Pengalaman hidup yang kualami tidaklah seindah kisah kawan-kawan sepermainanku. Namun aku tak pernah bosan untuk selalu agar bisa menjadi lebih baik dan mengubah nasib keluargaku.
Namaku indah, saat ini aku telah duduk di bangku kuliah yang ternama di Ponorogo. Perjalanan hidupku masa kecil sangat menyedihkan dimana aku masih merasakan rasanya penjajahan, makanan masih terbuat dari kulit umbi, bahkan masih sering berebut nasi, lauknyapun masih sambal dan garam, dan uang 50 rupiah masih sangat berharga.
Sejak kecil ayah dan ibu sudah mengajariku bagaimana caranya mencari nafkah, memasak dan bekerja. Sehingga saat umur 2 tahun aku sudah mandiri. Banyak tetangga yang memuji keterampilanku saat itu.
Suatu hari ketika ayah dan ibu mengajakku ke sawah, gembira sekali rasanya, karena keinginanku melompat, mandi dan mancing di sungai selalu bisa terwujud.
“indah, ayo kita kesawah ikut bapakmu” ajak ibu “iya ibu, ibu… ibu… Nanti aku berenang di sawah ya” “terserah tapi harus menanam padi dulu” begitulah nasehat ibu.
Jadi sejak umur 2 tahun aku sudah bisa menanam padi, memasak, membersihkan rumah dan lain sebagainya terkadang saat ibu jengkel tidak jarang-jarang telinga ini dijewer olehnya, badan dicubiti dan dipukul, namun tujuannya untuk mendidikku, alasanya adalah saat sudah dijemput teman untuk pergi bermain, makan selalu kulupakan dan pulang hingga larut sore, itulah yang membuat ibu jengkel. Itulah sedikit ceritanya.