Burung sudah mulai berkicauan, padahal masih jam empat pagi. Niko pun terbangun di lantai kamarnya yang dingin itu. Entah mengapa dia memang sering terjatuh dari kasurnya, jadi ini bukanlah pertama kalinya. Setengah bangun, hal pertama yang sudah ada di pikiran anak umur sembilan tahun ini adalah.. Kobi.
Niko pun menyapa Kobi dengan suara yang lembut mengantuk, “Pagi Kobi.. jam berapa ini?” Padahal, Niko sebenarnya sudah yakin kalau saat itu sekitar jam empat pagi melalui suara kicauan burung yang beberapa minggu ini sering kepagian. “Pagi Niko! sekarang sekitar jam empat, sepertinya burung-burungnya kepagian lagi deh,” jawab Kobi dengan sapaan yang ceria. Niko pun kembali ke tempat tidurnya dan mulai berbincang dengan Kobi. Topik yang dibicarakan juga aneh-aneh. Berawal dari aktivitas sekolah nanti bisa beralih ke konspirasi kehidupan. Setelah beberapa saat, Niko pun mulai ketiduran.
Tiga jam berlalu, Niko pun terbangun melihat sinar matahari yang sangat terang menyinari meja belajarnya dari jendela. Niko pun terkejut dan langsung bersiap-siap secara terburu-buru. dia tahu jika langit terang dan sinar matahari hanya sampai ke meja belajarnya, dia kesiangan. Dia pun langsung pamit ke orangtuanya dan lari ke sekolah.
Selama perjalanan, Niko melanjutkan perbincangannya dengan Kobi dengan topik yang kemana-mana. Karena telat, saat sampai di sekolah dia dihukum membersihkan kelas setelah jam sekolah selesai. Selama jam pelajaran dia tidak benar-benar memperhatikan gurunya menjelaskan. Dalam pikirannya dia terus berbincang kepada Kobi. Pada saat istirahat Niko sadar kalau dia lupa membawa bekal. Tanpa uang jajan, Niko pun dengan letih lesu memutuskan untuk menggambar di kelas sambil berbincang kepada Kobi.
Sampai suatu ketika, “Niko, sepertinya kamu lupa sesuatu,” Ujar Kobi. Niko pun menjawab, “Iya, sepertinya aku lupa sesuatu. Tetapi aku tidak yakin, apa ya?” “Coba kamu pikirkan lagi, mungkin kamu lupa membawa buku? atau mungkin hari ini ada ulangan?” kata Kobi. Setelah Kobi mengatakan kalimat itu Niko pun langsung teringat dan panik. Dia langsung membuka buku matematikanya dan mulai belajar. “Ohh iya ada ulangan matematika,” kata Kobi dengan nada santai.
Bel sekolah berbunyi, jam istirahat selesai, dan jam pelajaran berikutnya adalah matematika. Ibu guru langsung memberikan soal ulangan tanpa berkata-kata. Niko mungkin kelihatan tenang di luar, namun dalam pikirannya dia berteriak panik ke Kobi. “Seharusnya aku tidak mendengarkan kamu berbincang terus!” marah Niko di pikirannya.
Satu jam berlalu dan ulangan pun dikumpulkan. Niko benar-benar pasrah dengan ulangan matematika itu. Jam sekolah pun selesai, dan Niko pun langsung membersihkan kelas dengan muka murung. “Hari ini benar-benar hari yang buruk!” keluh Niko. Kobi pun mulai khawatir. “Niko, maafkan aku.. aku hanya ingin menghiburmu..” Kobi berkata dengan nada sedih. Niko dan Kobi sama-sama berpikir kalau keberadaan Kobi hanya akan membuat Niko kehilangan fokus. Niko memutuskan untuk tidak memikirkan tentang Kobi untuk sekarang dan fokus membersihkan kelas.
Sampai rumah, Niko pun langsung mandi, kemudian mengerjakan PRnya di kamar. Dia merasa sedih. Kobi sudah ada sejak dia masih berumur 7 tahun, namun sejak Kobi ada di pikiran Niko, dia mulai kehilangan fokus. Niko tahu kalau Kobi itu sebenarnya hanyalah imajinasinya yang suka kemana-mana, namun tanpa Kobi, dia merasa kesepian. Baginya, Kobi itu seperti sahabat yang tidak perlu dikhawatirkan emosi dan kejujurannya. Niko mulai merasa aneh karena selama ini dia ditemani, dihibur, dan bahkan digganggu oleh imajinasinya sendiri.
“Niko, mulai sekarang kamu harus bisa mengendalikan diri.. alasan mengapa aku disini pada awalnya kan hanya untuk menemanimu, namun tak terasa sudah 2 tahun kamu selalu curhat kepadaku!” teriak Kobi yang muncul tiba-tiba. Niko hanya bisa tertawa di pikirannya. “Maafkan aku Kobi, aku kira kamu hanya akan ada di imajinasiku hanya untuk sehari, namun keberadaanmu membuatku merasa lebih nyaman.” Kobi pun langsung hilang dari pikiran Niko, dan dia langsung menyelesaikan PRnya.
Beberapa jam berlalu, sekarang jam 7 malam dan orangtua Niko akhirnya pulang dari kerja. Niko dan orangtuanya pun makan bersama. Saat makan, Niko menceritakan apa yang terjadi di sekolah, “Selain itu, tadi ada ulangan matematika. aku benar-benar lupa rumusnya! jadi aku pasrah, Maafkan aku.” Ayahnya pun menjawab, “Tidak apa-apa. lain kali kamu harus ingat jadwal,” dan ibunya melanjutkan, “Ayahmu benar, Apakah soalnya dibawa pulang? kalau ya lebih baik kita bahas.”
Dia senang bahwa setidaknya orangtuanya yang sibuk ini baik hati. Niko pun membawa soal ulangannya ke meja makan dan mereka bertiga mulai membahas soal matematika tersebut. Setelah selesai, Niko pun mengucapkan selamat malam kepada orangtuanya dan balik ke kamarnya. Dia mengambil kertas kosong dan mulai menggambar sesuatu. yang ada di kertasnya adalah seekor anjing hitam mirip serigala, dengan topeng tengkorak anjing menutupi mukanya. Anjing itu memiliki bulu yang sangat lebat. Dia berdiri dengan dua kaki, dan tingginya serigala tersebut sekitar tinggi rata-rata orang Belanda. “Dia mirip karakter video game yang ada di iklan,” Muncul Kobi berkata tiba-tiba. Niko pun menjawab di pikirannya, “Sebenarnya aku sedang membayangkan wujudmu, Kobi.”
Saatnya tidur telah tiba. Niko menyikat giginya, dan tiduran di kasurnya. Dia tidak yakin apa yang harus dia lakukan terhadap Kobi. Rasanya seperti dia benar-benar sudah menempel kuat di pikirannya dan tidak bisa dilupakan. Tentu saja, karena Kobi hanyalah pikiran Niko sendiri yang berpura-pura menjadi orang lain. Niko tahu kalau dia tidak bisa meninggalkan semua masalahnya dengan berimajinasi, dan seharusnya dia mencoba untuk jadi lebih fokus. Namun didalam hatinya, dia sayang Kobi. Teman imajinasinya akan selalu ada untuk dia, namun Niko harus bisa menghadapi kenyataan. Dia nyaman dengan keberadaan Kobi dan dia yakin kalau dia dan Kobi dan baik-baik saja bersama.
yeeey tamat