Siang itu udara terasa sangat panas, seekor anak kuda putih berjalan dengan sedih, karena kesalahaanya ia terpisah dengan romobongan Ayah dan Ibunya ketika hendak mencari makan di dekat hutan, karena ia ingin mencari rumput yang lebih banyak, padahal Ayahnya sudah melarang agar jangan berjalan jauh dari romobongan, kini ia hanya menyesali perbuatannya.
Anak kuda putih sudah merasa kelelahan, sambil berjalan ia masih terus berusaha memanggil Ayah dan Ibunya sambil menangis, “Tuhan dimanakah Ayah dan Ibuku!”
Anak Kuda Putih berjalan menyusuri aliran air di tepi hutan, ia berharap dapat bertemu dengan hewan lainnya.
Tak lama ia berjalan tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara yang cukup keras, suara itu berasal dari dalam hutan, seekor anak kancil tertimpa batang kayu yang jatuh. Dengan cepat anak kuda putih berlari mendekati dan dengan sekuat tenaga ia berusaha membantu anak kancil yang terkena musibah itu.
Anak kancil itu berhasil diselamatkan, anak kuda putih dengan kuatnya mendorong kayu yang menimpa badan anak kancil. Keduanya rupanya mengalami nasib yang sama terpisah dari orangtuanya ketika hendak mencari makan di hutan.
Beberapa hari berlalu anak kuda dan anak kancil ahirnya bersama tinggal di dalam hutan, mereka berdua pergi mencari makan bersama. Sampai satu ketika anak kancil jatuh sakit, ia merintih dan menangis tidak mampu menahan sakitnya, anak kuda putih kebingungan, rupanya luka di kakinya belum juga sembuh akibat tertimpa kayu, sungguh malang nasib anak kancil karena lukanya ia ahirnya mati.
Anak kuda putih itu sangat bersedih, sungguh malang nasibnya kini, sahabat baiknyapun pergi meninggalkannya, ia hanya bisa terdiam dan menangis. Anak kuda putih pun hanya bisa berdoa agar ia bisa dipertemukan kembali bersama orangtuanya dan berkumpul kembali dengan teman-teman yang lain.