Tak terasa hari baru sudah tiba. Mentari terlihat ditutupi oleh awan hitam. Aku terbangun dari ranjang empuk dan nyamanku. Lalu aku berjalan menuju kamar mandi Air kali ini sangat dingin.
Terdengar suara rintik hujan saat menggosok gigi. Makananku hari ini adalah nasi goreng dengan sosis. Hmm… perpaduan yang lezat.
Jam sudah menunjukan pukul 6.30, “Wah sudah setengah tujuh nihh. Aku harus berpamitan kepada Bunda dan Papa” Gumamku. Aku berangkat sekolah dengan sepeda lipat lamaku. Sepeda ini sudah dari 7 tahun lalu.
Di perjalanan aku melihat tetanggaku yang mengemas barangnya. Aku penasaran, aku memutuskan untuk bertanya “Hai Bu Henny, ada apa ya Bu?”. Tak lama Bu Henny menjawab pertanyaan ku “Ibu mau pindah 2 hari lagi, ibu pindah ke Lombok.” Aku mengangguk lalu lanjut perjalananku. “Waaah tak terasa udah sampai sekolah nih” Ucapku. Hari ini ada pelajaran Kimia.
Dringgggg Dringgggg suara bell masuk kelas. Aku bertemu sahabatku yang bernama Dinda, Dinda adalah anak dari Bu Henny. “Dinda, benar kamu pindah ke lombok?, Aku gak mau pisah dengan kamu. Aku sayang banget sama kamu. Emang kenapa kamu pindah?” Ucapku sambil meneteskan air mata. “Iya benar aku mau pindah, kamu jangan sedih laahh… nanti aku sedih juga. Aku pindah karena papaku ada tugas di Lombok.” Ucap Dinda.
Dringgg dringgg bel istirahat berbunyi. “Hai Bu guru, ada liat dinda gak?” Ucapku. “Dinda lagi ke kelas 11” Jawab bu guru dengan yakin. Aku pun langsung ke kelas 11 untuk menemui Dinda. Aku bermain dengan Dinda. Tak lama aku sudah dijemput. Aku berpamitan kepada Bu Nena (guru kimia).
Di rumah aku bercerita kepada bunda tentang Dinda pindah. Bunda menanggapinya dengan sabar dan membujukku agar tidak menangis. Aku bersahabat dengan Dinda dari kelas 7.
Keesokan harinya Mentari menusuk mataku. Hari ini cuacanya cerah. Perlahan aku membuka kelopak mata, dan tanganku meraih meja untuk mangambil Handphone. Terdapat pesan dari Dinda, “Hai Dessi, besok aku berangkat ke Lombok. Kamu datang Ya…., Lokasinya Di LinLin Cafe”. Aku menjawab dengan emoji senyum dan cinta.
Bunda hari ini tidak masak, jadi aku memasak makananku sendiri. Aku memasak Indomie Ayam geprek. Aku sangat suka makanan pedas.
Jam menunjukan pukul 10.45 aku berangkat ke cafe LinLin. Aku menemukan Dinda sedang menggenggam Handphone dengan wajah yang khawatir. Aku langsung berjalan ke tempat duduk Dinda dan bertanya ada apa. “Kenapa Dinda, kenapa wajah kamu seperti khawatir gitu?” Tanyaku. Dinda menjawab “Mesin pesawat yang akan kunaiki sedikit bermasalah”. Aku mengalihkan pembicaraan agar Dinda tidak khawatir lagi.
Pesananku sudah datang tetapi pesanan Dinda belum datang juga. Aku menunggu pesanan Dinda agar kita dapat makan bersama-sama. 10 menit kemudian makanan Dinda sudah datang. Makananku dan Makanan Dinda sudah habis. Sebelum pulang kita berfoto ria sebelum Dinda ke Lombok.
Keesokan hari. Cuacanya hujan, karena hujan aku susah untuk meninggalkan ranjangku. Aku langsung mengumpulkan semangat untuk terbangun. Hari ini aku makan soto. Aku berangkat ke sekolah kali ini aku berangkat dengan motor. Sekarang pelajaran Matematika. Huuuhh… Udah upacara, matematika lagii.
Hari ini Dinda tidak masuk sekolah. Setelah pulang aku melihat mobil dinda berjalan. Tak lupa aku menyampaikan Pesan Via WhatsApp untuk jangan melupakanku. Aku juga bertanya dia memakai pesawat apa. Dinda memakai pesawat LoveAir 145. Saat aku membuka TV aku melihat berita tentang pesawat jatuh, aku khawatir dengan Dinda. Saat aku mendengar nama pesawat LoveAir 145 aku menangis sampai sesak nafas.
Aku mengechat Dinda tapi tidak ada balasan, aku menelepon Dinda tidak dijawab. Aku khawatir. Aku langsung cepat cepat berangkat ke tempat pertemuannya Dinda denganku. Aku menangis menangis dan menangis di taman tempat pertamakali aku bertemu Dinda.