Namaku Felicia Amira, akrab dipanggil Felis. Kelas 2A SMP di SMP Niji. Seorang penggemar berat kucing sesuai namaku. Aku tinggal di Perumahan Niji nomor 15. Aku tinggal bersama orangtuaku. Sayangnya mereka selalu sibuk dan aku selalu kesepian sendiri. Aku kerap sangat menginginkan seorang teman yang mengobati kesepianku di rumah.
Jumat pagi, aku bangun dan dan berjalan pelan ke kamar mandi. Aku segera berseragam kemeja putih panjang dengan rompi dan rok cokelat. Aku berjalan lesu ke ruang makan menemui orangtuaku yang terlihat buru-buru.
Ketika duduk di kursi makan, Ibu berkata, “Felis, Kami ada pekerjaan di Amerika. Kau akan kami tinggalkan beberapa bulan.” Aku menghela napas dan mengangguk lemah. Dengan lesu kuambil roti isi selai kacang di meja.
Setelah sarapan, aku mengambil tasku dan memakai sepatu. Aku pun berjalan menuju sekolahku sementara ayah dan ibu pergi ke arah berlawanan.
Setelah sampai di kelas 8A, aku menaruh tasku di meja kedua dari depan dan aku duduk sambil menghela napas panjang. Tiba-tiba sahabatku Haruna Ichimaru datang dan segera mendekati mejaku. Dia menggunakan jepit rambut bentuk bunga di rambut cokelatnya yang pendek seperti biasa.
“Ohayo, Neko!” sapanya padaku. Dengan lesu aku menjawab, “Jangan panggil seperti itu terus dong, Memang aku Felis, tapi jangan panggil Neko.” “Lagipula kau suka kucing juga kan? Jangan lesu dan cemberut terus begitu dong! Hanya karena masalah itu lagi? Kau itu sebenarnya periang dan ramah, hanya saja kurang bersemangat karena masalah itu.” “Iya iya, kau sudah sering bilang itu setiap pagi. Tapi masalahnya sudah tidak seperti itu lagi! Dosisnya naik! Mereka pergi ke Amerika beberapa bulan. Gimana hayo?” TRIIING! TRIIING! Bel masuk memutus perbincangan kami. Haruna dengan gayanya yang centil kembali berujar, “Yah, Belnya sudah berteriak! Kita lanjut kapan-kapan ya!” dan dia pun berjalan ke bangkunya sendiri di belakang.
7 jam kemudian… Aku berjalan keluar kelas dengan lesu. Haruna mengajakku naik bus untuk pulang supaya rame-rame, tetapi kutolak karena rumahku sangat dekat dengan sekolah. Ibuku sering bilang kalau bisa jalan kaki, jalan saja daripada boros. Jadilah aku berjalan di bawah rimbunan pohon sakura yang lebat ini.
Ketika aku menatap kosong jalan trotoar di depanku, tidak sengaja kakiku menyandung sesuatu yang kecil dan lembut. Refleks aku hampir terjatuh, untungnya aku masih sempat berpegangan pada batang pohon sehingga tidak jatuh. Aku melihat ke bawah dan menemui seekor anak kucing berwarna putih sedikit kelabu berekor panjang terbaring. Aku melihat tulisan pada kertas yang dikalungkan padanya.
‘Kucing ini untuk Anda. Induknya mati ditabrak mobil. Tolong jaga dan rawat dengan baik’
Karena kasihan, aku mengangkatnya dan melepas kertas itu. Kemudian aku membawanya pulang. Aku senang karena mendapat teman di rumah.
Sesampai di rumah, setelah aku melepas sepatu dan menaruh tas, aku membawa kucing itu ke kamar mandi dan menyalakan keran air hangat. Setelah cukup, aku mengambil sampo kucing yang pernah kubeli untuk mencuci bonekaku. Aku menciprati kucing itu sedikit air dan kubasuh perlahan kepalanya. Kemudian aku membasuh badannya dan kuberi dia sampo sedikit demi sedikit. setelah disampo, aku membilas kepalanya dan kulap wajahnya. Kemudian aku juga membilas badannya dan cepat-cepat kukeringkan.
Setelah kuhanduki dengan handuk kecil dan kukeringkan dengan hairdryer, aku meninggalkan kucingku di ruang tamu dengan benang wol ungu dan kini giliranku untuk membersihkan diri.
