“Hei jangan buang sampah sembarangan!” kata seorang anak laki-laki yang bernama doni kepada temannya yang sedang membuang plastik bungkus snack ke sungai namanya rino. “memangnya kenapa?, suka-suka aku mau buang sampah di mana itu bukan urusanmu.” anak laki-laki yang diperingatkan itu tak mau kalah dan tetap membuang sampah di sungai. “perbuatanmu itu bisa merusak lingkungan, bukankah lebih baik membuang sampah pada tempatnya?” doni tetap menasehati rino agar membuang sampah pada tempatnya. “ah sudahlah, toh tidak akan terjadi apa-apakan. Itu hanya satu bungkus snack bukan satu truk. Tidak masalah kan?” roni tetap tidak mau disalahkan karena membuang sampah sembarangan. “terserah kamu lah ron. Aku sudah memperingatkanmu.” doni pun menyerah untuk menasehati roni, ia lalu berjalan pulang meninggalkan roni sendiri di pinggir sungai.
Malam harinya hujan turun sangat lebat disertai angin kencang. Saat itu roni sedang sendirian di rumah karena orangtuanya sedang pergi ke rumah sakit menjenguk neneknya. Roni ketakutan di rumah tapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Roni pun memutuskan untuk tidur.
“aaaaaaaa toloooong.. Jangan kejar aku…” roni berteriak sambil berlari kencang. Ia ketakutan. “Heii roni, jangan lari” suara berat itu terus mengikuti roni, membuat roni tak bisa berhenti berlari. “ss siapa kamu?” tanya roni terbata-bata karena ketakutan. “aku adalah sampah yang kau buang tempo hari. Aku harus bersamamu karena aku adalah milikmu.” ternyata yang mengejar roni adalah sampah yang berubah menjadi monster. Ia meminta pertanggung jawaban kepada roni karena tidak membuangnya di tempat sampah. “pergi kau pergi monster sampah jelek pergiii…!!!” roni berteriak sambil menutup matanya karena takut melihar monster sampah itu. Saat ia membuka matanya monster sampah itu hilang.
Roni berjalan tak tentu arah ia ingin pulang tapi ia bahkan tidak tahu dimana dia sekarang. Roni melihat sekeliling. Ada banyak sampah berserakan di mana-mana. Di jalan, di selokan, di atas pohon bahkan di atap rumah penuh dengan sampah. “aku di mana? Mengapa banyak sampah di mana-mana?” roni bertanya pada diriny sendiri.
Roni terus menyusuri jalan kemudian ia melihat sungai yang penuh dengan sampah bahkan air sungainya tidak terlihat karena tertutup sampah. “ini buruk sekali, mengapa begitu banyak orang yang membuang sampah di sungai.” lagi-lagi roni berbicara pada dirinya sendiri.
“Heii nak apa yang kamu lakukan disini?” seorang berbaju hitam bertanya kepada roni. “pak, mengapa banyak sampah di sini. Apa tidak ada tempat sampah sehingga orang membuang sampah sembarangan?. roni bertanya kepada orang itu. “orang-orang lebih suka membuang sampah di sembarang tempat dari pada di tempat sampah, jadi beginilah keadaannya sekarang. Nenek moyang kita suka membuang sampah sembarangan karena itulah kami juga senang membuang sampah sembarangan.” orang itu menjelaskan. “oohhhh” roni menganggukkan kepalanya tanda mengerti “memangnya ini di mana pak?” roni bertanya kepada orang itu. “kamu tidak tau ini dimana?” orang itu kembali bertanya kepada roni. Roni menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. “kamu sedang berada di desa jambu nak.” orang itu berkata sambil menatap sungai di depannya. “desa jambu pak, kenapa namanya sama dengan desa saya ya?” roni kebinggungan. “ini memang desa jambu, setahu saya yang bernama “jambu” hanya desa ini.” “nama desa saya juga desa jambu pak, tapi keadaannya tidak seperti di sini. Desa ini benar-benar asing bahkan saya merasa ini bukan di bumi. Disini tidak ada tanah lapang, pohon-pohonan pun jarang, sangat berbeda dengan bumi.” roni berfikir keras sedang berada dimana dirinya sekarang. “ini memang bumi. Seperti inilah bumi. Saya sudah 57 tahun dan seperti inilah bumi yang saya lihat.” orang itu tetap memandang sungai di depannya.
“Pak, kalau boleh saya tahu tahun berapa bapak lahir?” roni bertanya penuh selidik. “saya lahir tahun 2067” orang itu kini menatap roni. “Haaa” roni terkejut mendengar jawaban orang itu. “Lalu sekarang tahun berapa ya pak? Roni kembali bertanya. Pertanyaan itu membuat orang yang ditanyainya mengerutkan kening. “sekarang tahun 2124 nak. Bagaimana bisa kamu tidak tahu?”. Mendengar jawaban itu roni benar-benar kaget. Bagaimana bisa dalam semalam tahun berubah begitu cepat. “hehe, saya lupa pak” jawab roni pura-pura. “kalau begitu saya pulang dulu ya pak” kata roni sambil melambaikan tangannya kepada orang itu.
Di sepanjang perjalanan roni berfikir apa dia mimpi, ini benar-benar mustahil. Tapi bumi yang ia lihat sekarang benar-benar berbeda. Sangat hancur dengan banyak sampah dimana-mana. Kemudian ia teringat dengan perkataan doni tempo hari yang melarangnya membuang sampah sembarangan. Ada penyesalan dalam hati roni. Ia tidak pernah berfikir kalau bumi akan sehancur ini karena sampah.
“Roni..” suara itu, suara berat yang pernah membuat roni lari tunggang langggang. Seketika roni berbalik dan melihat monster sampah di depannya. Roni ketakutan. “Haaaaaa jangaaaaaannn” .
‘brukkk’ .. roni terjatuh dari tempat tidur. “Aduhh sakit”. Roni mengaduh kesakitan. Roni segera berlari menuju jendela kamarnya. Hari sudah pagi, roni melihat sekeliling rumahnya, masih sama seperti kemarin. Roni lalu berlari keluar kamar. Ia melihat ibunya sedang menyiapkan sarapan. “roni, sudah bangun, mandi sana kamu kan sekolah.” kata ibu menghentikan langkah roni. “Iya bu” kata roni kembali menuju kamarnya. Di kamar roni duduk di tepi tempat tidurnya. “Semalam hanya mimpi, huhhh menyeramkan sekali. Syukurlah itu hanya mimpi. Roni pun bangkit dan mandi.
Roni berangkat sekolah dengan berjalan kaki seperti biasanya. “Doni..” teriak roni saat melihat doni di depannya. “hei ron, ada apa?” doni menghentikan langkahnya menunggu roni. “don, semalam aku bermimpi aneh” roni menceritakan mimpinya semalam kepada doni. “ohh jadi begitu. Kamu harusnya belajar dari mimpimu ron, bukankah aku selalu memperingatkanmu.” kata doni saat roni selesai bercerita. “iya don, sekarang aku sadar membuang sampah sembarangan itu tidak baik. Aku tidak akan mengulanginya lagi.” roni menyesal karena selama ini tidak pernah mendengar nasehat doni dan ia berjanji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi.