Hari ini Sam dan ayahnya, berada jauh dari rumah, di sebuah pulau kecil yang elok dan permai, sawah, gunung, lautan penjadi pemandangan pemuas mata, dengan udara yang masih begitu asri, sepanjang jalan terdapat pohon-pohon hijau dengan suara kicauan burung-burung kecil menyambut pagi.
Perlahan sang surya keluar dari persembunyiannya dengan malu-malu. Disini di pulau matahari terbit ini, semua orang bisa melihat sunrise tanpa harus mendaki.
“Sam, ayo pulang makan dulu sebelum kita berangkat jalan-jalan” Sam, yang mendengar suara kakeknya yang sudah terlihat keriput, tapi masih bugar, langsung menoleh. “Iya, kek sebentar lagi” ujarnya enggan meninggalkan surya yang mulai terlihat.
“Kamu dari mana Sam” “Aku habis jalan-jalan pagi bersama kakek” “Apa itu menyenangkan” “Tentu saja, kapan kita akan ke pantai ayah”
Rumah kakek Sam, berada di dataran tinggi, disini hanya ada hamparan sawah dan gunung yang menjulang. Sangat jauh dari pesisir jika harus ditempuh dengan jalan kaki.
“Kamu ingin ke pantai, mau berenang di pantai” ucap Kakek Husain. “Iya aku mau ke pantai, tapi aku belum mahir berenang” “Haahaaa, iya nanti kita ke pantai, sekarang makan dulu”
Setelah puas berkeliling pulau bawean, menjelajahi setiap wisata yang ada, dan disinilah Sam sekarang, di sebuah perahu yang akan membawanya ke sebuah pulau kecil tidak berpenghuni.
“Ini pulau apa ayah” “Ini pulau cina” “Pulau cina, apa pulau itu tempat tinggal orang cina?” “Bukan, itu hanya namanya, diberi nama seperti itu karena dulu sempat dihuni bangsa cina, mereka menetap disana karena takut harus pergi ke pulau bawean akibat trauma saat kapal mereka ditenggelamkan di pelabuhan tuban saat beberapa abad silam” jawab Kakek Husain. “Lalu siapa sekarang yang tinggal di sana” “Tidak ada, pulau itu sudah tidak terpenghuni”
Perahu bersandar di sebelah barat pulau, disini terdapat hamparan pasir membentang.
“Wahh, ayah aku ingin berenang, bolehkah sambil menyelam” “Tentu saja, asal tidak jauh-jauh dan pakai peralatanmu”
Sam mulai berenang di bibir pantai dan sesekali menyelamkan kepalanya untuk melihat ikan-ikan kecil di terumbu karang. Hingga penglihatannya menangkap segerombolan ikan badut, tanpa sadar sam mulai berenang agak jauh, sekitar satu meter, untungnya air sedang surut dan begitu tenang. Dia begitu takjub melihat ikan badut yang ia kenal dengan nemo itu.
“Hai nemo, wahh keluargamu banyak sekali apa kau sudah punya ibu baru dan punya banyak saudara” ucap bocah sembilan tahun itu, sambil terkekeh geli.
Saat menoleh ia melihat seekor ikan badut kecil berenang tidak tentu arah menjauh dari kawanannya. Sam yang merasa tertarik, mengikutinya. Karena terlalu fokus mengejar, Sam tidak sadar dia berenang terlalu jauh.
“Apakah itu nemo kecil, yang berusaha kabur dari ayahnya untuk menjelajah lautan, bagaimana jika ia ditangkap penyelam dan dikurung di akuarium anak nakal” ucapnya dalam hati.
Sam terus saja berenang membuntutinya tanpa tau seberapa jauh jarak yang sudah dia tempuh. “Haruskah kusuruh ia pulang, dia bahkan lebih kecil dari nemo, apa dia adiknya” pikir bocah itu.
Tiba-tiba nemo menghilang dari pandangannya, gerakannya terlalu cepat, sam mulai celingungan mencarinya. Tiba-tiba dari arah depan terlihat ikan badut yang lebih besar dan si ikan biru bersirip kuning.
