Britha, Findy, dan Friska tergabung dalam grup BFF’s Threverz, yang mereka buat sendiri. Jangan salah, BFF singkatan dari Britha, Findy, and Friska, bukan Best Friend Forever. Mereka bersahabat sejak kelas 1 SD. Mereka bersekolah di SDIT Mulya Jaya, kelas 6-1A. Walaupun nama grupnya BFF’s Threverz, siswa SDIT Mulya Jaya menjulukinya ‘Trio BFF’.
Mellya Finayya, seorang siswi baru di kelas 6-1A, SDIT Mulya Jaya. Fina -*Sapaan Akrabnya*- dalam sehari, sudah mengenal nama teman sekelasnya. Bahkan, dia sudah kenalan dengan ‘Trio BFF’. Baru saja seminggu bersekolah di SDIT Mulya Jaya, Fina sudah iri terhadap Friska. Friska mudah menyalip nilai Fina. Wajar saja, Friska dari kelas satu-kelas enam (semester 1) peringkat pertama. Ujian Nasional saja, peringkat 1 sekecamatan. Fina juga pintar, bahkan ia selalu bintang kelas di sekolahnya dulu. Fina sungguh iri. Ia mengatur siasat, agar Friska dikeluarkan dari BFF’s Threeverz.
Seminggu Kemudian Hampir seminggu, Friska tidak masuk sekolah, dikarenakan sakit. “Ini saatnya!” serunya pelan. Fina menghampiri Britha dan Findy yang mengobrol di kelas. “Britha, Findy!!” serunya seraya melambaikan tangan. Britha membalas lambaian Fina. Fina duduk di antara Britha dan Findy. “Hai, aku dapat kabar. Semalam, aku chattingan sama Friska. Dia cerita, bahwa bermain sama kalian itu tidak nyaman. Liat saja kelanjutannya,” cerita Fina seraya memperlihatkan isi percakapannya, dengan Friska.
FRISKA ~ Hai, Fin!! ~ Hai juga, Fris? Ada apa? ~ Aku mau cerita, sebenarnya aku nggak nyaman diBFF’s Threeverz! Mereka menyebalkan, tau!! Mereka hanya memanfaatkan kepintaranku. Findy dan Britha itu sungguh bodoh, licik, sok baik lagi!! Menyebalkan tau!! ~ Hah, masa?!!Perasaan, mereka ramah, Baek, pinter, ah pokoknya gitu dech… ~ Dari luarnya aja, tuh!!! sifat aslinya begitu!!!
Britha dan Findy kecewa sekaligus marah, pada Friska. “Kenapa Friska tidak bilang sama kita?” ucap Findy sendu. “Sebaiknya, kita keluarkan saja Friska dari BFF’s Threeverz!!!” seru Britha berapi-api. “Betul!!” seru Fina dan Findy bersamaan. “Tapi, siapa pengganti Friska. Tapi inisial namanya F?” tanya Fina sok polos. Ia berharap, dia akan menjadi kandidat digrup BFF’s Threeverz. “Di kelas kita yang inisial F cuma ‘Si Munafik’ (Friska), Fina, ama Findy. Kamu aja, ya, ikut grup kami?!!” seru Britha penuh harap. Fina pura-pura berpikir. Akhirnya, Fina menerima. Diam-diam, dia tersenyum jahat. Britha dan Findy tidak berpikir panjang, darimana Fina mendapat nomor Friska? Bukankah, dua hari setelah Fina masuk, Friska izin tidak masuk sekolah? Dan Friska memprivasikan nomor Handphonenya, selain Britha, Findy, dan keluarganya. Itu harus diselidiki…
Tiga hari kemudian, Fiska sudah sembuh. Langsung, Britha, Findy, dan Fina menghampiri Fiska yang baru duduk di bangkunya. “Hai, Tha, Find, Na!! Sudah lama tidak bertemu,” sapa Fiska ramah. “Kamu jangan sok-sok-an gak tau, ya, Fis!!” seru Britha emosi. “Ap..Pa maksud kalian?” tanya Fiska. Findy menyodorkan Handphone Fina, yang berisi Chattingan antara Fiska dan Fina. “Aku tidak pernah mengirim pesan pada Fina!!! Aku tid-“. “Udah, jangan bantah!! Mulai sekarang, kau dikeluarkan dari BFF’s Threeverz!!! dan Fina, akan menggantikanmu!!” seru Findy menarik kedua sahabatnya, menuju luar kelas. Fiska melihat sesaat, Fina tersenyum jahat dengan tatapan sinis Fina ke arahnya.
