“Bukalah,” seru orang tersebut kepadaku yang menyodorkan sebuah kotak sedang berhias kata selamat ulang tahun. Aku dengan senang mengikuti sarannya untuk membuka kotak tersebut.
Namun, terdengar suara gemuruh beberapa detik saat dibuka kotak tersebut, langsung menyemburkan bara api dengan suara keras. Dorr!! Dorr!!
Orang-orang sekitar yang mendengarnya langsung terkejut dan berlarian tak tentu arah untuk menyelamatkan diri. Aku, sebelum kotak itu kubuka, sebenarnya telah mengetahui apa yang ada di dalam kotak tersebut.
Perlahan membuka pita besar di kotak itu, yang sebagai pengaitnya. Aku mendengar suara kecil seolah-olah ada jam arloji yang terus berjalan waktunya. Aku langsung menyadarinya, saat pita itu sudah kebuka, kemudian aku dorong dirinya ke dekat asal pemboman yang dia buat. Dan aku melarikan diri bersama orang lain.
Aku tahu dia siapa, sehingga setiap diberikan sesuatu olehnya aku pasti bersikap hati-hati. Karena dari dulu dia selalu bermain licik kepada orang lain. Ya, dia temanku waktu kecil. Tak usah aku sebutkan, namun ia dikenal dengan sebutan Mr.T di daerahku. Sebutannya dikenal karena dia selalu memakai topi disaat akan membuat masalah.
Aku tahu persis sifatnya, bahkan tampangnya akulah yang lebih tahu dari orang lain. Meskipun dia suka jahil dan licik dengan orang lain, aku selalu saja merasa kasihan padanya. Entah kenapa, aku hanya berpikir naluri teman semasa kecil akan tetap ada.
Sebelum kejadian itu dimulai, Pagi harinya aku sibuk sekali untuk menyebarkan undangan pesta ulang tahunku. Meski cuman berada di kampung saja, itu sudah membuatku kelelahan. Kali ini aku menyebarkannya hanya seorang diri. Teman-teman terdekat lainnya tidak bisa membantu, karena kesibukan masing-masing.
Saat aku tengah menyebarkan undangan, tiba-tiba datanglah Mr.T itu tepat di depan wajahku. “Halo!” serunya mengagetkan. “Ouch! Aduh, kau ini. Bikin jantungan! Untung aku sadar,” kesalku padanya. “Hah, yaa. Kau sedang apa, hah?” tanyanya dengan nada tak acuh. “Bukan urusanmu, sebaiknya kau pergi sana. Mengganggu saja kau!” bentakku lalu meninggalkannya. “Oi! Dasar kau, ya! Gak tahu terimakasih!!” marahnya sambil menyusulku.
Aku yang mendengarnya terkejut dengan perkataannya. Kenapa aku harus berterimakasih padanya, padahal tidak aku minta tolong. Dasar orang aneh sekali. Aku lalu menghiraukannya dan langsung berjalan terus untuk menghindar darinya. Sudah berjalan lebih dari lima menit, aku tengok lagi ke belakang. Akhirnya dia tidak mengikuti aku lagi.
Beberapa jam kemudian, selesailah aku mengantarkan undangan ulang tahun di kampung. Ternyata tidak semudah itu, pasalnya aku baru selesai hampir sore. Sungguh pekerjaan yang melelahkan. Setelah selesai, aku segera pulang ke rumah dan menyiapkan semua keperluan untuk pesta. Dari dekorasinya sampai nanti kue ulang tahun akan datang dari kurir.
Dalam persiapan ini, aku kali ini dibantu dengan beberapa teman kampusku. Dari mereka yang sedang menganggur di sore hari. Setelah berbagai persiapan selesai, kemudian aku mengganti pakaianku. Aku bersolek indah di depan cermin sambil memanjakan bibir manis menjadi kemerahan, dan gaun berwarna pink yang akan kugunakan nanti sebagai tokoh utama. Agar aku lebih berasa dengan tokoh utama, aku dibantu dalam bersolek oleh teman-temanku.
Malam harinya, pukul sembilan malam tepat saatnya para tamu undangan berdatangan. Dari para emak-emak sampai anak-anak, yang datang kebanyakan anak-anak sih. Semua telah berkumpul dengan ramai sampai seisi rumahku terlihat tak cukup. Namun, aku merasa ganjal karena si pembuat licik tak ada di sini. Tumben, biasanya itu orang kalau ada acara yang mengundangku dia selalu ikut. Kini disaat acara ulang tahunku, malahan dia tidak datang ikut. Yah.., sedikit sedih dan bahagia sih. Karena tidak ada dia, palingan masalah tak akan muncul, dan sedihnya dia teman masa kecilku yang tidak datang di hari bahagia aku ini.
Tetapi disaat ujung acara akan berakhir, tiba-tiba suara teriakan lantang dari luar pintu. Membuat semua tamu undangan terkejut dengan kehadiran suara itu. Tidak hanya suara lantang itu, tetapi ditambah dengan keributan yang terjadi. Aku yang menyadari langsung berjalan ke arah keributan untuk melerai, dan aku tahu siapa itu. Ya, Mr.T
Orang-orang di sana langsung menggelengkan kepala dengan perbuatannya. Sudah menjadi kebiasaan di kampung ini kalau ada keributan pasti ada dia di sana.
“Hei, Mr.T! Ini hari bahagia teman kau, bersikap tenanglah..,” lerai emak-emak dari balik tembok dalam rumah. “Apaan sih, Mak. Ikut campur aja, ya udah aku masuk ya…” jawabnya dengan tak acuh. Aku yang mendengar ucapannya itu langsung mencegat dirinya untuk masuk ke rumahku. “Eit, enak aja! Kamu aja engga bawa apa-apa. Tidak boleh masuk!” kataku bersikeras sambil menghalanginya masuk. “Apa! Kau tak lihat ini, hah? Aku bawa kotak ini!!” katanya membentak dan membuatku terbelalak kaget. Meskipun dia sering marah-marah kepada aku dan siapapun, tetap saja tidak ada yang bisa memastikan agar tak kaget saat dia mulai membentak.
“Idih… apaan tu! Cuman kotak dan pita saja, itupun hiasannya gak bagus. Pergi sana!” “Hei, berani kau?! Cepat ambil!” Terlihat dalam raut wajahnya nampak keseriusannya untuk aku menuruti apa yang dia mau. Namun, aku tetap bersikeras menolaknya. Aku tahu pasti ada kelicikan di dalam kotak ini.
Tetapi sesaat kemudian raut wajahnya tiba-tiba berubah. Dari yang mengerut karena marah, perlahan terlihat luluh dengan tampang kasihan.
“Bukalah,” dan itu kata-katanya yang terbuka dari mulutnya sebelum awalan akan terjadi musibah yang diperbuatnya.
Setelah aku tahu dalam kotak itu sebuah bom kecil, aku tak segan-segannya menyodorkan bom itu tepat di depan wajahnya. Kini dia sebelumnya akan menertawaiku tidak akan bisa lagi. Karena aku tak mudah tertipu oleh kelicikanmu, wahai Mr.T!
Pesta ulang tahun berakhir dengan keresahan. Warga yang melihat langsung memukulinya dan mencaci maki dia. Aku melihatnya hanya terpaku diam soal mengapa dirinya melalukan itu pada teman kecilnya. Aku kemudian berpikir, kalau dia itu sebenarnya berbuat baik tetapi tak tahu bagaimana caranya. Makanya tadi saat menyebar surat undangan, aku harus bilang terimakasih. Oh, malangnya kau!!