Kekesalanku pada Donna masih terasa. Dia menganggap semua bisa dibeli dengan uang. Dia pikir membuat cerpen itu gampang? Seenaknya merobek dan menginjak ceroen orang.
“Zena!” Seseorang memanggilku. “Lina? Ada apa?” Jawabku ketus. “Ih, kok ketus banget sih!” Lina memasang mimik muka marah, “Pasti masalah Donna! Aduh, kayak gak tau Donna aja!” “Bukan itu! Aku kan susah payah bikin cerpen itu, eh malah dirobek sama dia! Gimana gak kesel coba?!” “Hadeuh, kamu kan punya salinannya kan?” “Memang, tapi aku harus print lagi dong! Capek deh!” “Kamu tu ya, males terus… gimana bisa menang lomba cerpen kalau gitu?”
“LINA!!!” Emosiku berada di puncak. Aku berlari mengejar Lina, dia menjukurkan lidahnya yang membuat aku semakin marah. “Udah, break!” Seru Hana. “Dia kelewatan Na!” “Weeeeek!” “Sudahhhh!!! Sekarang pulang ke rumah masing-masing! Besok Zena siap-siap mengikuti lomba menulis cerpen bersama Donna, Agnes dan Gaudrina.” Jelas Hana. “Hah! DONNA!” “Ihhh… berisik! Iya, Donna! Sudah… pulang… bubar!”
Keesokan harinya… “Semua sudah siap?” Tanya miss Farha. “Sudah miss!” “Baik, segera ambil nomor undian dan tulis nama kalian di registrasi sana ya! Setelah itu kalian duduk di kursi yang sesuai dengan nomor undian. Cepat, kita sudah telat!” Miss Humaira mengingatkan.
Kami mengambil nomor undian dan mendaftar, setelah itu mengambil kertas dan duduk sesuai nomor undian. Aku menulis cerpen berjudul KETIKA UANG HILANG. Niatnya menyindir Donna sih… haha!
“Waktu habis!” Seru pembawa acara. Kami mengumpulkan kertas berisi cerpen. Selang beberapa lama, juri mengumumkan pemenangnya.
“Juara harapan tiga diperoleh… JOANNA SD MELATI!” Tepuk tangan sangat meriah. “Juara harapan dua diperoleh… AGNESIA SD MAWAR!” Aku bertepuk tangan untuk Agnes, dia menang!
“Juara harapan satu, siapa nih? KAYLA SD HABAIB!” Tepuk tangan kembali meriah.
“Nah… juara ketiga, siapa? Yak! GAUDRINA SD MAWAR!” Aku menyemangati Gaudrina yang tersipu malu di panggung.
“Juara dua nih… ya… siapa lagi kalau bukan ZENA SD MAWAR!” Sungguh kekagetan yang membuat jantung berdegup kencang.
“Sementara juara satu! Hmmmm… DONNA SD MAWAR!” Tepuk tangan tak terdengar. Kami bingung, sementara Donna mengedipkan matanya pada juri paling ujung.
“Curang! Curang!” Semua orang berseru menyuraki Donna. “Cukup… sudah! Akan kami ganti kembali karena ternyata ada salah satu juri yang menerima suap!” Pembawa acara menengahi, “JUARA 3, JULIANA SD GRETTEH! JUARA 2, GAUDRINA SD MAWAR! JUARA SATU… TENTU ZENA SD MAWAR!” Sorak sorai memenuhi gedung lomba, aku senang bisa memenangkan perlombaan ini.
“Zena, kamu benar! Semuanya tidak bisa dibeli dengan uang… maafkan aku ya..” Donna memohon maaf. “Oke! Kita sahabat, deal!” “Deal!”