Mulai menduduki bangku SD, ketiga sahabat itu sudah sangat dekat dan erat dalam menjalin pertemanan. Kesya, Susi, dan Nita memiliki kesamaan favorite baik makanan favorite, mainan favorite, warna favorite, bahkan tempat favorite saat istirahat pun. Hari-hari mereka di sekolah setiap harinya selalu dilalui bersama-sama baik ketika mereka dalam suka duka, canda tangisnya dihadapi bersamaan. Berdasarkan ekonomi orangtua ketiga sahabat ini, Susi dan Nita berasal dari keturunan orang berada yang memiliki segalanya. Sedangkan Kesya berasal dari keluarga yang sederhana saja.
Suatu ketika Kesya, Susi, dan Nita menngikuti kegiatan kunjungan ke kebun binatang terdekat di daerah tinggal mereka. Kegiatan kunjungan tersebut diselenggarakan oleh pihak sekolah namun biaya ditanggung oleh masing-masing peserta yang ikut. Dalam kunjungan yang sedang berlangsung diikuti, terdapat banyak pedagang makanan yang menawarkan aneka rasa hidangan.
Susi dan Nita segera menghampiri pedagang kemudian membeli dagangan sate dan bakso tusuk yang kelihatannya sangat lezat dan menggiurkan lidah. Tanpa disadarari, ternyata Kesya tidak ikut bergabung dengan mereka yang sedang membeli dagangan sate dan bakso tusuk itu. Kemudian Susi dan Nita memandang ke belakang dan melihat Kesya yang sedang duduk diatas batu dekat taman bunga sedang termenung dan melamun sesuatu hal. Setelah menghampiri Kesya yang sedang duduk termenung, “maaf ya teman-teman, aku tak bisa bergabung dengan kalian dan aku tak bisa mengikuti life style yang kalian rasakan” Kesya sedikit meneteskan air matanya. Susi dan Nita merasa terharu mendengar perkataan dari Kesya dan ikut merasa sedih.
Kesya menceritakan bahwa orangtuanya tidak memiliki uang lebih untuk diberikan kepadanya sebagai uang sakunya ketika mengikuti kunjungan ke kebun binatang. Ibu Kesya hanya menyiapkan bekal makanan kepada Kesya untuk dimakan ketika Kesya mulai lapar. Kesya juga menceritakan bahwa abangnya juga butuh dana yang cukup banyak dalam perkuliahannya, sehingga semuanya hanya sekedar pas-pasan yang dapat diberi orangtua Kesya.
Kesya kemudian berkata lagi. “Tak apa jika kalian tak mengajakku, lagian aku juga tak ada uang untuk membeli makanan seperti yang kalian beli, dan aku mengerti itu” sahut Kesya. Mendengar ungkapan dari Kesya barusan, hati Susi dan Nita menjadi sangat sedih kemudian mereka menangis. Ketiga sahabat ini kemudian berpelukan sambil berkata, sahabat bukan dilihat dari materi namun, ketulusan dan keikhlasan dalam menemani baik suka dan duka.
Kesya pun kemudian mengeluarkan bekal yang disiapkan oleh ibunya tadi pagi untuk dimakan bersama sahabatnya. Susi dan Nita juga mengambil bekal yang sudah disiapkan oleh masing-masing orangtua mereka dan kemudian membagi rata sate dan bakso tusuk yang barusan dibeli dan diberi kepada Kesya. Mereka menikmati kunjungan ke kebun binatang dengan penuh keceriaan. Hingga sesampainya waktu untuk pulang, ketiga sahabat ini tetap bersama dalam perjalanan menuju rumah masing-masing.
Selama berada di sekolah ketiga sahabat ini selalu bersama, baik dalam hal keadaan apapun yang selalu berusaha untuk memberikan penghiburan ketika salah satu diantara mereka mengalami problematika yang sedang terjadi.
