1 minggu sebelum perlombaan, Lina merasa gelisah. Buah yang ingin dia pilih membusuk. Awalnya Lina ingin membawa mangga dan persik. Tapi ia ceroboh. Yang seharusnya buah buah tersebut ia simpan di penyimpanan, Lina malah menaruh buah buah tersebut di meja makan. Lina menyesal sudah ceroboh. Dan akhirnya Lina pun dia harus bersusah payah untuk memilih buah yang terbaik. Ia berjalan ke ladangnya dan duduk termenung di bawah pohon jeruk. Diantara 2 pohon jeruk tersebut terdapat pohon kecil yang misterius. Lina menengok ke pohon kecil tersebut. Alangkah terkejutnya Lina. Pohon kecil tersebut ternyata berbuah. 2 buah menggantung di ranting pohon kecil tersebut.
buah tersebut berwarna ungu keemasan. Bahkan, buah misterius itu memiliki harum manis. Lina penasaran dengan buah itu. Dia sama sekali tidak mengetahui buah ini. Lalu, dia pun mengambil 1 buah dari pohon kecil. Dibelahnya dengan pisau yang ada di sakunya. Daging buah tersebut berwarna merah keunguan. Tercium harum yang sangat manis dari daging buah tersebut. Tanpa ragu ragu, Lina pun memotong buah tersebut agar bisa dimakan. Setelah itu, dia pun memakan buah tersebut. Lina kaget. Rasa buah tersebut sangat manis seperti kue. Anehnya tercampur rasa yang segar setelah rasa manis tersebut. Lina menjadi ketagihan memakan buah tersebut. Setelah buahnya habis, tersisa biji dari buah tersebut. Lina berniat untuk memakai biji tersebut untuk ditanam kembali. Lina akhirnya pun memakai buah tersebut untuk dibawa ke perlombaan.
Akhirnya festival buah pun tiba. Banyak orang kesana kemari membawa buah mereka untuk dijual. Disana, buah buahan diolah menjadi barang baru. Ada juga buah yang utuh. Lomba buah terbaik diadakan di pusat ibukota. Banyak peserta lomba membawa buah terbaik mereka. Rata rata 1 peserta membawa 4 buah terbaik mereka. Namun, diantara semua peserta lomba, hanya Lina yang membawa 1 buah. Yaitu buah berwarna ungu tadi. Lina menamai buah tersebut dengan ‘buah ajaib’. Banyak orang yang hadir di lomba tersebut terheran heran. Ada yang berbisik bisik, menatap keras buah ungu milik Lina, dan ada pula orang yang yakin Lina akan kalah dengan buahnya.
“hadirin sekalian! Selamat datang di festival buah ke 36 ini! Setelah 5 tahun lamanya, kita dapat mengadakan festival buah yang sangat meriah kali ini!” ucap panitia festival, di atas panggung penilaian. Lina mendapatkan nomor terakhir dari 146 orang. Tidak disangka, juri pengicipnya merupakan pangeran Solivy! Lina cemas. Ia takut bila ia kalah, padahal keluarga kerajaanlah yang mengajak Lina sendiri. Tapi ia berusaha untuk menenangkan diri.
Satu persatu peserta lomba dipanggil menuju panggung penilaian. Selagi menunggu giliran, Lina mengunjungi satu pedagang yang menjual jus buah. Dia duduk di kursi yang berada di pohon oak yang rindang. Dia menyeruput habis jus tersebut, agar kehausannya hilang. Ia sempat mengantuk disana. Namun, dia sempat mencuci muka di sungai yang ada di ibukota. Air sungainya sangat segar hingga rasa kantuknya hilang dengan sekejap. Di saat itu juga, dia melihat sinar berwarna merah muda di depan matanya. Sinar tersebut sama dengan di saat dia menolong peri mungil yang bersembunyi di sepatunya. Namun dia menganggap itu salah satu halusinasi karena dia mengantuk. Dia pun bergegas ke area perlombaan.
