Reyna menarik nafas dalam, rasa gugup memenuhi sekujur tubuhnya. Come on… You can do it! batin Reyna.
—
Minggu ini Reyna ada janji dengan Callista untuk pergi main bulu tangkis dan olahraga sebentar di taman dekat kompleks rumah mereka. “Reynaaaa!” seru Callista memanggil Reyna yang sedang mengikat tali sepatunya. “Bentar, Ta!” sahutnya sambil mengikat simpul. “Berangkat dulu, Ma, Pa!” izinnya kepada orangtuanya.
Ceklek! Pintu depan terbuka dan Reyna disambut oleh pelukan dari sahabatnya itu. “Eh, selow, Ta. Selow aja…” ujar Reyna sambil melepaskan pelukan Callista yang menurutnya terlalu erat itu. “Iya, hehe…” Callista terkekeh pelan. “Yeee… ketawa aja.”
“Oh ya, kenapa tadi kamu meluk-meluk tiba-tiba?” tanya Reyna kemudian. “Tadi aku lihat pengumuman di mading yang difoto sama mama aku. Kamu dapet Top 3 di semua nilai kategori ulangan!” seru Callista. “Masa? Kamu baru tau?” tanya Reyna sambil membetulkan letak jepit rambutnya. “Ha?” Callista membetulkan letak kacamatanya. “Udah tau, Ta. Dari kemarin…” “Oh gitu,” “Ckckck…” “Eh, berangkat yuk!” ajak Callista sambil menarik tangan Reyna.
Di taman… “Pemanasan dulu yuk!” kata Reyna. Setelah pemanasan mereka bermain bulu tangkis. Tidak terasa permainan sudah berlangsung lama, Reyna memukul kok yang dipukul oleh Callista dan… Sreettt… Kok tersebut melewati raket Callista sehingga tidak sempat dipukul oleh raketnya. “Yay!!” Reyna meloncat-loncat kegirangan karena skornya telah mencapai angka dua puluh, sekaligus karena telah menang. “Yahh… Kalah deh! Tapi gak papa.” Callista yang ingin mengambil kok tiba-tiba terbentur dengan pohon.
“Aduuhhh! Pohonnya nih nggak bener! Eh, itu apa?” Callista mengambil selebaran yang ditempel di dinding restoran dekat pohon tersebut. ‘LOMBA MEMBACA PUISI UNTUK ANAK KELAS 4-6 SD’ Callista melirik Reyna yang sedang minum karena saking hausnya. Sempurna buat dia! Reyna kan pintar bikin sama baca puisi! batinnya tersenyum sendiri.
“Reyna! Coba lihat nih…” kata Callista sambil menghampiri Reyna. “Kenapa?” Reyna mengambil kertas yang disodorkan oleh sahabatnya itu. “Kamu mau ikut gak?” tanyanya penuh harap. “Hmm… Tapi kalau jelek gimana?” jawab Reyna ragu-ragu. “Nggak papa kok! Nggak bakal deh. Aku jamin 99 persen!” Reyna terlihat berpikir.
“Ayolah, kamu kan pinter bikin puisi, pinter bacanya juga, Reyna!” katanya berusaha meyakinkan sahabatnya. “Anggap saja ini challenge,” katanya lagi. “Ya udah deh. Sekali-sekali coba nggak ada salahnya.” Reyna tersenyum, walau masih sedikit ragu.
Keesokan harinya, Reyna pergi mendaftar bersama Callista. Setelah mendaftar, mereka pergi jalan-jalan ke mall dan membeli es krim. Reyna jadi teringat surat yang diberikan saat pendaftaran. Sembari menjilat es krim Happy Soda merek Glico Wings yang dia pegang, Reyna semakin penasaran akan isi surat tersebut. “Reyna, aku ke toilet dulu ya.” Kebetulan sekali! Reyna langsung merobek amplop surat tersebut dan membaca isinya. Isinya adalah tema dan penjelasan tentang lomba tersebut. Temanya adalah tentang sesuatu yang melibatkan indra manusia. Flowers in Nature! Ide itu terlintas di pikirannya. Matanya berbinar ketika membayangkan sebait puisi yang secara spontan dia rangkai.
“Hey, Reyna! Kok bengong?” tanya Callista tiba-tiba. “Eh, ng… nggak kok.” balasnya terbata-bata. “Hehe.” lanjut Reyna lagi.
Mereka kemudian pergi ke taman untuk ikut melihat konser teman mereka yang adalah artis cilik. “Olivia!” panggil Callista dan Reyna sambil melambaikan tangan. “Hello guys!” balas Olivia yang sedang minum jus jambunya di belakang panggung. “Kapan datengnya?” tanya Olivia sambil menyedot jus jambunya lewat sedotan. “Tadi, pas kamu nyanyi bareng kak Kevin.” jawab Reyna mewakili mereka berdua. “Oh ya, ngapain kalian ngomongnya aku?” celetuk Kevin tiba-tiba. Bikin mereka bertiga kaget, Kevin menyedot jus sirsaknya yang tadi dia beli bersama Olivia. “Bikin kaget aja sih!” Olivia cemberut. “Seloww… selow…” kata Kevin menenangkan adiknya itu. “Ih!” seru Olivia saat Kevin mengacak-acak rambutnya. “RAMBUTKU BERANTAKAN NIH!” Olivia ngamuk. “Tenang, Liv. Tenang…” hibur Reyna dan Callista. “Hehe… Sori, Liv.” Kevin merangkul adiknya itu. “Ok.”
“Eh, kalian dukung Reyna dong. Dia mau ikut lomba puisi hari Minggu.” kata Callista. “Masa? Semangat ya, Rey!” dukung Olivia.
Tiba-tiba telepon Olivia berbunyi. Setelah beberapa saat berbicara di telepon, Olivia pamit ke mereka berdua, dengan Kevin juga.
“Hmm… Ke rumahmu yuk! Aku juga pengen denger kamu bikin puisi.” kata Callista. “Yuk!” Reyna menggandeng tangan Callista.
Reyna menarik nafas dalam, rasa gugup memenuhi sekujur tubuhnya. Come on… You can do it! batin Reyna. Dia sekarang berada di belakang panggung, puisinya sudah mantap berada di pikirannya. Dia mengingat hari-hari latihannya.
“Semangat, Reyna!” dukung Olivia dan Callista yang ada di belakang panggung. Reyna tersenyum di hadapan mereka. Dia keluar dari belakang panggung. Seisi aula menatap ke arah Reyna. Dia tersenyum dan memberi hormat. Lalu mulai membaca puisinya.
‘Flowers in Nature
One day in the Morning On a Flower Crown garden With two shinning eyes And with a pure heart
Flowers and bee Butterfly and apple tree All glowing light in the dark The way I sleep for a day and a night
I can stop trying Trying to believe this I close my brown eyes To say thank you to the Thee’
Semua orang di aula tersebut hening. Dan saat Reyna membuka mata, semua orang terpesona dan menepuk tangan mereka. Bahkan MC sendiri hampir melupakan bahwa dia harus memandu acara tersebut. “Terima kasih.” Reyna membungkuk dan disambut oleh tepuk tangan riuh dari para penonton.
“Hebat, Rey!” puji Olivia. “Iya nih!” tambah Callista.
Keesokan harinya adalah pengumuman pemenang lomba tersebut. Dan yang membuat terkejut adalah… Reyna menjadi pemenangnya! Dan pemenangnya dapat maju ke kompetisi nasional. Reyna membawa pulang kemenangan dengan bangga, seulas senyum pun tersungging di bibirnya.
The end.