Fiska bingung dan sedih. ‘Aku tidak pernah memberi nomorku pada Fina. Tidak pada siapa-siapa, kecuali Britha, Findy, dan keluargaku, ‘batinnya sedih. Ia menghampiri Riri, teman curhatnya. Ia menceritakannya dengan sendu. “Sudahlah, Fis… Sahabatmu tidak mereka saja, kan..? Masih ada aku dan lainnya. Jangan sedih. Aku tau perasaanmu kehilangan sahabat terbaik,” tanggap Riri, saat Fiska selesai bicara. Fiska menyeka air matanya yang menggenang di pelupuk matanya. “Terima kasih, Ri…”
Empat hari setelah kejadian itu, Fiska tidak masuk selama hampir 3 minggu. Saat istirahat…. “Britha, Findy, Fina, disuruh kekelas lo, sama Hanira,” teriak Ghino. Mereka segera kekelas. “Ada apa, Han?” tanya Fina sesampai di kelas. Hanira adalah bendahara di kelas mereka. “Iuran!” jawab Hanira singkat. “Untuk apa iuran?” tanya Britha heran. “Kamu akan tau,” jawab Hanira setengah ketus dan sendu.
Sepulang sekolah, murid kelas 6-1A bukan pulang ke rumah masing masing. Tapi, mereka menuju arah pemakaman. “Lho, ngapain kita di sini?” gumam Fina pelan, sampai tidak ada yang mendengarnya. Disalah satu makam, terdapat Ibu Fiska dan kakak Fiska. Mereka menangis. Trio BFF pun membaca tulisan pada batu nisan, yang ditangisi Ibu dan Kakak Fiska. Defiska Asandria.
Lahir: 25-01-2005 Wafat: 20-04-2017
“F..Fisk…Ka…!!!” seru Britha dan Findy bersamaan. Mereka menangisi makam Fiska. Mereka mendo’akan agar Fiska diterima di sisiNya.
Ibu Fiska menceritakan kronologis meninggalnya Fiska. Fiska sebenarnya mengidap penyakit Kanker Tulang. Karena sudah parah, Fiska dirawat di Rumah Sakit. Saat Fiska sholat di ranjang rumah sakit, bersama keluarganya, Fiska sudah menghembuskan nafas terakhirnya. “Tapi, mengapa Fiska tidak bilang?!!” seru Fina bersalah. “Mungkin, Fiska tidak ingin kalian sedih,” ucap kakak Fiska menyerahkan amplop berwarna biru gradasi. Tertera di belakang amplop nama panjang mereka.
For all: Brithania Yasmin Findysa Almaira Finayya Melanny
From me: Defiska Asandria.
Mereka membuka mulut amplop, dan mengeluarkan lipatan kertas. Mereka membukanya dan membacanya.
Dear all’s Hai, apa kabar kalian!? Kuharap baik…^_^ Mungkin, saat membaca surat ini, aku sudah bahagia dialam lain (mungkin. Hehehe) Aku mau menjelaskan sesuatu. Aku pernah bilang, bahwa nomorku yang tau hanya keluargaku dan kalian berdua (Britha & Findy). Aku tidak memberikan pada orang lain dengan sembarang. Kalian tau itu, dan aku ingin tanya (Fina). Kamu dapat nomor itu dari mana? Dan, aku ingin Fina menggantikanku. Ya, sekian dulu. Oya, ini tulisan Mamaku. Salam Rindu (eaa) Defiska Asandria
“Kamu dapat nomor itu dari mana, Fin?!!!” bentak Britha dengan tatapan setajam silet. “An..nu… Ak..Aku… Bis..Sa.. Jelaskan…,” ucapnya terbata-bata. Fina mulai cerita. Singkat, Saat BFF’s Threeverz (dulu) di luar kelas, Fina menemukan Handphone Fiska di laci meja. Ia mulai mengirim pesan ke Handphone Fina. Perlahan, air mata Findy dan Britha turun dengan raut wajah marah. “Kau, untuk apa kau melakukannya!!?” seru Findy emosi. “Ak..ku.. Iri terhadap Fiska. Dia itu sempurna, dan bisa bermain sama kalian. Fiska itu juga disayang semua guru,” jawab Fina seraya menundukkan kepala. Ia berusaha menahan air matanya, sayang air matanya tidak ingin berkompromi pada Fina.
Sebuah dekapan menghangatkan tubuh Fina. Fina melihat siapa yang memeluknya. Ternyata Britha dan Findy. “Baik, kami maafkan dan kau tetap ikut BFF’s Threeverz, sesuai permintaan Fiska,” ujar Britha lembut. Mereka saling berpelukan. Didot, anak paling kocak memulai lawakannya. Membuat suasana haru tersebut gubrah… Saat itu, mereka setiap minggu selalu mengunjungi makam Fiska….
THE END