Dua kupon dipegang adikku sisanya aku yang memegangnya.
“Hemmmm… yummy tapi, pedaaasss” kataku. Beberapa kupon dipanggil namun, belum ada yang menyebut nomorku. Sesekali, kupon berhadiah dijeda dengan lagu dangdut yang dinyanyikan oleh Mbak Hanin.
“Yang jogetnya paling heboh dan kocak bakal dapat hadiah” kata panitia. Anak-anak pun pada berjoget bersama ibu atau ayahnya. Aku juga ikut berjoget dengan teman-temanku.
“Duduk yuk. Capek” aku pun duduk. “Baiklah. Kita lanjutkan. Wahh… hadiahnya besar. Oke. Kupon nomor…” Aku hanya berharap. “1905!!!” aku pun maju dengan senangnya. Aku menerima hadiah itu. Adikku juga sudah mendapat hadiah.
Di rumah… “Ayo kita buka!” “Punya ku handuk” kata adikku. “Wow… jam dinding. Kita pasang di kamar belakang ya. Kan di situ belum ada jamnya” kataku.
Itulah hadiah pertamaku. Di tahun-tahun sebelumnya aku belum pernah dapat hadiah. Inilah hadiah istimewaku. Kalau kamu?
FINISH