Di sebuah sekolah menengah pertama (SMP) terdapat seorang siswa lelaki, namanya Gilang. Gilang merupakan siswa lelaki yang manja juga pemalas, dia tak mau berpikir untuk mengerjakan tugas. Setiap ada tugas, dia pasti menyontek pada teman sebangkunya yaitu Resta. Resta merupakan salah satu siswi terpintar di kelas 9A.
Pagi ini guru matematika mengumumkan bahwa akan diadakan ulangan harian, tentunya semua murid merasa gelisah dan takut tidak bisa mengerjakan soal ulangan yang diberikan oleh guru matematika.
“Pagi anak anak!”, sapa bu Eni yang merupakan guru matematika. “pagi bu!”, sahut siswa dan siswi di kelas 9A. “Hari ini kita ulangan harian”, kata bu Eni. Semua murid terbelalak mendengar hal itu. “Untuk mengerjakan soal matematika ini, ibu sengaja memberi waktu 2 jam. agar kalian bisa berpikir dengan kepala dingin. baiklah ibu akan bagikan soalnya sekarang”, jelas bu Eni seraya berkeliling membagikan soal matematika. Seusai itu hp bu Eni berdering tanda ada telepon masuk. “Aduh, ada telepon”, gumam bu Eni. “anak anak, tunggu sebentar ya! ibu ada keperluan dulu”, kata bu Eni yang langsung pergi ke luar kelas sembari berbicara dengan seseorang yang meneleponnya.
“Res!”, bisik Gilang. “apa?”, sahut Resta. “No 1 apa jawabannya?”, tanya Gilang. “Ya ampun Gilang, soal ini mah gampang”, kata Resta. “Ya terus?”, kata Gilang. “Makanya kamu kerjakan soal ini dengan kepala dingin”, Jelas Resta. Gilang menghela nafas, lalu dia beranjak dan pergi k eluar kelas.
7 menit kemudian, Gilang kembali dengan membawa sebuah kantung keresek berwarna putih. Gilang pun duduk di bangkunya. Lalu dia mengeluarkan sesuatu yang ada dalam keresek putih itu. Tampak sebuah es batu di tangan Gilang. Tangan kirinya memegang es batu kemudian meletakan es batu itu tepat di atas kepalanya. Sementara tangan kanannya sibuk menulis jawaban soal matematika. Resta yang tak sengaja melihatnyapun dibuat heran.
“Kamu sedang apa?”, tanya Resta. “Aku sedang mengerjakan soal”, jawab Gilang. “Lantas, untuk apa es batu kamu letakan di kepala kamu?”, tanya Resta. “Katanya aku harus mengerjakan soal matematika dengan kepala dingin. Es batu kan dingin. Ya sudah, kuturuti saja apa katamu”, jelas Gilang yang membuat Resta naik darah. “Oh my god, Gilang! maksud aku itu bukan seperti itu. Maksud kepala dingin itu adalah pikiran di kepala kamu itu harus tenang. Bukannya dingin pakai es batu”, gerutu Resta. Sementara itu Gilang hanya tersenyum menunjukkan semua giginya. “hehehehe…”, tawa Gilang.
“Capek dehh!”, tanggap Resta seraya menepuk keningnya.
TAMAT