Tak pernah kulihat wajahnya tersenyum. Atau pun tertawa. Apa beban hidupnya terlalu berat? Tertawalah kawan.
Rara. Gadis yang selalu ku ingin beri 1000 pertanyaan sekaligus. Kenapa ia tak pernah tersenyum? Kenapa ia tak pernah tertawa? Seberapa berat beban hidupnya? Apakah ia mempunyai teman? Lebih banyak daripada yang kalian pikirkan.
“Kenapa sih Rara gak pernah senyum?” tanya Nadia, sahabatku. “Entah, aku juga bingung” kami memperhatikan Rara yang sedang menyendiri di tempat duduk paling pojok dengan wajah cemberut dan muram.
Pagi itu, kami anak anak kelas 5A segera berkumpul di lapangan untuk berolahraga. Olahraga adalah pelajaran favoritku. Setelah pemanasan, kami dibagi menjadi 2 kelompok untuk bermain bola tangan. Kebetulan aku berada di kelompok 1 dan sekelompok dengan Rara. sedangkan, Nadia berada di kelompok 2. Ini adalah kesempatanku.
“Hai Rara, kamu suka main bola tangan gak?” tanyaku. “Tidak terlalu, kalau kamu?” “Aku suka, ya udah kita jaga di sana yuk!” ajakku.
Lama lama, aku dan Nadia semakin akrab dengan Rara. Jika jam istirahat, kami selalu mengajaknya makan. Walaupun kadang kadang ia menolak dan memilih untuk makan sendiri.
Suatu hari, “Rara, apakah kau mau jadi sahabat kami?” tanyaku dan Nadia. “Hmm, aku mau. Kebetulan aku juga tak punya sahabat” jawabnya. Lalu ia memancarkan senyum manisnya. Baru kali ini aku dan Nadia melihat Rara tersenyum manis. Wajahnya makin tambah cantik dan lucu.
Kami mewarnai hari hari persahabatan kami dengan canda dan tawa.