Tya. Gadis yang selalu ceria. Namun, hari ini hatinya semendung seperti cuaca mendung hari ini. Semuanya bermulai dari seminggu yang lalu.
“Riana!” sapa Tya. Tya berlari menghampiri Diana yang pucat. “Hai,” balas Diana. “Kamu kenapa? Kok pucat?” tanya Tya. “A..aku ngga enak badan, Tya. Tapi aku tetep paksain buat masuk,” balas Riana. “Aku antar kamu ke UKS, ya!” tawar Tya. “Ugh, gak usah, deh,” Riana Menolak Tya untuk diantar ke UKS. Walau dalam hati, Tya merasa kecewa. Mengapa sahabatnya seperti menyembunyikan sesuatu darinya? Ah, sudahlah.
Pulang sekolah… “Riana, kamu sudah lebih sehat, ya,” ucap Tya senang. “Hmm, iya nih,” balas Riana bangga. Dia berhasil menaklukan sakitnya. “Nyeberang, yuk!” ajak Riana. Tanya menunggu tanggapan dari Tya, dia langsung menyeberang tanpa melihat kanan kiri. “Ah, Ri..” BRUAK! Tya tidak dapat melanjutkan kata-katanya. “RIANAAA!”
—
“Sudah lama, ya, Riana,” ucap Tya sendu sambil membuka kertas milik Riana. Isinya pesan terakhir Riana.
Hai Tya! Aku memang merasa aneh sejak pagi. Ada yang menganjal rasanya. Seperti akan ada sesuatu yang buruk. Tapi, tidak apa! Aku mempunyai Tya, kan? Everything is gonna be alright! Keep smiling, for me!
“Andai saja saat itu aku menghentikannya.” “Andai waktu itu aku melarangnya.” “Tidak akan jadi begini,” isak Tya.
Hujan tiba-tiba turun. Makin membuat hati kecil Tya makin pilu. Pecahlah tangisnya. “Tya, jangan menangis. Kamu berjanji untuk tersenyum selalu, kan? Keep smiling, for me!” bisikan lembut tiba tiba menghampiri Tya. Tya terkesiap. Suara itu mirip dengan suara Riana. Apa mungkin?
Tya menghapus air matanya. Mencoba untuk meneguhkan hatinya. Siap atau tidak, dia harus menerima kenyataan ini. “Aku akan selalu tersenyum untuk kebahagiaanmu, Riana.”