Aku kesal sekali akhir-akhir ini. Pasti kalian tanya kenapa? Akhir-akhir ini teman-temanku selalu mengejekku SI HITAM. Tapi, hitam adalah takdir allah. Semua keluargaku dari kakek, nenek, ayah, ibu, pakde, bude, kakak, sampai adikku hitam semua. Aku keturunannya, ya pasti aku hitam.
Aku berusaha sabar, diam, dan tabah. Tapi, ejekan itu semakin menjadi-jadi. Semakin ku diam semakin banyak yang ikut-ikutan mengejek diriku.
Pulang sekolah, aku menangis karena ejekan itu. Di depan rumah aku melihat kakakku sedang duduk di teras rumah. Kakek dan nenek memang sedang berkunjung ke rumahku. Aku dengan segera menghapus air mata ini. Aku tak ingin kakekku tahu. Tapi, kakekku selalu tahu.
“Nathan, kamu kenapa? Kamu habis nangis ya?” tanya kakek. “E…Enggak kek. Aku nggak nangis kok!”. Kakek tidak puas dengan jawabanku. Dengan berberat hati aku menceritakan semuanya dari mulai ini sampe ke itu. Sampe aku puas ngomongnya (sampe capek juga, hihihi).
“Ealah, cuma masalah sepele kayak gitu kok nangis. Pake saja akal cerdikmu!” “Gimana caranya?” tanyaku. Kakek pun membisikkan sesuatu dalam telingaku.
Aku paham maksudnya. Kalian pasti nggak paham, to? (Pasti iya orang belum tak kasih tau, ckckck).
Benar saja. Keesokan harinya, teman-temanku mengejekku SI HITAM lagi. Aku pun berkata: “Tapi, aku maniiiss kaaan?” kataku dengan hentinya sambil mengedipkan satu mataku. Semua temanku terdiam. “Iya juga sich” kata salah satu temanku, Clara. “Hahahaha” seisi kelas tertawa. Kami memang teman dekat. Tapi, terkadang lupa batas saat bercanda. Terima kasih kakekku atas ilmu cerdiknya ya!.