Hari-hari silih berganti, minggu ke minggu, bulan berganti bulan, hingga pergantian tahun tak terasa berlangsung. Ketiga sahabat ini menjalani tali ikatan persahabatan dengan baik dan dengan rasa bahagia. Tak terhingga, waktu pun terus berlalu hingga masanya untuk kelulusan Sd dan menjelang menduduki bangku SMP. Ketika sudah memasuki dunia Sekolah Menengah, ketiga sahabat ini tidak lagi berada dalam ruangan kelas yang sama karena dipisah dari sistem penyeleksian sistem acak. Kedekatan mereka selama berada di sekolah, menjadi berkurang karena bergabung dengan kelompok kelas masing-masing. Ketiganya sibuk dengan kegiatan masing-masing seperti kegiatan ekstra kelas, kegiatan diskusi kelompok dan lain-lainnya. Waktu untuk berbincang-bincang pun semakin singkat dan sangat jarang sekali.
Suatu ketika, ketiga sahabat ini tanpa sengaja singgah di taman tempat mereka biasa berbincang untuk beristirahat. Mereka sempat tidak saling menyapa karena sudah terbiasa dengan hari-hari mereka ketika sudah berada di bangku SMP. Sifat kenal tak kenal mulai muncul antara mereka seperti tidak pernah saling menyapa satu sama lain. Setelah melihat sikap ketiga sahabat ini, Yuni teman baru Kesya ketika SMP merasa mereka seperti pernah saling menyapa namun seperti ada keanehan. Yuni pun menginterogasi Kesya tentang kejadian di taman tadi. Kesya menceritakan semuanya bahwa mereka dulu pernah bersahabat selama berada pada bangku SD. Namun memasuki bangku SMP, jalinan persahabatan mereka semakin renggang bahkan terasa menghilang. Yuni merasa sirik mendengar semua cerita dari Kesya dan ingin agar persahabatan Kesya dengan sahabatnya agar segera hancur. Yuni mengadu domba Kesya dengan sahabatnya dan menceritakan bahwa sahabat kesya yakni Susi dan Nita sudah tidak mau lagi bersahabat dengan Kesya, karena merasa sangat kecewa dan sakit hati, Kesya pun semakin membenci Susi dan Nita.
Kemudian hari, Susi dan Nita datang bersamaan kepada Kesya tanpa ada suatu perencanaan untuk menanyai kabar Kesya sekalian ingin sekali berbincang-bincang karena semakin rindunya dengan kisah persahabatan mereka ketika masih berada di SD dulu. Tanpa menanyai kembali kepada sahabatnya, Kesya pun langsung menyenggak Susi dan Nita yang baru saja datang menghampirinya dengan nada suara yang tinggi. “untuk apa datang, bukannya kalian udah ada teman baru dan sudah melupakan aku”. Susi dan Nita juga menjadi terbawa emosi karena mendengarkan lontaran ucapan dari Kesya, kemudian saat itu juga mereka tak saling menyapa lagi.
Orangtua dari Kesya, Nita, dan Susi saling berkomunikasi dan menanyai kisah persahabatan anak-anaknya yang semakin lama semakin jarang dilihat bersama. Orangtua mereka menanayai anak-anak mereka masing-masing mengapa bisa terjadi. Kesya menjelaskan bahwa sahabatnya Nita dan Susi tidak lagi menganggap Kesya sebagai sahabatnya karena sudah ada teman baru. Sedangkan Susi dan Nita merasa tersinggung dan sangat kecewa dengan sikap Kesya yang berubah drastis ketika sudah menemui teman baru di SMP.
