Ting… Tong…!! Ting… Tong…!! ‘Siapa, ya? Siang bolong ada yang kerumah?’ Aku segera menuju bawah (kamarku di lantai atas) dan membuka pintu. Walah… Ternyata Ilona, teman dekatku.
“Eh, Lona. Ada apa, Lon?” tanyaku. “Lho, kamu lupa, Rah!! Kan, kita ngumpul di rumahmu! Untuk bahas apa yang kita jual nanti, untuk lomba Kelompok Wirausaha 56 minggu depan, di sekolah…” jelas Ilona panjang lebar. “Astagfirullah… Aku lupa! Kamu ke halaman belakang saja… Nanti aku nyusul” ucapku. Ilona menuju halaman belakang. Aku segera berganti pakaian. Baju lengan panjang kuning bergambar matahari, celana putih panjang, dan kerudung putih bergambar bunga-bunga mawar kuning. Aku segera ke dapur, membuatkan kudapan kecil. 5 gelas es teh yang segar, sepiring kue kering, sepiring bolu pandan, dan sepiring pai dan 5 piring kecil.
Sebelum ke halaman belakang, aku berpesan pada Bi Sita, jika temanku datang suruh ke halaman belakang. Aku bergegas menuju halaman yang rindang. Kiri-kanan halaman ada pohon besar. Ilona duduk di sebuah meja piknik bawah pohon.
“Lona!” sapaku seraya menaruh nampan berisi kudapan kecil tadi. “Wah, makasih ya, Mairah!!” seru Lona seraya mencomot satu bolu. Selain Ilona, teman sekelompokku untuk lomba nanti ada Friska, Ervan, dan Galih.
“Lona… Mairah!!” ada perpaduan suara memanggil kami. Dengan kompak, aku dan Ilona menoleh ke sumber suara. Nah, itu dia ketiga temanku. Ohya, selain teman sekelompok, kami itu bersahabat dekat. “Hai…!” sapaku dan Ilona kompak.
Setelah semua duduk, kami mulai menyambar segelas es teh dan menikmati pai. “Kita jualan apa, ini? Jualan kerajinan tangan kah, jualan mainan kah, jualan alat tulis kah, atau jualan makanan kah?” celetuk Galih dengan mulut penuh pai dan bolu pandan. “Ampun dah!! Wey, jadi orang jangan rakus-rakus, dong…” gerutu Ervan melihat sahabat paaling dekatnya, si Gendut Galih (salam 2 damai, Lih… Hihihi). Galih hanya cengar-cengir. “Jualan jajanan tradisional aja apa? Kan, satu kelompok 1-2 ide. Kita jual…” celoteh Friska seraya menaruh telunjuk tangan kanannya, di pipi kanannya yang chubby. “Gimana jual Jenang Grendul? Sama minuman, minumannya Es Cendol?” usulku. “Boleh!!” seru temanku.
Kalian tahu Jenang Grendul? Jenang Grendul itu perpaduan antara Bubur Sumsum juga Klepon. Nanti, direbus menggunakan air gula merah. Rasanya manis dan kenyal. Kami semua pernah makan, saat nenek kesini! Soal Es Cendol, kami cukup tahu.
“Ok, ide sudah ketemu. Nah… Saatnya penentuan…” omongan Ervan terputus setelah dia meletakkan sebuah wadah. Wadah stoples kecil yang penutupnya dibolongi. Dia mengocoknya. Setelahnya, dia memberi kami satu orang, satu gulungan kertas. “Bukalah!” Kami kompak membukanya. “Ketua?” gumamku membaca gulungan yang kudapat. “Maksudnya?” tanya Friska. Ervan menjelaskan. Singkatnya, undian siapa yang menjadi Ketua, Wakil, dll. “Bendaharanya juga bertugasnya di kasir” tutup Ervan. “Aku jadi ketua!” seruku.
Friska: Sekretaris Ilona: Wakil Ervan: Delivery Galih: Bendahara.
Setelah berunding, kami pulang. Aku mencuci piring bekas kudapan tadi.
Seminggu Kemudian… Kami mulai sibuk membereskan tempat kami berjualan. Hampir seperti tempat warung kecil-kecilan gitu. Terdapat jendela dan pintunya pun, terbuat dari kayu yang diukir indah. Aku dan Friska menyapu, Ilona mengelap jendela, dan Ervan juga Galih mengangkat dan menata barang-barang seperti: Kasir, meja, kursi, dll.
