“Hufft..” Winda menghela nafasnya dengan kasar sembari menenteng sekeranjang penuh strawberry segar yang baru dipanen mama dan kak Zahra di kebun belakang. Kalau bukan bujukan mamanya. Ia tak akan mau mengantar strawberry pada tantenya, tante Shalla di kota yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya. Bisa menghabiskan waktu 20 menit jika ia berjalan kaki. Maka dari itu ia menggunakan sepeda agar cepat sampai tujuan.
Strawberry? Mungkin kalian bertanya-tanya untuk apa strawbery itu. Strawberry yang masih segar sengaja dibeli oleh tante Shalla yang nantinya akan disulap menjadi kue-kue lezat. Ya, tante Shalla adalah seorang koki ternama dan sekarang ia mencoba mendirikan toko kue sendiri. Hasilnya sangat memuaskan. Banyak orang yang berdatangan ke toko tante Shalla. Bahkan tante Shalla suka kewalahan menghadapi pelanggan yang suka ramai-ramainya datang.
“Untung setelah mengantar strawberry ini aku bisa bermain sepuasnya bersama teman-teman di sawah.” Gumam Winda mengayuh pedal sepedanya makin cepat dan menatap lurus pada trotoar yang ia lewati. Toko kue tante Shalla sudah di depan mata. Namun, Winda masih ragu untuk memasuki toko tersebut. Tokonya bebeda seperti dulu yang pernah ia kenali. Apalagi, Winda pun jarang ke kota seperti ini.
“Eh.. Winda! Ayo masuk ke dalam!” Tante Shalla tiba-tiba muncul dari balik pintu toko di hadapan Winda. Winda hanya mengangguk dan langsung melangkahkan kakinya menuju dalam toko. Aroma roti yang sangat lezat menyeruak ke dalam hidungnya. Membuat matanya terpejam beberapa saat sambil mengendus aroma nan lezat tersebut. “Harum banget aromanya..jadi mau minta kue tante deh.” batin Winda sambil memejamkan matanya lagi lalu mengendus aroma itu lagi dan lagi. “Hey.. ngapain merem-merem segala? Harum ya aroma kue buatan tante?” Tanya tante Shalla mengejutkan Winda yang sedang terdiam pada kesibukannya sendiri. “Iya tante. Aku jadi ingin kue tante. Oh ya, ini strawberry dari mama. Aku pulang ya tante.” Winda hendak keluar dari toko. Namun, tante Shalla sudah memanggilnya lagi membuatnya kembali berbalik. “Bantuin tante bikin kue bentar yuk! Tante agak kerepotan apalagi karyawan tante sedang ada yang izin. Ntar kamu satu kotaknya buat kamu deh.” Ujar tante Shalla. Winda hanya manggut-manggut dan ia langsung mengekori tante Shalla menuju dapur.
“Nih.. pakai celemek dulu biar bajunya nanti gak kotor.” Tante Shalla memberi sebuah celemek pada Winda. Soal bikin kue bersama winda memang selalu suka karena kalau dia bikin kue sendiri selalu gagal. Terkadang suka keasinan, pahit, hambar, bantet dan lainnya. Namun, tekadnya tak akan berubah karena ia sudah memiliki hobi tersebut. Dia hanya ingin bisa memasak dengan baik dan bisa memberi manfaat pada orang lain. Gak salah kan. Kalau ada orang yang mau menggapai tujuannya dengan ketekunan yang ulet? Gak lah ya.
“Pertama, masukin kocokan telur yang tadi kamu buat ke wadah ini. Tante mau bikin karamel dulu buat toppingnya. Setelah itu, masukin adonanya ke oven satu lagi ya!” Tante Shalla terus memberi arahan pada Winda agar adonan tak ada yang salah. Apa lagi Winda baru pertama kali buat kue yang ribet kayak gini. Nama kuenya Flumber Cheese Cake.
Winda telah selesai mencampuri semua adonannya. Tanpa basa-basi lagi. Winda berjalan menuju oven dengan terburu-buru. Dan kecelakan kecil pun terjadi. Winda tak sengaja menumpahkan adonan pada gadis yang baru saja masuk ke ruang dapur. Baju dan celananya dipenuhi adonan puti lengket membuat gadis itu menggerutu tak jelas. “Maaf ya… sekali lagi aku minta ma.. maaf..” Winda langsung minta maaf tapi tatapan tajam langsung teralih padanya. Terlihat jelas sekali gadis itu marah pada Winda. Tante Shalla yang menyadari percakapan mereka langsung menghanpiri keduanya. “Ma… bajuku kotor gara-gara dia. Apa mama gak marah sama dia karna adonan mama jadi berantakan gini?” gadis itu menatap Winda kesal yang sekarang sedang menunduk ke arah kedua kakinya penuh penyesalan. Winda kira tante Shalla akan memarahinya. Namun, tebakannya meleset. “Sayang.. ini tak disengaja. Jadi tak usah dibuat pusing. Saling berjabat tangan itu lebih baik.” Ujar tante Shalla. Awalnya, gadis itu sempat menolak saran mamanya. Namun, karena bujukan tante Shalla yang akan memberinya kue kesukaannya, red velvet. Ia pun akhirnya mengambil jalan terakhir dan ia segera berlari ke sebuah ruangan lebih tepatnya ruang pribadi tante Shalla.
“Maaf tante. Adonannya jadi mubazir gara-gara aku.” “No problem Winda. Gak ada yang harus dipermasalahkan lagi bukan? Ayo bantu tante lagi.” Winda mengangguk lemah.
“Itu anak tante. Kamu gak pernah liat dia karna pas SD ia sekolah di luar kota. Namanya Rere Khaseline.” Ujar tante Shalla mengenalkan Winda pada anaknya. Namun, yang dikenalkan malah buang muka dan menatap Winda sebal. “Rere… ini Winda. Anaknya kakak dari mama. Dia tinggal desa yang dekat dari sini jaraknya.” Ujar tante Shalla memperkenalkan Winda pada Rere. Namun, jawabannya hanya “Hmm..”. Lalu, buang muka tak peduli pada seorang gadis di depannya. Sikap Rere malah membuat Winda gelisah. Apa kesalahannya tadi belum dimaafkannya? Ia tak tau. Mungkin nanti ia bisa tau dari mulut Rere sendiri.
Bersambung