Orangtua ketiga sahabat ini merundingkan alasan-alasan yang dijelaskan oleh ketiga anaknya dan memberikan solusi sebagai jalan keluarnya. Besok sore, ketiga sahabat ini beserta orangtuanya bertemu di taman yang sama tempat biasa Kesya, Susi, dan Nita berbincang-bincang. Orangtua mereka saling menjelaskan dan kemudian menenangkan perasaan anak-anaknya. Akhirnya ketiga sahabat ini saling minta maaf dan menangis berpelukan karena merindukan kisah persahabatan mereka selama masih berada di SD. Kesya kemudian menceritakan penjelasan dari Yuni yang kenyataannya tidak benar tentang sahabatnya. Orangtua ketiga sahabat ini pun merasa senang melihat anak-anak mereka kembali bersahabat baik seperti dulu lagi.
Ketiga sahabat ini mencurahkan tangis bahagia mereka karena bisa kembali seperti semula dengan keadaan baik-baik saja. “Maafkan aku ya teman-teman” ujar Kesya “Eh, ngapain minta maaf. Orang yang salah adalah kita Kes” ujar Susi “Iya, pas tuh, kita yang salah Kes. Maafin kita ya” ujar Nita “Aku harap kita bisa baik-baik saja” ujar Kesya “Aku berdoa semoga ini menjadi awal dan akhir dari perselihan kita, ” ujar Nita “Aku juga memkirkan hal yang sama, ujar Susi” “Janji ya guys, apapun alasan dan ucapan dari orang tentang salah satu diantara kita, kita jangan langsung percaya” ujar Nita
Nita, Susi, dan Kesya mengucapkan terima kasih banyak kepada orangtua mereka masing-masing. Karena berkat partisipasi dan kepedulian orangtua mereka yang begitu baik, mereka bisa kembali saling berbaikan. Mereka juga menangis terharu karena begitu bahagia dengan bisa saling mengakui keegoisan mereka dan berjanji untuk tetap selalu mengingat kisah persahabatan mereka yang begitu mengenang di hati dan jwa mereka.
Tidak terasa, waktu pun mulai sore, mereka sudah puas dengan tangis bahagia mereka, mereka memutuskan agar besok malam untuk merayakan hari baikan persahabatan mereka melalui makan malam nanti di depan rumah Nita. Rumah Nita memiliki halaman yang cukup luas dan bisa dijadikan sebagian sebagai tempat ngumpul dan menikmati indahnya bintang yang bersinar di malam hari.
“Oh iya guys besok malam kita makan malam nanti setidaknya kita buatkan alunan musik biar agak seru gitu. Biar lebih seru” ujar Kesya “Aku sih boleh-boleh saja lah,” ujar Nita “Aku ngikut sajalah,” ujar Susi
Mereka terdiam sebentar memikirkan cara membuat moment makan malam mereka besok agar bisa lebih seru. Mereka saling melihat google cara menarik untuk merayakan makan malam dan membaca-baca kegiatan yang cocok untuk mereka lakukan. Mereka juga saling membayangkan indahnya kebersamaan mereka mulai mereka duduk di bangku SD hingga bisa sampai saat ini. Mereka sedikit bingung dengan rencana mereka yang tidak kelar menemukan cara menarik.
Tidak terasa lama, mereka mulai kelaparan. Karena mereka masih berada di taman dan belum pulang hingga mulai menjelang malam. Mereka pergi berjalan beberapa menit dan kemudian berpapasan dengan pedagang sate. Saat itu juga, Nita dan Susi tidak bawa uang sepeser pun, hanya Kesya saja yang memiliki uang lebih.
“Aduh…” Ujar Nita “Kamu kenapa” Ujar Kesya “Perut aku bergemuruh Kes” ujar Nita “Kamu lapar pasti Nit” Ujar Kesya Susi hanya menunduk-nunduk sambil memulas-mulas perutnya yang kelaparan.
Kesya mengerti dengan sikap mereka. Kesya pun kemudian membeli sate sebanyak tiga dengan porsi sepuluh ribu masing-masing. Sebenarnya Nita dan Susi tidak tega melihat Kesya menghabiskan semua uangnya, namun apalah daya semua karena kelaparan.