Namaku Alna Arasya Rena panggilanku Aar, umurku 17 tahun dan aku masih kelas 1 SMP. Ya umurku tak sesuai dengan tingkatan sekolahku, harusnya di umur 17 tahun ini aku sudah kelas 2 SMA atau mungkin kelas 3 SMA bagi anak biasanya. Aku ini tak biasa, sejak kecil aku memiliki keterlambatan berfikir dan aku tuna rungu sejak kecil. Aku tinggal bersama nenekku di salah satu perumahan elite di Jakarta. Ya nenekku masih melakoni usaha cateringnya di umur nenekku yang sudah 68 tahun ia dibantu oleh karyawan-karyawannya, dulu usaha ini dilakoni Almarhum Kakekku. Ayah dan ibuku sudah bercerai sejak aku berusia 7 tahun. Kata Nenek, Ayah dan Ibu bercerai karena sudah putus asa mengobati aku ke Puluhan Psikiater terkenal tapi tak kunjung ada jawaban atas usaha mereka. Usaha penyembuhan itu gagal. Tapi kenapa mereka harus bercerai? Itu yang masih menjadi pertanyaanku sampai sekarang.
Sekarang aku sudah mulai lumayan untuk mengingat dan membaca berkat aku mengikuti pengobatan alternatif setiap minggunya dan itu harus rutin dilaksanakan, terhitung sudah 3 tahun aku menjalaninya. Nenek yang selalu menemaniku ke sana dan nenek juga yang mendapat informasi itu dari salah satu karyawannya. Aku selalu berdoa supaya nenek selalu diberi kesehatan.
Dari kelas 1-6 SD aku disekolahkan oleh nenekku di SLB (Sekolah Luar Biasa). Yang mengajariku bisa luar biasa seperti sekarang ini. Selama di SD aku selalu mengikuti lomba-lomba khusus orang-orang berkebutuhan khusus dan selalu mendapatkan Juara di setiap lomba-lomba yang kuikuti, berkat dukungan orang-orang hebat di sekitarku.
Sekarang aku sudah kelas 1 SMP aku bersekolah bukan di sekolah khusus lagi. Kata nenek aku sudah jauh lebih hebat sekarang. Selama aku bersekolah di SMP aku selalu mendapatkan ejekan oleh orang-orang yang tak hebat menurutku. Aku selalu menyembunyikan itu dari Nenek. Aku takut kalau saja Nenek memarahi mereka. Teman-teman selalu mengejekku LOLA/BUDEG. Tapi aku hanya tersenyum saja ketika mereka mengejekku seperti itu.
Ada seorang anak perempuan bernama Angel Claudia Asista ya dia adalah orang yang tak pernah mengejekku sekalipun. Dia adalah teman sekelasku sekaligus teman sebangkuku. Ya seperti namanya Angel, ya dia bagai malaikat bagiku, dia yang selalu memarahi orang-orang yang mengejekku. Aku sudah menganggap Angel sebagai adikku sendiri. Pernah aku sewaktu ketika bertanya kepada Angel. “Angel, apa kau tak malu berjalan bersamaku, ketika pergi ke kantin?” Tanyaku “Kenapa malu, justru aku merasa orang paling beruntung bisa berteman dengan orang paling cerdas di sekolah ini.” Jawab Angel “Angel, bagaimana rasanya dipeluk ibu ketika kau menangis karena diejek teman?” Tanyaku “Aku merasa nyaman sekali…” Jawab singkat Angel Aku selalu ingat kata-kata Angel di taman kota sore itu. Aku ingin sekali seperti Angel.
Pada suatu hari, aku dan nenek pergi ke sebuah panti asuhan yang biasa Nenek beri donasi, di sana banyak anak-anak yang ditinggalkan orangtuanya. Sama seperti aku, mereka aku anggap sebagai saudara-saudaraku. Aku ingin membangun panti seperti ini, supaya nenek juga bisa berdonasi di panti yang aku bangun.
Keesokan harinya tepatnya di hari minggu, aku mengajak Angel untuk datang ke rumah. Ada suatu hal yang ingin aku sampaikan kepada Angel.
Akhirnya Angel yang ditunggu-tunggu datang juga, aku langsung mengajaknya ke kamarku. “Ada apasih Ar?” Tanya Angel penasaran “hmmm oke sebelumnya kamu mau minum apa?” Tanyaku “Dikeluarin semua yang ada hahahhah” Tawa Angel yang membuatku makin bahagia punya teman sepertinya. “Oke Bos!!!” Seruku
Aku pergi mengambil 2 gelas jus jeruk. Lalu kembali lagi ke kamar. Kemudian aku memulai pembicaraan lagi. “Jadi gini njel, aku ingin membuat tempat untuk anak-anak kurang mampu bisa bermain dan belajar” Jelasku “emmmmmm… Ide bagus, dan belum aku fikirkan sebelumnya, aku sangat setuju” Seru Angel yang makin bersemangat dengan pembicaraan itu. “Soal dananya, kita mengumpulkan donasi saja dari orang-orang.” Jelas ku “Baiklah, kita mulai sekarang juga boleh” Semangat Angel.
Mulai dari situ kami selalu mengumpulkan donasi dan Nenekku sebagai Donatur tetap, aku dan Angel membeli buku-buku, pakaian, seragam sekolah, dan peralatan sekolah lainnya untuk anak-anak kurang mampu. Terhitung sudah sekitar 6 bulan kami membantu anak-anak kuarang mampu ini berkat orang-orang baik hati di luar sana yang memberikan donasinya. Dan makin banyak juga donatur tetap selain nenek. Aku memberi nama yayasan ini “WE ARE ANGEL” sebagai lambang ketulusan Angel yang mau berteman denganku sampai sekarang ini. Terima kasih Angel.
Angel menutup buku diary Aar, sahabatnya selama 2 tahun terakhir ini sambil menitihkan air matanya, ternyata Aar sangat sayang kepada Angel. Aar sudah meninggal 1 minggu yang lalu. karena penyakit kanker otak yang selama ini tidak Angel ketahui. Aar memberi buku diary ini sehari sebelum kepulangannya. Angel akan menjaga apa yang diamanatkan Aar, menjaga nenek Aar dan Yayasan yang mereka rintis. Ayah dan ibu Aar yang sudah bahagia dengan keluarga barunya, akhirnya di hari terakhir Aar, mereka selalu ada.