Setelah mandi dan memakai kaus biru pendek dan celana pink, aku menemui kucingku yang masih senang bermain benang. Ketika aku duduk disampingnya, kucing itu terlihat menyadari dan menangkapi rambut kelabuku yang panjangnya di bawah bahu.
Kami bermain-main sampai aku mendengar perutku berbunyi. Aku segera ke dapur dan diikuti kucingku. Saat aku membuka kabinet makanan, kucingku segera melompat ke kursi makan dan duduk diatas meja makan. Akupun segera mengambil daging kornet dan susu segar juga biskuit.
Aku mengambil satu mangkuk dan menaruhnya di depan kucingku. Aku menuangkan kornet di mangkuk itu dan kucingku segera memakannya. Akupun menuangkan susu hangat di mangkukku dan mencelupkan biskuitku.
Setelah makan dan meminum susu, kucingku melompat dan menjilati jari tanganku. Kurasa itu adalah caranya berterimakasih. Akupun balas mengelusnya dan berkata, “Iya, Tapi kamu belum punya nama. Kira-kira siapa, ya?” aku pun berpikir dan melihat jam. Jam 14.45. seketika aku tersadar.
“Hari ini kan film ‘Super Cat’ kesukaanku yang sudah kutunggu bulan lalu kan tayang!” Sejurus kemudian aku membawa kucingku dan berlari ke lantai atas, ruang TV. Aku segera menyalakan TV dan duduk di sofa. Sambil menonton film, Aku memakan permen cokelat berbentuk bola sebesar kelereng kesukaanku sebagai cemilan.
Aku terus mendekap kucingku sambil menonton film. Aku menatap layar yang menampilkan adegan dimana karakter kesukaanku menjalankan tugas.
‘Nao, kau sudah siap?’ ‘Pastinya, Mizu. Ayo kita berangkat’
Seketika di kepalaku terbesit sesuatu. Sontak aku berteriak, “HEI! AKU BARUSAN DAPAT ILHAM! Mulai sekarang, namamu adalah Nao!” “Meauw!” kucingku ikut melompat diatas sofa sepertiku. Kemudian aku kembali duduk dan menonton film.
Setelah filmnya habis, aku mematikan TV dan membawa Nao turun. Aku memakai helm, pelindung lengan dan lutut, serta kantung kecil di pinggangku. Aku memasukkan Nao ke kantungku dan aku keluar rumah. Tidak lupa aku membawa dompet dan mengunci rumahku. Aku segera melompat keatas skateboard merah-kuning dan meluncur membelah jalan di perumahan Niji.
Aku mengerem skateboardku di depan pet shop Niji dan masuk. Aku berjalan menuju lemari yang penuh dengan kalung-kalung dari berbagai merk. Kemudian aku mengambil kalung berwarna merah dengan hiasan lonceng kecil dan tempat nama diatasnya. Aku juga mengambil susu dan sereal kucing dan membayarnya di kasir. Kemudian aku pulang.
Di rumah, setelah berberes aku mengambil kalung tadi dan menulis nama ‘Nao’ di tempat nama. Kemudian aku memasangnya di leher Nao. Akupun bermain-main dengannya sambil mengajarinya. Akupun membuat daftar latihan Nao;
1. Berlatih duduk di pangkuan. Aku duduk di atas kursi dan menepuk-nepuk pahaku kemudian mengangkat Nao kepangkuanku. Kemudian aku memberinya sedikit makanan.
2. Berlatih tos. Aku memosekan tanganku seperti ketika tos dan menggerakkan tangan Nao untuk tos. Kemudian kuhadiahkan makanan.
3. Berlatih menghampiri. Aku jongkok dan menggerakkan tanganku kemudian menggerakkan Nao untuk mendekatiku. Ber-reward camilan.
4. Berlatih duduk/Berbaring. Aku menggerakkan jariku kebawah kemudian mendudukkan/membaringkan Nao. Diberi camilan gratis.
5. Berlatih bangun. Saat Nao duduk/berbaring, aku memberi makanan di tiga jariku dan menguncupkannya kemudian mendekatkannya ke Nao dan mengangkatnya. Jika dia bangun, makanannya kuhibahkan padanya. Sejauh ini hasil latihannya bagus, Nao cepat mengerti dan patuh. Setelah latihan, waktunya praktek!