Seperti hari biasanya kutatap semua yang ada di sekitarku, tapi menurutku hari itu tampak berbeda dari hari lainnya. Mereka tampak tidak mempedulikanku. Aku berpikir sejenak, apa ada yang salah denganku hari ini. Kulanjutkan jalanku dengan hati bertanya-tanya.
“Hai sus” sapaku “Hai” Dia hanya menjawab pendek sapaanku dan tidak seperti biasanya, kenapa dengan mereka semua. Dengan rasa tanya di hati kenapa semua sibuk dengan urusan masing-masing dan tanpa melibatkan aku lagi dalam segala hal. “Sudah lupakan mungkin itu hanya firasatku yang salah..”
Tetap saja mereka tidak peduli apa yang aku lakukan, bahkan orangtuaku pun sama seperti mereka. Mereka yang dulu selalu kepo apa yang kulakukan. Tapi apa sekarang aku hanya seperti orang asing yang datang tak diundang pulang tak diantar. Dulu orangtuaku yang selalu menanyakan apa yang kualami di sekolah kini justru tidak peduli bahkan mereka tak bertanya bagaimana sikap semua temanku. Dengan tidak tahan aku pun mulai menanyakan pada ibu.
“Bu aku mau cerita dan tanya sesuatu pada ibu” “Maaf ibu lagi sibuk, urus saja sendiri urusanmu” “Apa ibu tidak peduli lagi denganku” “Ibu masih banyak pekerjaan, apa kamu tidak lihat” dengan nada marah ibu menjab.
Selalu sama apa yang kualami tapi kali ini lebih parah dari hari biasanya. Saat itu hasil nilai ulangan. Dan hasilnya aku mendapat nilai tertinggi lagi di kelas. Biasanya temanku tempuk tangan dan memberikan ucapan selamat, tapi kali ini malah membicarakanku dibelakang.
“Mungkin Lia mencontek, makanya nilai ulangannya bagus” ujar susi pada salah satu temanku “Apa yang kamu bicarakan Sus kamu tau kalau aku tidak mencontek” sahutku “Ya terserah apa katamu saja” “Kenapa kalian semua berubah sikap padaku” “Bukanya kamu yang berubah” sahut Ika teman sekelasku membela Susi
Lalu aku meninggalkan mereka tanpa menjawab. Selama itu aku juga sering murung sendiri merenungkan apa salahku sampai mereka semua berubah sikap.
Kurasa beberapa hari ini aku juga merasa lebih aneh dari sikap semua orang terdekatku. Tanpa kusaari satu persatu barangku mulai hilang tapi ku tetap diam. Aku lebih memikirkan sampai kapan semua orang akan berubah padaku. Tinggal dua hari lagi ulang tahunku tiba, tapi apakah akan sama seperti tahun lalu. Tapi itu hanyalah sebuah khayalan semata, karena semua orang terdekatku bahkan tidak ingat.
Tahun lalu mereka selalu mengingatkan bahan satu minggu sebelumnya. Tapi sekarang apa yang bisa kuperbuat. Hanya bisa memandangi jendela dengan hati yang rapuh. Mengenang dan berharap bahwa kejadian tahun lalu akan terulang lagi.
“Matikan lampumu dan tutup jendelamu, sudah malam tidurlah” ujar ayah dibalik pintu. “Baik yah, emm.. Apakah ayah ingat dua hari lagi itu hari apa?” “Oh ya, ayah lupa dua hari lagi ada janji dengan klien. Terimakasih sudah mengingatkan” Lagi-lagi ku hanya bisa menangis dalam diam, mendengar jawaban ayah.
Malam nanti tapatnya tengah malam aku genap 17 tahun. Aku pun tertidur tanpa mempedulikan bahwa besok hari ulang tahunku yang terburuk.
“Srek..” Aku pun terbangun suara apa itu. Suaa itu terus terulang selama tiga kali. Tanpa aku hiraukan aku kembali tidur. “Bruak” Ada yang melempar sesuatu padaku. Saat membuka mata tiba-tiba barangku yang hilang kembali semua dan tertata rapi di atas meja. Kulihat dan kucium bau bunga Mawar. Ternyata banyak bunga Mawar di kamarku.
“Ada apa ini?” Tiba-tiba lampu menyala dan… “Surprise… Happy birthday..” Orangtuaku dan temanku datang memberi surprise.
“Kalian terimakasih untuk suprisenya” “Jelas, kamu suka rencana kita” “Loh rencana apa” “Sudahlah yang jelas sekarang tiup lilin dan potong kue”
Tanpa berpikir aku langsung memejamkan mata dan berdoa dalam hati. Lalu kutiup lilin di kue itu. Waktu mau poong kue, ternyata kue itu melayang dulu ke wajahku ditambah lagi oleh guyuran tepung yang memenuhi tubuhku.
“Rencana kita memang hebat.. Hahaha” “Entahlah hanya tuhan yang tau” jawabku pendek.