Aku percaya sebuah keajaiban yang akan datang menolongku, seorang peri. Aku seperti anak kecil yang masih mempercayai peri.
Namaku, Nasyauqi Ashalina, panggil saja Nasya, arti namaku menurutku Keajaiban yang manis dan menyenangkan, hmm.. aku saja masih bingung apa itu maksudnya? Tapi, suatu keajaiban saat aku lahir itu terjadi. Yap! Aku mempercayai sebuah keajaiban, aku suka menonton sebuah film yang menceritakan sebuah keajaiban. Dimana keajaiban itu selalu datang disaat kita perlu.
Aku sudah berusia 13 tahun, hmm.. 13 tahun, memang usia sudah memasuki masa remaja yang menurut orang masa-masa sulit, baru saja aku menjalankan hidupku sebagai seorang anak kecil, sekarang sudah mulai sibuk ini dan itu. Tapi, disaat aku kesulitan aku merasakan sebuah keajaiban terjadi dalam hidupku, keajaiban yang menolongku.
Suatu hari, disaat aku sedang mengerjakan PR.. “Huft.. Sudah kelar PR-nya.. Hm.. aku laper, mau makan dulu ah,” Aku keluar dari kamar, lalu mencari makanan di meja makan, satu persatu penutup mangkuk kucek. “Yah.. Ibu belum masak deh, kayaknya,”
Tak lama kemudian, Ibu keluar dari kamarnya. “Eh Nasya, udah kerjain PR-nya?” Tanya Ibu. “Udah kok bu,” jawabku. “Ohh.. Kamu mau makan apa?” Tawar Ibu. “Apa aja mau kok bu. Emang, ada apa aja?” Tanyaku balik. “Maaf Nasya ibu belum belanja,” “Hm.. Aku mau beli telur aja deh bu,” “Ya udah, uangnya nih ya beli setengah aja, sama sekalian ya ibu titip bahan bahan sayur asem sama ikan asin,” “Oke Bu, makasih ya!”
Lalu, aku segera berkemas ke warung Bi Tati, warung yang ada di dekat masjid. Aku hanya memakai baju rumah saja, jilbab ungu, kaos biru muda, jaket biru navy dan celana ungu muda. Let’s go to warung!
Sayangnya warung Bi Tati ngantri, banyak ibu-ibu tetangga yang beli sayur mayur, daging dsb.. Iya, karena warung Bi Tati adalah salah satu warung yang komplit di perumahan ini.
Saat sedang mengantre, ada salah satu pemuda yang menyelaku agar dia bisa terlebih dahulu yang membeli sebelumku. Aku kesal, karena, ia tidak mengantre di belakangku. “Maaf mas, saya ngantri duluan dari tadi,” ucapku. Tapi, dia mencuekkiku seperti pura-pura tak mendengar, akhirnya aku mendengus kesal. ‘Huft… Sabar Sya.. Sabar..,’ batinku.
Aku berharap, ada sebuah keajaiban yang terjadi, tapi sepertinya mustahil. Bagiku sudah terlambat, ada seorang kakek yang mengantre di belakangku, aku pun merasa kasihan kepada kakek itu, sepertinya aku harus mempersilahkan kakek itu untuk mengantre sebelumku.
Setelah pemuda itu membeli keperluan yang dibelinya, aku mempersilahkan kakek itu untuk terlebih dahulu yang membeli. “Kek, kakek duluan aja,” Ucapku. “Gak usah nak, kamu saja duluan, kakek gakpapa setelah kamu,” jawabnya. “Bi, kakek ini dulu ya yang dilayani, aku setelah kakek ini aja,” kataku. Lalu, aku tersenyum tipis, kepada kakek itu.
‘Subhanallah.. Baik sekali anak ini, padahal tadi sudah ada yang menyelanya, tapi dia mempersilahkanku untuk terlebih dahulu membeli,’ batin kakek itu.
Setelah kakek itu membeli, aku pun yang membeli.
Saat sedang pulang, aku bertemu di tengah jalan dengan salah satu anak yang dikenal jailnya itu, aku takut saja dikerjai. “Ehh! Ada anjing di belakang!!” Ujarnya. Guk! Guk! Aku langsung kaget dan segera berlari, saat sedang berlari aku melihat anjing itu ke belakang, ternyata beneran ada. Aku tidak tahu ini kebetulan atau anak itu sedang mengerjaiku.
Saat sedang berlari kencang, tanpa disadari aku terjatuh karena keselengkat, tiba-tiba saja anjing itu menghilang. “Aww!” Aku meringis kesakitan, apalagi aku tak mengenal tempat ini, sebuah kampung, Ya Allah aku berlari terlalu jauh sampai menjauh dari perumahanku sendiri.
Kakiku terasa sakit, memang terkilir, aku susah berjalan, ditambah saat aku cek telur yang kubeli pecah! Karena terjatuh saat aku keselengkat dan membuat kakiku terkilir. ‘Inikah sebuah keajaiban? Keajaiban yang membawaku kesialan, karena kecerobohanku juga tak bisa menjaga telur,’ batinku sambil bersedih.
Aku berusaha menahan tangisanku yang mendalam ini, aku sudah besar aku gak boleh nangis, aku mencoba berdiri dengan memegang pohon yang persis di sampingku, tetapi.. “Aduhh!” Kenyataannya, ada semut di pohon itu membuat tanganku terasa gatal, dan bentar lagi pasti tanganku merah karena kugaruk-garuk tanganku yang gatal.