Sudah waktunya Lina menunjukkan buah terbaiknya. Dia memotong buah miliknya tersebut, lalu meletakkan di piring yang telah ia siapkan. Ia membawa piring berisi buah miliknya ke meja penilaian. Di depannya terdapat pangeran Solivy yang sedang menunggu buah miliknya. Sebelum Lina meninggalkan meja tersebut, pangeran Solivy bertanya, “buah apa ini?” lina menjawabnya, “buah ini tidak memiliki nama, namun saya memberinya dengan sebutan buah ajaib, karena rasanya yang unik dan segar. Semoga yang mulia pangeran menyukainya”. Setelah mendengar ucapan Lina, pangeran Solivy pun mengangguk angguk. Dia mengambil satu potong buah tersebut, lalu menyicipnya. mata pangeran Solivy terlihat terbinar binar. Dilihat dari ekspresinya, pangeran Solivy terlihat menyukainya. Dia tidak berhenti memakan buah tersebut sampai potongan terakhir
Beberapa menit berlangsung, pangeran Solivy sudah memutuskan untuk memanggil pemenangnya. Seluruh peserta lomba berkumpul di area perlombaan, menanti siapa yang menang. Pangeran Solivy menaiki panggung penilaian setelah berdiskusi siapa yang akan menang. “aku sudah menentukan siapakah yang akan memenangkan perlombaan ini. Tanpa basa basi, aku akan mengumumkan siapa pemenangnya.” Ucap pangeran Solivy. Semua pemenang terlihat campur aduk. Ada yang gugup, sedih, tidak sabar, dan tenang. Lina termasuk peserta lomba yang gugup. Ia takut kalah. “nomor 146 adalah pemenangnya. Buah terbaik miliknya yang bernama ‘buah ajaib’ membuat ia menjadi pemenang kali ini. Nona Lina, silakan naik ke panggung”
Lina tidak menyangka ia menang. Dengan perasaan Bahagia dan senangnya, dia berjalan menaiki panggung penilaian. Dia menerima piala emas yang berbentuk buah buahan. Lina mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari peserta dan penonton lomba. Pangeran Solivy berbisik ke telinga Lina. “sebenarnya, ada hadiah lain selain piala ini, datanglah ke istana kerajaan besok hari untuk mendapatkan hadiahnya. Aku akan menunggumu” bisik pangeran. Lina heran, mengapa hadiahnya harus ada di istana? Lina hanya mengangguk angguk, penasaran dengan hadiahnya.
Esoknya, Lina berangkat ke istana kerajaan di pagi hari, dengan berjalan kaki. Dia ingin menikmati sejuknya udara ibukota di pagi hari. Ketika, ia sudah sampai di depan gerbang istana, Lina menunjukkan undangan dari pangeran Solivy. Para pengawal istana mempersilahkan Lina masuk ke istana, dan diantar menuju taman kerajaan. Disana dia bertemu raja Hagnook dan putranya, pangeran Solivy. Disana, mereka duduk di bawah pohon rindang yang ada di taman kerajaan. Mereka berbincang bincang terlebih dahulu sebelum ke inti hadiahnya.
“aku senang kamu bisa memenangkan lombanya Lina, aku tidak menyesal sudah memilihmu untuk mengikuti perlombaan kemarin siang”. Ucap raja Hagnook dengan bangga. Dia yakin karena Lina bisa diandalkan. “suatu kehormatana bisa mendapatkan pujian dari anda yang mulia”. Balas Lina. Ia masih penasaran dengan hadiah yang akan diterimanya. “jadi, hadiah yang akan kami berikan kepadamu adalah-“. Jantung Lina berdetak kencang. “kami akan menjadikanmu orang yang dekat dengan keluarga kerajaan. Dengan arti lain, kamu bisa tinggal disini.” Lina sangat kaget. Ia diajak oleh raja Hagnook dan pangeran Solivy untuk tinggal di istana kerajaan. Lina menerima hadiah dari rajanya dan pangeran.
Beberapa hari berikutnya, Lina hendak pindah. Tapi rumahnya akan ditempati oleh adik perempuannya yang tak kalah cantik dan baik hati. Adiknya bernama Tyna akan menggantikan posisi kakaknya, yaitu Lina. Lina mempercayai adiknya karena kemampuannya yang cukup hebat untuk merawat ladang buah miliknya. Lina berpamitan kepada seluruh tetangganya. Tetapi, Lina tetap mengunjungi desa selama dia tinggal di istana. Ia berangkat dengan kereta kuda kerajaan. Lina akan tetap merindukan desa tempat ia dulunya tinggal.
Lina sudah 4 tahun tinggal di istana kerajaan. Berkat perizinan dari raja Hagnook, dia menanam bibit buah buahan di taman kerajaan. Sekarang, bibit bibit itu sudah tumbuh menjadi pohon yang rindang dengan buah buahan segar yang menggantung di ranting ranting. Buah buahan tersebut boleh diambil oleh siapapun untuk mengisi perut mereka. Sesekali ia mengunjungi ke desa yang dulu ia tinggali setiap bulan. Dan terkadang Lina membawa oleh oleh dari ibukota untuk tetangganya.
Lina merasa Bahagia hidup di istana kerajaan. Dengan banyaknya orang yang mendukungnya, Lina merasa lebih baik lagi. Dia berjanji kepada ke keluarga kerajaan dan semua orang, untuk menjadi lebih baik lagi. Tanpa ia sadari, perbuatan peri kecil itu sudah membawanya sampai sini. Peri kecil pun tidak terlihat lagi di mata Lina.
“jangan takut salah, gunakan seluruh kemampuanmu untuk menjadi lebih baik lagi” – Lina Deaheart
Tamat