Di sekolah, Stella merupakan anak yang pendiam. Ia juga tidak terlalu pintar. Sehingga, karena sifatnya yang pendiam, ia jarang ditemani oleh teman temannya.
“Stella tu pendiam banget sih!” “Iya mentang mentang orang kaya, nyebelin kan?!” “Sombong, sok cantik lagi! Padahal nilainya gak seberapa” Baru baru ini gosip gosip mengenai Stella terdengar olehnya. “Ya ampun! Aku tidak seperti itu!” Keluh Stella.
Malam harinya setelah mengerjakan PR, Stella merenung sambil menghirup udara segar malam hari dari jendela kamarnya. “Aku harus berubah!” Stella mempunyai rencana dan pemikiran, untuk berubah. Ia ingin berbaur dengan teman temannya dan ingin menjadi anak yang pintar. Setelah itu, ia mengeluarkan buku bukunya kembali yang telah ia masukan ke dalam tas dan membaca baca ulang pelajaran yang tadi dibahas di sekolah.
Di sekolah pun, Stella berusaha berbaur dengan teman temannya. Saat istirahat, Stella mengeluarkan bekalnya dan “Hai Chacha, Sherin, Aulia, bolehkah aku makan dengan kalian?” Chacha, Sherin dan Aulia heran dengan tingkah Stella. “Boleh kok, mari!”
Sudah sebulan Stella berubah. Ia semakin mempunyai banyak teman dan tentunya sering mendapat nilai yang tinggi.
Suatu hari, pak Joko, wali kelas Stella memanggil Stella ke ruangannya. “Maaf, ada apa pak?” Tanya Stella takut takut. “Akhir akhir ini bapak lihat, kamu banyak meraih nilai tertinggi. Nah, kebetulan dua minggu lagi, akan ada olimpiade Matematika, Ipa dan Bahasa Inggris. Bapak memilih kamu mewakili sekolah ini, belajar dan fokuslah, Banggakan sekolah!” Pak Joko berkata panjang lebar. “Ba.. baik pak”
Stella menambah waktu belajarnya menjadi lebih banyak dan lama. Teman temannya juga menyemangati Stella. Sebelum mengerjakan soal soal olimpiade, Stella berdoa terlebih dahulu agar diberi kemudahan oleh Tuhan dan agar bisa mengerjakan soal dengan penuh ketelitian. Dan akhirnya ia mendapat juara 2 tingkat nasional. Ia sangat bangga.
Sekarang, Stella meraih banyak prestasi dan menjadi anak yang pintar.