Namaku Putri, aku tinggal bersama ayah dan bunda yang sangat baik dan sangat menyayangiku, apapun permintaanku selalu mereka berikan. Namun sekarang tidak lagi, karena ada adik bayi yang tinggal di rumahku.
Adik bayi itu baru beberapa hari di rumahku, dan itu sangat mengganguku. Dia selalu menangis di malam hari, yang membuatku tidak bisa tidur. Dia juga sudah merebut ayah dan bunda dariku. Contohnya pagi tadi ketika aku meminta bunda memasakkan omelette kesukaanku bunda menolaknya, padahal biasanya bunda selalu membuatkannya untukku. Dan bunda memilih menggendong adik bayi.
Malam ini aku sangat kesal dengan ayah dan bunda, mereka tidak menjawab aku ketika aku bertanya tentang tugas sekolahku. Rasanya ingin sekali aku menghilangkan adik bayi dari rumah ini.
Tengah malam tiba, aku belum tertidur karena harus menyelesaikan tugas sekolahku. Tiba-tiba terlintas di pikiranku kenapa aku tidak memarahi adik bayi saja.
Aku segera menuju kamar adik bayi, setelah masuk kamar aku melihat adik bayi sudah tertidur. “Heh adik bayi!! Kamu jangan nangis terus!! Kamu sengaja ya?! Biar aku gak diperhatiin sama ayah dan bunda?!!” Teriakku sambil menghentakkan kaki.
Adik bayi tiba-tiba menangis kencang, ayah dan bunda segera berlari tentunya ke kamar adik bayi. “Putri!! Kenapa kamu teriak sama adik kamu?!” Ayah putri membentak putri karena kesal dengan sikap putri. “Aku kesal sama adik bayi!! Gara-gara dia ayah sama bunda gak pernah lagi perhatiin aku!!” Aku kesal, ini pertama kalinya ayah marah kepadaku, dan ini semua gara-gara adik bayi itu. Aku segera berlari menuju kamarku dan menutup pintu sekeras-kerasnya.
Aku menangis semalaman, dan lihat ayah dan bunda bahkan tidak peduli denganku.
Pagi telah tiba, mataku membengkak, mungkin karena semalam aku menangis cukup lama. Setelah mandi aku segera menuju meja makan untuk makan, tiba-tiba bunda berkata “Putri, maafin bunda sama ayah ya kalo selama ini bunda sama ayah jadi jarang perhatiin putri. Putri harus ngertiin ya adik bayi belum bisa apa-apa masih butuh ayah sama bunda, sama kayak putri waktu bayi. Bunda sama ayah berharap putri ngerti ya” Aku terdiam mendengarkan bunda. Aku berpikir apakah bisa?
“Iya, maafin putri juga ya bun” Aku akhirnya mengiyakan ucapan bunda, aku akan mencoba mengerti pada adik bayi.
Beberapa bulan kemudian… Ternyata mengerti pada adik bayi tidak seburuk yang aku kira. Sekarang adik bayi sudah tumbuh besar dan lucu, aku sangat senang bermain dengan adik bayi.