Tak terasa, 1 tahun yang terdiri dari 12 bulan itu, telah berlalu. Begitu pula dengan pendidikan Rina di Taman Kanak-kanak (TK), juga Mbak Euis dengan berakhirnya pendidikan Sekolah Dasar (SD). Rina didaftarkan Ummi di SD tempat Mbak Euis dahulu, SDIT Al-Islamiyatullah. Sedang Mbak Euis, dengan nilai yang memuaskan, masuk ke MTsN Istiqomah.
Tak terasa, sudah tiga minggu Rina berada di SD. Dia pun mendapat banyak teman. Dan, proses belajar-mengajar sudah dimulai sejak minggu kedua. Sedangkan Mbak Euis, belum aktif dikarenakan banyaknya lomba dan kegiatan OSIS.
Sepulang sekolah, Mbak Euis saat pulang tidak merasa seperti biasa. Biasa, di depan ambang pintu Rina menyambut dengan ramah. Namun, Rina hanya berbaring telungkup sambil menghitung jari-jari tangannya yang mungil. Di hadapannya, terdapat buku tulis yang berserakan tulisan angka-angka Rina. Mbak Euis segera menghampiri adik bungsu kesayangannya.
“Rina sedang menghitung apa?” tanya Mbak Euis. “Eh, Mbak! Sudah pulang” sambut Rina yang segera mengubah posisinya menjadi duduk. “Ini loh, Mbak… Tadi, Bu Guru mengajar soal rejeki. Rejeki itu dari Allah Swt. Rejeki dari dalam kandungan sampai meninggal. Trus, kata Bu Guru tidak ada yang bisa menghitung rejeki dari Allah Swt. Nah, Rina pengin jadi orang yang pertama menghitung Rejeki dari Allah sampai sekarang. Nah, kan, Rina baru bisa hitung dari 0-10, sehabis angka 10 angka berapa, Mbak?” celoteh Rina paanjaang lebar.
Mbak Euis hanya tertawa renyah. “Adikku yang manis nan polos, tiada ada yang bisa menghitung rejeki dari Allah Swt. Karena, Allah Swt. Memberi kita rejeki yang banyak, dari kandungan sampai meninggal dunia. Bahkan, Albert Einstein, orang paling jenius pun tidak bisa menghitungnya. Coba bayangkan, dari kandungan sampai meninggal, itu membuat semua orang pusing 999, 99 ribu keliling” nasihat panjang Mbak Euis diakhiri dengan sedikit humor. “Begitu, ya, kak” gumam Rina seraya menghadap ke langit-langit. “Jadi, kita tidak bisa menghitungnya, ya… Memangnya kenapa? Kan, Albert Einstein yang Mbak ceritain tadi, pintar. Kok, tidak bisa menghitungnya?” tanya Rina menghadap Mbak Euis. “Dengar, ya, sayang.. Semua manusia memiliki kemampuan yang terbatas. Di dunia ini, hanya Allah yang sempurna. Allah memberikan kita banyak nikmat dan rejeki yang tidak ada satupun yang bisa menghitung, termasuk Albert Einstein. Jadi, kita harus bersyukur dari nikmat Allah Swt.,” lanjut Mbak Euis.
“Bersyukurnya gimana? Seperti Sholat atau puasa?” tanya Rina lagi. “Betul, 100 buat Rina. Kita bersyukur pada Allah Swt. dengan banyak cara. Seperti Sholat, Puasa, Dzikir, maupun berdo’a. Juga, setiap mendapat rejeki kita membaca ‘Alhamdulillah’ yang berarti ‘Segala Puji Bagi Allah’. Kalimat tersebut mengungkapkan rasa syukur pada Allah Swt. atas nikmat yang diberikan.” “Tapi, kalau Abi kerja, Abi mendapat uang dari manusia, bosnya,” celetuk Rina. “Itu perantara dari Allah Swt. Rina, rejeki itu tidak hanya harta. Seperti jodoh, umur, dan sebagainya,” tutup Mbak Euis. “Oh, Rina paham!” seru Rina semangat. Ia ingin belajar bersyukur dengan beribadah dan membaca ‘Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin’.