Aku adalah hewan nyamuk. Tubuhku sangat kecil dan kakiku belang berwarna hitam putih. Tempat tinggalku berada di bawah kolong meja yang sangat gelap. Aku sangat menyukai ruang yang pengap dan gelap. Dan tempat favoritku adalah ruangan yang berisi banyak air yang didasar sana ada jentik-jentiknya, itu adalah calon saudaraku. Manusia sering menyebut tempat favoritku itu dengan nama ‘Kamar Mandi’.
Oh iya, namaku adalah Egy. Aku termasuk hewan berjenis Aedes Aegypti. Entah kenapa, aku senang sekali menghisap darah manusia yang gemuk dan yang bau badannya yang sangat menyengat. Aku sangat senang sekali dengan darah manusia-manusia seperti itu. Pada sekitar jam 09.00-11.00 dan 15.00-18.00 aku mencari ciri-ciri manusia yang seperti itu untuk santapan makananku.
Dan hari ini, tepat pada sore hari, aku sedang berburu mencari manusia ditempat-tempat yang pengap. Karena aku sudah berkeliling dan tidak menemukan manusia satu pun, aku memutuskan untuk menunggu dan bersembunyi dibalik kelambu gelap itu.
Beberapa lama kemudian, aku mendengar ada suara langkah manusia yang sedang berjalan kemari, bahkan aku juga mencium bau kotor yang sangat aku sukai. Aku mengintip manusia itu, kemudian aku terbang pelan-pelan mendekat kearahnya. Aku memperhatikan manusia itu, sepertinya ia tidak peduli pada sekitarnya.
Perlahan-lahan aku menginjakkan kakiku ke kulitnya yang tebal dan kutancapkan mulutku menusuk kulit tebal itu. Hmm.. santapanku hari ini lezat sekali, manusia kotor ini benar-benar mempunyai darah yang enak sekali, belum pernah aku merasakan kenikmatan ini sebelumnya.
Ketika sedang enak-enaknya aku menghisap darahnya, ada sesuatu yang besar dan gelap yang akan membunuhku. Dengan cepat, aku segera pergi dan menghindar dari manusia itu. Hm, walau singkat yang penting santapanku hari ini nikmat pun sudah cukup sekali. Haha, hei manusia, janganlah kau suka bersih-bersih, karena kamu memberikanku darah yang sangat sedap sekali.
Esok harinya, ketika aku akan menghisap darah anak itu lagi, kulitnya begitu panas dingin. Dan begitu kutancapkan mulutku pada kulitnya, darah dia sudah tak enak lagi seperti kemarin. Mungkin sekarang ia sudah terkena virus yang kubawa. Haha, rasakan kau manusia. Terimakasih telah menyediakanku makanan selezat itu.