“Dan peri-peri itu akhirnya bebas dari kejaran ratu yang jahat. Tamat.” Ibu mengakhiri dongeng itu, kemudian mengecup dahi dan pipi Mary sebelum tidur. “Ibu, apakah Ibu juga percaya peri itu benar-benar ada?” tanya Mary. Ia menarik selimutnya. Ibu tersenyum. “Tentu saja Ibu percaya. Mary, dunia ini besar sekali. Kita tidak tahu apa saja yang ada di dalamnya. Bisa saja ada banyak makhluk yang bersembunyi, luput dari kehidupan manusia. Dongeng itu bisa jadi nyata.” Dan setelah itu, Ibu mengucapkan selamat malam pada Mary untuk terakhir kalinya. Ibu menutup pintu kamar, dan Mary pun tertidur menuju pulau mimpi.
Keesokan harinya, Mary pamit pada Ibu dan Ayah untuk berangkat ke sekolah. Gadis kecil itu berjalan riang melewati pondok bunga.
“Aww…” Tiba-tiba Mary mendengar suara meringis dari balik dedaunan. Suara itu semakin lama terdengar seperti menangis. Rasa penasaran membuat Mary ingin tahu apa yang ada di balik daun itu. Mary mendekat. Ia meraih daun itu dan dengan perlahan-lahan mengangkatnya. “Akh! Manusia!!!” Jeritan kecil itu berhasil membuat Mary terlonjak kaget. Namun Mary tidak menjauh atau ketakutan, ia justru semakin mendekat. Rasa penasarannya jauh lebih tinggi. Mary ingin melihat sebenarnya apa makhluk itu?
Mary kembali meraih dedaunan, dan mengangkatnya lagi. Kali ini Mary tidak mendengar suara teriakan. Yang dilihatnya justru sebuah makhluk kecil. Makhluk itu terduduk sambil meringis. Kakinya terluka dan sayapnya robek! Kedua mata Mary membulat. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
“Peri?” gumam Mary. “Jangan mendekat, manusia!” Makhluk mungil itu segera mundur begitu Mary mendekat. Dia terlihat ketakutan. “Aku mau menolongmu. Tunggu sebentar!” Mary mencari dua helai daun kecil dan mengeluarkan botol minumnya. Makhluk itu awalnya ragu-ragu, namun akhirnya membiarkan Mary menyentuhnya.
Pertama, Mary membersihkan luka di kakinya dengan air. Kemudian, ia mengambil daun kecil itu dan menggulungnya di bagian kaki yang terluka. “Tapi bagaimana dengan sayapmu?” Mary kebingungan. Ia tidak tahu bagaimana cara menyembuhkan sobekan di sayap peri itu. “Tidak apa-apa. Terima kasih, manusia.” Peri itu mencoba berdiri, dan berhasil!
“Siapa namamu, manusia?” tanya peri itu. “Namaku Mary,” jawab Mary. “Kalau kamu siapa?” “Namaku Rose. Aku adalah peri bunga.” Rose akhirnya menjelaskan, “Tugasku adalah merawat tumbuhan dan mencari nektar bunga untuk diolah menjadi madu. Tapi aku mengalami kecelakaan dan akhirnya terjebak di sini.” “Terima kasih karena telah menolongku, Mary. Maaf karena aku kasar padamu tadi. Kami para peri tidak seharusnya bisa ditemukan oleh manusia. Tapi kamu berbeda, kamu baik sekali.” “Tidak masalah, Rose. Aku sangat senang bisa bertemu dengan peri. Ternyata dongeng itu nyata,” balas Mary sambil tersenyum.
“Rose! Rose! Di mana kamu?!” Terdengar suara teriakan dari jauh. Rose menoleh. Ia mengenali suara itu. Teman-temannya, peri bunga yang lain datang untuk mencarinya. “Dahlia, Flora, Lily! Aku ada di sini!” Rose berusaha membalas. Peri-peri itu mendengarnya. Mereka segera terbang ke arah sumber suara.
“Ahh! Manusia!” pekik mereka ketakutan begitu melihat sosok Mary. Namun Rose menenangkan mereka. “Tenang saja. Dia adalah manusia yang baik. Dia menolongku,” ujar Rose. Peri-peri itu perlahan mulai memberanikan diri di depan Mary.
“Halo, namaku Mary. Kalian pasti peri bunga,” sapa Mary. “Mary telah menolongku, teman-teman.” Rose melanjutkan, “Sebagai ucapan terima kasihku, aku ingin memberinya madu. Tapi sayapku rusak, aku tidak bisa terbang.” “Tidak apa-apa, Rose. Kami membawa bantuan!” Salah satu dari peri bunga, Peri Flora, bersiul. Di belakang mereka muncul sekawanan lebah. Rose segera naik ke salah satu lebah. “Nah, ayo ikuti aku!” serunya.
Peri-peri itu beserta kawanan lebah terbang menuju suatu tempat. Mary mengikuti dari belakang sambil berjalan. Ternyata tempat yang dituju Rose adalah sebuah sarang lebah. Rose memerintahkan lebah-lebah pekerja untuk membuatkan madu. Kemudian, madu itu dimasukkan ke dalam jar berbentuk sarang lebah.
“Terima kasih, Mary. Ini balasanku untukmu.” Rose memberikan jar itu kepada Mary. “Aku tidak akan melupakanmu.” “Aku juga berterima kasih, Rose. Aku bahagia sekali bisa berkesempatan melihat peri secara langsung. Aku berjanji akan merahasiakan ini. Aku juga tidak akan pernah melupakan kalian,” balas Mary. Ia memeluk jar itu erat-erat. “Terima kasih telah menolong teman kami, Mary,” ucap peri-peri bunga. Mary mengangguk. “Kita harus berpisah sekarang. Ratu Mariposa akan sangat cemas kalau kita tidak segera kembali.”
Rose dan peri-peri bunga lainnya mengucapkan terima kasih kepada Mary untuk terakhir kalinya. Sebelum itu, mereka menuntun Mary ke jalan yang semula. Mary juga harus bergegas pergi ke sekolah. “Selamat tinggal, Mary.” Rose dan peri-peri lainnya pamit, melambaikan tangan pada Mary. “Selamat tinggal. Aku akan merindukan kalian,” jawab Mary.
Mereka akhirnya berpisah di sana. Peri-peri bunga itu kembali ke tempat tinggal mereka, di tengah hutan, bersembunyi dari jejak manusia. Sementara Mary berangkat ke sekolah. Namun manusia kecil itu tidak akan pernah lupa dengan pengalaman itu, sambil memegang jar madu erat-erat di tangannya.