“Itu ayah nemo! dia bersama dori!” ucapnya dalam hati. “Pasti mereka mencari nemo, oh tidak adik nemo, haruskah kuberi tau jika adik nemo menghilang”
Karena tidak bisa bicara apa lagi menggunakan bahasa ikan, Sam lebih memilih mengikuti mereka untuk membantu mencari nemo.
Entah sudah berapa jauh Sam berenang, untungnya mereka tidak berenang jauh ke dasar laut yang dalam, hanya di kedalaman satu meter, karena Sam masih bisa melihat terumbu karang warna-warni di matanya dan air masih terlihat dangkal.
Tiba-tiba ayah nemo berenang cepat kerahnya dan dori yang bingung akan lari kemana. “Seperti di flim dori juga begitu ketika panik” pikir Sam, ia jadi mengingat kembali film finding nemo yang ia tonton dengan ayahnya, ternyata mereka di kejar bayi hiu yang seukuran dengan betisnya.
Saat merasa mangsanya telah menghilang bayi hiu itu menjadikan Sam sebagai sasarannya. Membuat Sam panik saat hiu itu berusaha menggigitnya. Karena panik sam lansung menendang kepalanya sampai hiu itu berguling-guling di air. Dan itu semakin membuatnya takut, ketika melihat hiu itu lari menjauh.
“Bagaimana jika baby shark itu mengadu pada ibunya, atau ayahnya, bagaimana jika momy shark dan dady shark mengejarku karena marah” ucapnya dalam hati. Tanpa pikir panjang sam langsung ke permukaan, betapa terkejutnya dia saat melihat perairan. Tidak ada perahu ayahnya, apa dia ditinggal.
“AYAHHH” “KAKEKK” “A-ya-h” ucapnya melemah dengan panik, dan takut, matanya mulai berkaca-kaca, dia tidak ingin di tinggal disini, tidak ada satu orang pun, disini tidak seramai tempatnya tadi.
Sam mulai menoleh melihat sekelilingnya, hanya ada hamparan laut biru yang luas, dan juga kapal pencari ikan serta pulau inti bawean, tapi itu terlalu jauh untuk di jangkau. Dia masih di sekitar pulau tapi berada disisi yang berbeda.
“Bagaimana jika momy shark dan dady shark mengejarku, karena marah lalu mengoyak dagingku, aku harus pergi sebelum mereka datang”
Sam kembali berenang, saat berenang dia kembali melihat nemo. “Itu nemo!, apa dia akan pulang karena mainnya sudah selesai”
Sam memilih mengikuti nemo, siapa tau nemo sudah lelah bermain dan sekarang ingin pulang, seperti dirinya yang jika sudah lelah bermain pasti pulang, pikir sam. Dan benar saja little nemo kembali ke rumahnya, dan berkumpul dengan keluarganya. Disana juga terlihat dori si ikan biru sambil mondar-mandir tidak jelas.
“SAMM, AYO PULANG JANGAN JAUH-JAUH” Sam yang mendengar teriakan ayahnya merasa bersyukur karena iya juga bisa pulang, iya benar-benar tidak mau jika harus terdampar di pulau tidak berpenghuni ini.
“Kamu kemana saja, ayah kan sudah bilang jangan jauh-jauh, kalau hilang bagaimana” omel ayahnya yang merasa khawatir saat Sam tidak berada di jangkauannya. “Sudah-sudah ayo pulang, kamu berenang kemana sam, kalau tengelam terbawa ombak bagaimana” “Maafin Sam, ayah, kakek tadi Sam menolong ayah nemo mencari little nemo” “Ne-mo, siapa nemo” “Jhukok, pak (Ikan, pak)” “Jhukok?, jhukok apa, seanama nemo? (Ikan?, ikan apa, yang bernama nemo?)” “Ento kartun pak, namana jhukok, e delem kartun (Ini kartun pak, namanya ikan, yang ada di kartun)” “Oh kartun, jadi nemo itu nama ikan di kartun, haahaaa kakek pikir nemo itu temanmu.”