Aqila adalah anak cerdas yang memiliki mimpi membuat taman baca untuk anak-anak sebayanya, cita-citanya yang mulia itu terinspirasi dari kegemarannya membaca di usianya lima tahun, kini ia telah menginjak usia delapan tahun. Rumahnya yang tak jauh dari taman menjadikan mimpinya makin kuat ditambah hari-hari melihat pengamen jalanan seusianya mencari receh di sana, saat tak ada yang memberikannya uang mereka hanya merenung di balik pohon bercengkrama dengan teman lainnya, wajah lelah bak pakaian kusut menghiasi wajah lugu mereka, harusnya mereka berpakaian rapi dan bermain kejar-kejaran di anak usianya namun kejamnya kehidupan yang membuat mereka harus berpanas-panasan mencari receh demi receh hanya sekedar mengganjal perut mereka. Aqila sadar betul mereka tak seberuntung dirinya yang memiliki orangtua lengkap dengan kebutuhan hidup lebih dari cukup dan tak harus memikirkan isi perut setiap harinya. Tidak seperti mereka yang kasih sayang orangtua saja tak mereka dapatkan.
“Kakak sedang baca apa?”. Salah satu anak yang imut nan menggemaskan menghampirinya yang sedang asyik bersama buku bacaannya namun kadang matanya tak fokus pada buku bacaan yang ia pegang melainkan memikirkan nasib anak-anak yang ia temui di taman dengan bermacam-macam keadaan, ada anak-anak yang bergantung gadget di lehernya dan lihai memainkan jari jemarinya bermain gadget. Mirisnya orangtua mereka membiarkannya hingga berlarut-larut tidak seperti Umi dan Abinya yang sama sekali tidak mengizinkannya bermain Gadget di usianya dan selalu buku bacaan yang menghiasi kamar Aqila hingga ia gemar membaca hingga saat ini.
“Kakak membaca buku komik judulnya “Hari baik selalu datang untuk anak baik”, adik sudah bisa membaca?” Tanya Aqila lembut. Anak itu menggeleng dan memandang buku itu seakan minta dibacakan isinya. “Adik namanya siapa? Mau kakak bacakan buku ini?” “Namaku Risa kak, mau kak”. Risa mengangguk dengan sigap duduk mendekat di samping Aqila. Dengan penuh seksama Risa memperhatikan Aqila penuh rasa kekaguman.
“Wahh ceritanya bagus kak ya, berarti anak baik itu selalu dikasih hari-hari baik oleh Allah sebab apa yang ada di dunia ini berasal dari Allah kalau kita menjaganya dengan baik maka Allah juga seluruh alam pun mendoakan segala kebaikkan untuk kita”. “Benar sekali sayang, kecil-kecil sudah paham maksud dari isi buku yang baru kakak bacakan”.
“Kak buku seperti itu mahal ya?” tanyanya lagi. “Kalau kamu mau bisa ke rumah kakak, di sana banyak buku yang bisa kakak bacakan untukmu”. “Tapi kak rasanya Risa juga pingin punya buku sendiri kaya kakak. Nanti kalau ada rezeki Risa mau beli buku sendiri dan koleksi seperti kakak Aqila”. “Wah ide bagus tu, nanti main-main ke rumah kakak ya di ujung sana ada gang masuk dan sebelah kiri ada rumah warna pink nah disana rumah kakak. sekarang kakak mau pulang dulu ya sudah mau maghrib”. “Oke kak, nanti kalau ada waktu Risa main tempat kakak ya?”. Sahut Risa sambil melambaikan tangannya.
“Abi… ehm…”, Aqila mendekati Abinya yang sedang menyelesaikan kerjaan kantornya di depan laptop, “Abi sibuk ya? boleh Aqila ganggu sebentar?” Abi lalu mengakhiri tugasnya dan menyimpan file kemudian menutup teleponnya, begitulah Abi tidak ada yang lebih penting daripada waktu dengan anaknya, setiap kali Aqila butuh Abi langsung meninggalkan pekerjaannya termasuk pekerjaan kantornya.
“Ada apa nak… ada yang ingin Aqila sampaikan pada Abi?” “Boleh tidak Aqila minta sesuatu?” “Ehem… selagi itu baik dan bukan sesuatu kejelekkan pasti Abi kabulkan”. “Anu… Aqila ingin sekali punya rumah baca untuk anak-anak seusia Aqila”. “Terus alasan Aqila ingin punya rumah baca kenapa?” “Aqila ngerasa tidak adil anak-anak diluaran bawaannya gadget. sementara Aqila hanya buku dan buku”. Mata Aqila melirik Abinya yang nampak sedikit menghela nafas. “Hehe… bukan Bi… bukan itu maksud Aqila sebenarnya, Aqila hanya ingin mengetes emosi Abi sedikit”. “Ah kamu ini.. hampir jantung Abi meledak-ledak. Cepat katakan yang sebenarnya jangan membuat jantung Abi panas lagi”.
“Aqila miris Bi lihat anak-anak di jalanan itu menghabiskan waktunya tanpa tau dunia anak-anak mereka. jadi daripada mereka sedih bercampur lelah dengan hasil yang mereka dapatkan untuk mengisi perut mereka, kadang sehari hanya makan sekali. jadi agar anak itu semangatnya tinggi sehari-hari Aqila ingin punya rumah baca di taman itu dan menyuguhkan bacaan bacaan bermanfaat untuk mengisi waktu senggang mereka. gimana menurut Abi?” “Masyaallah… jelas Umi dan Abi setuju, iya kan Bi, masa anak punya ide cemerlang tidak didukung.” Sahut Ummi seketika yang tiba-tiba nongol di belakang mereka. “Iya-iya…pasti Abi dukung, tapi alangkah baiknya selain menyediakan bacaan, sambil menyediakan pula buku bacaan yang dijual untuk mereka yang ingin membacanya di rumah, jadi hasilnya bisa Aqila tabung untuk nambah koleksi buku Aqila. Gimana?” “Waaahhhh… Abi … makasih Abi… Umi makasih Umi…” Betapa girangnya keinginannya mendapat respon baik oleh Abi dan Umminya sambil memeluk orangtuanya yang sangat ia cintai itu.
