Kurasa, hari Minggu ini mentari terbit dengan sangat cepat. Mungkin karena semalaman Aku bergadang, jadi hari ini Aku bangun agak kesiangan. Aku memang sangat suka bergadang malam hingga menjadi suatu kebiasaan. Karena kebiasaanku itulah, Aku hanya mempunyai waktu istirahat yang sedikit. Tapi, karena hari ini adalah hari Minggu, Aku tetap bisa meneruskan tidurku. Meskipun Aku tahu, Nenek pasti tidak akan menyukainya.
“Andi, ayo bangun. Sekarang sudah pukul enam” Teriak Nenek membangunkanku. “Lima menit lagi Nek. Andi masih ngantuk” Kucoba mengulur-ngulur waktu. “Andi, hari Minggu seperti ini kamu seharusnya membantu Nenek dan Kakek. Bukannya malah tidur seperti ini” Kata Nenek memarahiku.
Dengan mata yang masih berat untuk terbuka, kulangkahkan kaki ini untuk memgambil handuk, dan bergegas mandi. Setelah mandi, Aku pun segera merapikan diri, menyisir rambut dan sarapan. Setelah perutku kenyang dan energi telah cukup terkumpul, Aku pun keluar rumah untuk menyapu halaman. Dengan berbekal sebuah sapu, Aku pun menyapu daun-daun yang berjatuhan di halaman rumahku dengan penuh semangat.
Memang kegiatanku di hari Minggu hanyalah membantu Nenek menyapu halaman. Tidak ada yang lain. Namun, ada yang lain dengan hari ini. Ya. Hari Minggu kali ini Aku akan melakukan kerja kelompok di rumah salah satu temanku.
“Nek, nanti siang Aku akan kerja kelompok di rumah temanku Nila” Kataku kepada Nenek. “Iya. Tapi nanti sebelum kerja kelompok, kamu mandi dulu ya Andi” Kata Nenek mengingatkan. “Bukankah Aku baru saja mandi pagi tadi Nek…” Kataku sedikit bandel. “Iya. Nenek hanya mau pada saat kamu kerja kelampok nanti, tubuhmu berbau harum. Apalagi kamu mau ke rumah cewek” Kata Nenek meledekku.
Maka, setelah sholat Dhuhur, Aku pun segera melaksanakan apa yang diperintahkan Nenek. Bukannya Aku malas mandi, tapi Aku hanya takut dengan dinginnya air mandi. Karena apa? Karena aku pernah terkena demam hanya karena Aku mandi di sore hari yang dingin. Hal tersebut membuatku trauma hingga saat ini. Namun, Aku tetap membulatkan tekad untuk mandi.
Dan, disaat Aku akan berangkat kerja kelompok, tiba-tiba Nenek memanggilku. “Andi, apa kamu sudah menggosok gigi?” Tanya Nenek. “Belum Nek. Aku tadi terburu-terburu” Kucoba mencari alasan. “Sudahlah. Sekarang kamu gosok gigi dulu. Kalau nanti gigimu sakit bagaimana?” Kata Nenek menasihatiku. Memang begitulah aku. Meski Aku sering dinasihati Nenek, tapi Aku tetap menyepelekan tentang hal yang satu ini. Dan, apa yang dikhawatirkan Nenek, benar-benar menjadi kenyataan.
Keesokan harinya, disaat Aku pulang dari sekolah, tiba-tiba saja gigiku terasa sangat sakit sekali. Saking sakitnya, Aku hanya bisa berbaring di ranjang kamar tidur sambil mengerang kesakitan. “Aduh Nek… kenapa tiba-tiba gigiku terasa sakit seperti ini?” Aduku kepada Nenek. “Tenang ya Andi. Nenek akan membawamu ke dokter” Kata Nenek menenangkan. “Cepat Nek… Andi sudah tidak tahan” Kataku sambil meringis.
Maka, segeralah Aku dibawa oleh Nenek ke klinik terdekat. Setelah Aku diperiksa oleh dokter, diberinya Aku olehnya sebuah obat untuk meredam rasa sakitku. Disaat itulah, Aku baru menyadari tentang betapa pentingnya menggosok gigi.