Siap juga! Kami menyusun beberapa gelas plastik berisi Jenang Grendul di meja dekat jendela. Dan beberapa gelas plastik berisi Es Cendol, di koper lemari es milik Ilona. Ervan menempel poster berisi nama anggota dan kelompok kami.
Gemar Jenang Grendul Dan Es Cendol {Gemar JGEC}. Ketua ~ Nur Humairah Azizah Wakil ~ Ilona Gabriella Riska Sekretaris ~ Ayuna Friskania Bendahara ~ Galih Muhammad Aziz Delivery ~ Dwi Ervanio Fernando
“Kak! Saya beli” seru seseorang dibalik jendela. Aku melongo. Rithy, anak kelas 4 yang lugu dan ceria. “Eh, Rithy! Mau beli apa?” tanyaku ramah. “Rithy mau Es Cendol satu sama Jenangnya satu!” seru Rithy. Aku memasukkan segelas Jenang Grendul dan Es Cendol, ke dalam kresek. “Berapa, kak Galih?” tanya Rithy. “Jenangnya satu Rp. 1.000, Es Cendolnya 1 Rp. 2.500. Totalnya Rp. 3.500” ucap Galih. Rithy memberi uang Rp. 5000 pada Galih. Galih menerimanya. “Kembaliannya Rp. 1.500! Makasih” seru Galih memberikan kembalian pada Rithy. Rithy tersenyum, lalu keluar dengan menenteng kantung kresek. “Sudah kamu catat?” tanyaku pada Friska. Frikaa mengiyakan. “Mairah!! Kak Ershi, yang jual Alat Tulis itu, pesan 2 Jenang Grendul sama 3 Es Cendol! Minta diantar. Ini uangnya, Lih!” seru Ilona seraya memberi uang Rp. 10.000 pada Galih. Galih menerima dan memberi uang Rp. 500. Aku segera memasukkan pesanan Kak Ershi dan memberikannya pada Ervan. Ervan pergi melesat.
Whoooaahh….. Ramai sekali!! Ervan pun sampai kewalahan, karena banyak yang minta diantar. Aku juga pusing. Semua anggotaku pusing, menghadapi keramaiannya. Teriakan para pembeli membuatku tidak fokus.
10 menit kemudian, dagangan kami sisa 5 gelas dari 100 gelas (50 Jenang 50 Es Cendol)! 2 Jenang Grendul, dan 3 Es Cendol. Karena semakin siang semakin sepi, maka dagangan kami resmi kami tutup. Kami memakan sisa jualan. Aku, Ervan, dan Galih mengambil Es Cendol. Sisanya Jenang Grendul. Kami makan seraya bercanda.
“Wah… Laris manis, ya?” seru seseorang. Wah, Bu Stella, wali kelas kami! “Bu Stella, hehe. Iya, Alhamdulillah” seru Galih. “Pendapatannya Rp. 165.500. Dibagi untuk modal Rp. 45.500, hasilnya Rp. 120.000. Dibagi lima, jadi masing-masing mendapat Rp. 24.000” ucapku. “Kalian Hebat!” seru Bu Stella mengacungkan 2 ibu jarinya
“Mairah, dipanggil Pak Ronaldy, di ruangnya!” seru Tyas, teman sekelasku. Aku menganggukkan kepala. Aku berjalan sambil berpikir. Kenapa dipanggil? Aku berbuat kesalahan apa?
Sesampainya, aku melihat Kak Ershi (anak kelas 6A), Kak Bayu (Anak kelas 6E), Kak Sonna (Anak kelas 6D), Aku sendiri (Anak kelas 5A), Teguh (Anak kelas 5B), dan Farid (anak kelas 5C). Di sekolahku, satu kelas 5 ruangan. Seperti kelas 5, ada kelas 5A-5E begitu.
“Saya memanggil kalian, karena kalian pemenang lomba Kelompok Wirausaha. Kelas lima, juara Satu kelas 5A dengan nama kelompok ‘Gemar Jenang Grendul dan Es Cendol’!! Juara dua… Blablabla… Ini ada bingkisan, piala, dan piagam!” seru Pak Ronaldy.
“Teman-teman! Kita juara Satu!!!” seruku pada Gemar JGEC. Anak-anak Gemar JGEC mengerubungiku. Mereka tersenyum penuh kegembiraan. Kami membuka kadonya. 5 buku tulis. 2 Bergambar Princess dan 3 bergambar Naruto. aku sendiri mengambil yang Naruto. Soalnya, Naruto kartun favoritku. Hehehe. Kemenangan ini, kami rayakan sepulang sekolah dengan makan di restoran dekat sekolahan.