Beberapa hari Abi sangat sibuk dan jarang sekali berada di rumah hingga Aqila gelisah dengan janji Abinya perihal beberapa hari yang lalu ia bicarakan.
“Ummi… umi tau tidak Abi pulang jam berapa? kok berapa hari ini Abi terlihat jarang di rumah, dan tidak ada kabarnya soal permintaan Aqila waktu itu. Apa Abi lupa ya dengan janjinya?” Sewot Aqila cemas. “Jangan khawatir sayang Abi mungkin sekarang sedang sibuk dengan kerjaannya, mungkin menunggu waktu longgar Abi baru akan mewujudkan mimpi Aqilla, sabar ya sayang.” Umi berusaha menenangkan.
Tak lama suara klakson memanggil-manggil, terdengar suara Abi mengucap salam di dalamnya. kemudian secepat kilat Aqila menyambar Abi yang masih berada dalam mobilnya. “Ayoo naik, Abi akan tunjukkan sesuatu”. Niat Aqila yang hendak memarahi Abinya karena janjinya diabaikan diurungkannya demi melaksanakan ajakan Abinya.
Tak lama ia dan Abipun sampai pada taman yang tak jauh dari rumahnya, taman yang biasa menjadi tempat asyiknya untuk membaca, dan petak kecil di sudut taman itu dengan pemandangan yang sejuk telah Abi beli untuk dijadikannya taman baca sesuai permintaan Aqila. “Masya’allah, bagaimana bisa Abi menyulap taman ini menjadi begitu indah dan cantik?. Maksud Aqila di rumahpun bisa dijadikan taman baca, kan halaman depan rumah kita cukup luas Bi…?” “Tidak nakk, keinginanmu itu sangatlah mulia jadi Abi akan rugi jika harta Abi yang lebih dari cukup ini tidak di jadikan sebuah sedekah. Toh kalau di gang sempit rumah kita siapa yang akan berkunjung? Kalau disini kan jelas banyak yang melihat. Oya tau tidak saat Aqila membicarakan soal rencana itu, Alhamdulillah proyek Abi berjalan lancar dan rejeky Abipun bertambah besar, itu semua karena anak Abi yang punya cita-cita cemerlang ini, lalu Abi terfikir untuk membeli tanah sepetak dekat taman ini yang biasa Aqila kunjungi untuk membaca dan berapa kali Aqila bilang menyukai taman itu, Abi langsung mencari penjual tanah di ujung dekat taman yang dekat pegunungan ini, Alhamdulillah setelah berbincang dengan pemiliknya uang Abi cukup dan masih ada sisa untuk Aqila pakai membeli buku yang akan dipajang di toko Aqila ini”. “Waaahhhh… Abii…” Aqila tak sanggup berkata-kata, ia hanya menangis haru, secepat itu niat baik kita Allah kabulkan. Aqila masih belum percaya Abi, ini lebih dari bayangan Aqila Abi, Umi. Sekali lagi terima kasih Abi.. Umi.. Aqila pun tak henti-henti memeluk dan mencium kedua orangtuanya.
Cita-cita Aqila yang ingin mengajak anak seumurannya gemar membaca kini terkabul dan sedikit demi sedikit banyak teman Aqila yang berkunjung dan berbagi cerita menarik seputaran dunia baca. Betapa bangganya Abi dan Umi melihat isi perpustakaan Aqila semakin ramai dengan anak-anak yang in shaallah memberikan pengaruh yang baik karena pembahasan mereka tak jauh dari dunia pengetahuan.
Rasulullah pernah berpesan “Bergaul bersama dengan teman yang shalih akan mendatangkan banyak kebaikan, seperti penjual minyak wangi yang akan memberikan manfaat dengan bau harum minyak wangi. Bisa jadi dengan diberi hadiah olehnya, atau membeli darinya, atau minimal dengan duduk bersanding dengannya, engkau akan mendapat ketenangan dari bau harum minyak wangi tersebut.”
Kini taman baca Aqila kian ramai dikunjungi, cita-citanya selama ini secepat kilat Allah kabulkan karena niat Aqila tulus untuk mengajak anak-anak generasi ini yang hampir sebagian lupa tentang buku, jangankan itu sekolahpun tidak semaksimal dulu semenjak adanya virus yang menggemparkan seluruh isi dunia. Karena itu anak-anak tak lagi berpegangan pada buku melainkan gadget yang bergelantungan di leher mereka, mirisnya sebagian orangtua membiarkannya dan sebagian pula ada yang mengajarkan konten-konten yang tidak ada faedahnya sama sekali pada anak-anak mereka.
Pesan moral dari cerita di atas ialah gunakanlah waktu luangmu untuk hal-hal yang bermanfaat agar waktumu tidak sia-sia, dan bertemanlah dengan orang-orang baik agar hati dan pikiran kita selalu dalam hal kebaikan dan inspiratif tanpa sedikitpun ada pikiran negatif, sebab adanya hal baik karena orang-baik yang berpengaruh di sekitar kita.
SEMOGA BERMANFAAT…
-TAMAT-