Hujan masih turun ketika lonceng gereja berdentang pukul 06.00. Malena berdiri murung di balik jendela lantai dua kamarnya. Matanya menatap anak-anak yang bermain di bawah rintik hujan penuh kebahagiaan.
Malena menuruni anak tangga dengan enggan ke ruang tamu. Di sana, ayah dan bundanya duduk menikmati televisi yang menyiarkan berita. Kepulan asap tipis keluar dari cangkir teh di atas meja, tepat di sebelah makanan ringan lainnya.
Perempuan berusia lima tahun itu meraih gagang pintu utama, membukanya. Malena melihat anak-anak itu mengajaknya bermain yang ia tolak dengan gelengan. Bukan karena takut orangtuanya marah, tapi cuaca pagi ini lebih dingin dari biasanya.
Malena kembali masuk, menghempaskan tubuhnya ke atas sofa panjang. Wajah perempuan itu ditenggelamkan di balik bantal, membuat napasnya sesak untuk beberapa saat.
“Kenapa nak? Kok murung?” tanya bunda. Malena berdecak. “Malena bosen di rumah, bun.” “Gimana kalo kita jalan-jalan?” tawar ayah. “Kebetulan ayah belum beli keperluan buat natal besok.” Malena mengangguk.
Perempuan itu berlari ke lantai carport, masuk ke dalam mobil yang tidak dikunci pintunya karena baru selesai dipanaskan. Ia duduk di kursi belakang tidak sabar untuk segera meninggalkan rumah.
Mobil meninggalkan rumah ke jalanan padat khas ibu kota. Berkeliling sesaat menikmati aroma petrikor saat hujan dan suasana minggu pagi. Beberapa orang bersepeda, ada juga yang bermain skateboard.
Ayah memberhentikan mobilnya di parkiran sebuah mal. Mereka berkeliling mengikuti ke mana pun Malena melangkah. Sampai anak perempuan itu berhenti di depan toko permen berdekorasi natal. “Woah…” kagum Malena.
Ia masuk melihat-lihat permen yang disusun sedemikian rupa. Ada yang berbentuk manusia salju, paman santa, dan rusanya. Malena terpaku pada sebuah lolipop besar yang dipajang di dalam kotak kaca.
“Bunda, mau…” ucap Malena menunjuk lolipop itu. “Malena mau ini?” bunda memastikan. Malena mengangguk. Ia mengikuti ayahnya yang membawa kotak kaca itu ke kasir kemudian membayarnya.
“Ini buat Malena,” ucap ayah mengeluarkan lolipop. “Woah… makasih, ayah, bunda.”
Perempuan kecil itu menikmati lolipop di hari minggu yang menurutnya membosankan. Sementara di belakang, ayah dan bundanya terus memperhatikan anak semata wayangnya dengan senyuman.