‘Ya Allah, berikan hambamu ini pertolongan. Aku yakin keajaiban yang akan benar-benar terjadi jika aku berdoa kepadamu Ya Allah dan memberiku pertolongan,’ batinku sambil berdoa.
Tiba-tiba saja, ada seorang yang memanggilku. “Hei!” “AA!” aku berteriak kaget. Lalu aku menengok. “Siapa kamu?” tanyaku kepada seorang yang sebaya denganku, perempuan yang sepertinya sebaya denganku. “Ikut aku,” ajaknya. “Kemana? Aku gak bisa berdiri! Kakiku kekilir,” jawabku agak ngebentak. “Huft.. Iya iya..,” Dia mencoba membantuku, menggandengku, dan mencoba agar aku bisa berjalan. Tapi aku bingung, aku mau diajak kemana? Aku hanya membawa plastik berisi bahan-bahan sayur asem dan ikan asin yang masih bisa diselamatkan, telurnya, terpaksa dibuang.
Saat di jalan, aku tak berbicara apa-apa dengannya, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami.
Sesampainya, di sebuah rumah sederhana yang kecil, tetapi memiliki sebuah kebun dan peternakan. “Kamu duduk aja dulu disini, aku masuk dulu,” katanya. Hm.. Dia tampak cantik, paras wajahnya yang begitu bercahaya, yap dari tadi aku hanya memandang wajahnya tapi dia tak melihatku.
Tak lama kemudian, keluar seorang kakek yang tadi aku lihat di warung, keluar dari rumah bersama gadis tadi. “Eh, kakek?” Aku langsung mencium tangannya. “Kamu yang tadi di warung ya?” “Iya kek,” “Tunggu tunggu, kakek? Kenal dia?” tanya gadis itu kepada kakeknya. Ouhh.. Dia cucu dari kakek ini. “Iya, Ya. Tadi, cucu saya sudah bicara sama saya, katanya, kaki kamu kekilir ya nak?” “Emm.. Iya kek,” “Kakek, coba pijit sama minyak ini ya, Insya Allah cepet sembuh dan gak kerasa lagi sakitnya,” “O.. Oke kek,”
Sebenarnya, aku anti minyak yang buat pijit itu, aromanya aneh dan aku gak suka. Kakek itu bilang, “Kalau baunya aneh tutup aja hidungnya,”. Aku mencoba tahan rasa sakit, dan aroma minyak itu.
Baru saja aku menutup hidung, dan sedikit memejamkan mataku, kata kakek itu.. “Nah.. Udah selesai dipijitnya!” Hah?! Aku kaget nggak percaya, udah kelar? Iya, kakiku sudah terasa lega dan gak sakit lagi. “Ma.. Makasih banyak kek!” “Sama-sama nak.. Oh iya, tadi kata cucu kakek telurmu pecah ya?” tanyanya. “Ng.. Iya kek,” “Bentar ya,” Kakek itu pun pergi ke belakang rumahnya, aku tidak tahu, apa yang akan dilakukan oleh kakek itu.
“Ng.. Aku boleh kenalan gak?” tiba-tiba saja gadis itu meminta berkenalan denganku. Padahal dari tadi dia diam saja. “Bo.. Boleh.” jawabku. “Namaku Alayya Almedha, panggil aja Ayya, aku umur 13 tahun,” kata Ayya. “Salam kenal Ayya, aku Nasyauqi Ashalina, panggil aja Nasya,” kataku balik, sambil tersenyum. “Namamu bagus,” pujinya. “Kamu juga,” pujiku balik. “Hahah makasih, oh iya kamu tinggal dimana? Maaf ya kalau tadi aku agak nyebelin, aku belum terbiasa sama orang asing atau orang yang gak aku kenal,” jelas Ayya. “Di perumahan Asri, iya iya gakpapa kok aku juga.. Memang belum terbiasa juga sama orang baru,”
Kakek itu pun keluar membawa sebuah plastik yang berisi sesuatu. “Nah, ini ada telur, kakek pelihara ayam betina di rumah, dan baru saja dia bertelur, ini bawa pulang ya,” “Gak usah repot-repot kek,” aku sungkan-sungkan. “Gak usah sungkan-sungkan Sya ambil aja ya sebagai pengganti telurmu yang pecah tadi, daripada ibumu marah,” kata Ayya. ‘Bener juga sih.. Tapi, aku merasa direpotkan.’ Batinku. “Ambil aja gakpapa. Ayamnya masih bertelur kok,” Aku pun mengambil telur itu dengan malu, tapi sambil tersenyum juga.
“Yaudah.. Saya mau pulang ya kek, takut ibu nyariin,” pamitku. “Hati-hati ya,” “Iya kek, oh iya nama kakek siapa?” aku hampir saja, lupa tanya nama kakek itu. “Nama kakek Hasman, panggil aja kakek. Hehehe.. Kalau kamu namanya siapa nak?” “Nasya kek,” “Nasya ya? Namanya bagus sekali, kapan-kapan main kesini lagi ya,” kata kakek itu. “Iya kek makasih ya atas bantuannya. Ayya, makasih ya,” “Iya sama-sama,” jawab mereka bersamaan. Aku pun pamit kepada mereka, lalu pergi ke rumahku, Ayya sudah memberitahuku jalan pulang ke perumahan Asri letaknya tak jauh.
Ternyata keajaiban itu benar ada!, Keajaiban dari tuhan yang memberiku pertolongan disaat aku susah, percayalah, tuhan selalu mendengar doa kita. terima kasih karena engkau telah mendengar do’aku ini.