Di sebuah kota terdapat sebuah toko kue yang terletak di ujung perempatan. Toko itu tidak besar namun lengkap. Ada banyak macam kue yang dijual di sana dan yang paling menarik adalah kue-kue itu ditata secantik mungkin oleh pemiliknya sehingga setiap orang yang lewat depan toko pasti akan menyesal jika tidak mengunjungi toko tersebut. Namun di balik kehindahan toko kue itu, ada sedikit keributan di dapur. Penyebabnya bukanlah pegawai atapun pemilik toko melainkan bahan-bahan kue.
“Kau lihat, pemilik toko selalu memakai aku untuk membuat kue berarti akulah yang terpenting bagi pemilik kue” ucap tepung ketan dengan sombongnya “Alah, tuan kita baru memakaimu untuk membuat kue tok dan onde-onde saja kau sudah sombong. Lihatlah jajaran kue serabi itu! Bahan dasar membuat kue serabi adalah tepung beras jadi jelas akulah yang terpenting bukan kamu” tukas tepung beras tak mau kalah “Wahai para tepung, berhentilah bertengkar karena sesungguhnya gula dan telurlah yang terpenting dalam membuat kue” ucap si telur “Sudah.. sudah.. cukup! kalian jangan bertengkar lagi! Kita semua di sini penting bagi tuan pemilik toko” ucap si perisa berusaha menengahi “Bagaimana bisa perisa? Apa alasanmu berbicara seperti itu? Kan sudah jelas sejak 2 hari yang lalu tuan pemilik toko membuat kue serabi, putu ayu dan kue beras berarti akulah yang terpenting. Lihat saja stokku sekarang menipis” tukas tepung beras
“Dengarlah semua bahan-bahan kue. Kita di sini sangatlah penting bagi pemilik toko karena tuan pemilik toko selalu menggunakan kita untuk membuat kue, memang betul sejak 2 hari yang lalu tuan pemilik toko telah membuat aneka kue yang berbahan dasar tepung beras tapi hari ini dia membuat kue yang berbahan dasar tepung ketan, besok mungkin dia akan membuat kue yang berbahan dasar tepung terigu” ucap si perisa
Kemudian tiba-tiba pintu dapur terbuka, semua bahan kue terdiam namun gemetar takut-takut kalau keributannya tadi didengar oleh si pemilik toko. Namun, pemilik toko tidak menggubris celotehan para bahan kue melainkan si pemilik toko langsung mengambil baskom plastik besar lalu memasukkan tepung terigu, air, garam, telur, pengembang dan pewarna makanan. Diaduk-aduknya adonan itu kemudian didiamkan sebentar. Si pemilik toko mengambil Loyang Teflon bulat yang tergantung di tembok dapur kemudian ia membuka kulkas dan mengeluarkan semangkuk irisan pisang dan sebatang keju. Dibukanya sebatang keju itu kemudian diparut di atas sebuah mangkuk hingga mangkuk itu penuh dengan keju. Selanjutnya si pemilik toko menata mangkok berisi keju dan irisan pisang dan sebuah baskom yang berisi adonan di dekat kompor. Dan si pemilik tokopun mulai beraksi. Ia memaskan Loyang Teflon dengan sesendok makan margarin, disaputnya di atas Teflon kemudian mengambil seiris adonan. Diputar-putar Loyang itu hingga membentuk bulatan tipis. Setelah matang, bulatan tipis itu tadi diletakkan di atas nampan besar dan diisinya dengan irisan pisang dan parutan keju, lalu dilipatnya kue itu, begitu seterusnya hingga adonan habis.
“Kau lihat kawan, tuan pemilik toko memilih tepung terigu untuk membuat kue dadar gulung sekarang. Pernahkah kalian berfikir apa jadinya jika kue dadar gulung dibuat dari tepung kanji atau ketan? Apakah bisa semaksimal tepung terigu? Begitu pula dengan kue-kue yang lain. Itulah yang aku maksudkan tadi, kita di sini semua sama pentingnya tergantung tuan pemilik toko ingin membuat kue apa, kalau kita tidak penting tentu kita sudah dibuang tapi nyatanya kita masih di sini” ucap si perisa dengan bijaknya “Kau benar perisa. Maafkan aku. Maafkan aku tepung beras dan kawan-kawan semua” ucap tepung ketan “Sudahlah tepung ketan aku juga minta maaf” ucap tepung beras, telur dan gula
Akhirnya merekapun berbaikan, sejak saat itu tidak ada pertengkaran lagi karena mereka telah menyadari peran masing-masing. Onde-onde akan maksimal jika terbuat dari tepung ketan sedangkan dadar gulung harus berbahan dasar tepung terigu. Jadi, suatu usaha akan berhasil dengan maksimal jika dikerjakan oleh ahlinya.