Ditinggal sahabat di hari special!? huftt itulah yang dirasakan anak gadis berumur 16 tahun.
Di sore hari nan indah. Mentari sudah terbenam di ufuk barat. Disana aku dan sahabatku sedang memandangi matahari terbenam. “Ellen, pulang yuk, besok kan sekolah” ucap sahabatku yang bernama Anin. “Yukk” jawabku. Kami masih berbusana baju seragam, ya kami tidak langsung pulang hehe. Aku menaiki sepedaku. Mengayuh sepeda sambil menikmati angin sore.
Sesampainya di rumah, aku pun langsung mandi. Selesai mandi aku pun makan malam ditemani oleh ibuku. Sayur lodeh ya itu adalah makanan kesukaanku. Apalagi kalau yang memasak adalah ibuku, ditambah bubuk cinta membuat masakan menjadi lebih enak.
Selesai makan aku beranjak ke tempat tidur. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Aku pun berdoa sebelum tidur dan menarik selimut untuk menutupi badanku agar tidak kedinginan.
Keesokan harinya Pagi ini mendung. Mentari seakan tidak menampakkan sinarnya. Hal tersebut membuatku malas untuk pergi ke sekolah. Aku pun melanjutkan tidurku.
Jam menunjukkan pukul 07.00. Terdengar teriakkan ibuku dari luar kamar. “ELLEN!! KAMU GAK SEKOLAH?? 15 MENIT LAGI SUDAH BELL DI SEKOLAHMU” “HAH!? I-iya bu” ucapku sembari mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi.
Sesampainya di sekolah: “Huftt untung aku tidak telat” ucapku dengan nafas terengah-engah. Aku pun duduk di bangkuku.
Istirahat: “Ellen, lu ultah besok ya?” tanya Anin. “Syukur temen gua belum amnesia, iya bener gua ultah besok” jawabku.
Keesokan harinya Aku sudah menginjak umur 17 tahun. Aku menelepon Anin sahabatku. Teng teng teng “anin, hari ini gua ultah, ke cafe yuk gua traktir dehh” ucapku di telepon dengan penuh semangat. Namun yang menjawab bukan lah Anin namun seorang dokter. “Maaf, anin ada di rumah sakit. Ia kecelakaan saat ke rumahmu, bisakah anda ke Rumah Sakit Wangaya?” ucap seorang dokter Aku yang mendengarnya seakan mau pingsan. Aku pun bergegas pergi menemui sahabatku dengan harapan dia baik baik saja.
Namun nyawa anin tidak terselamatkan. “Anin! Lu kenapa lu pergi cepet banget. Gua mimpi kan? Gua mimpi!!” ucapku sambil mencubit pipiku. “Sakit! I-ini bukan mimpi” ucapku. Air mataku keluar deras.
Di Pemakaman “Anin, semoga kamu tenang disana ya” ucapku sambil menatap pemakaman anin. Angin berhembus kencang. Daun daun berguguran. Aku memutuskan untuk pulang karena sebentar lagi akan hujan.