Akhir-akhir ini, banyak sekali yang berbagi-bagi makanan gratis di depan apartemen tempat keluargaku tinggal. Tapi, dari sekian banyaknya kedai yang berjualan, tatapanku fokus dengan sebuah kedai aneh yang menjual Blue Chicken Soup. Memang ada, ya? Apa itu nggak beracun? Kenapa semua orang langsung mengambil makanan tersebut tanpa berpikir? Ketiga pertanyaan itu membuatku melamun, dan dibuyarkan oleh Ibuku yang memanggil untuk makan siang.
Setelah makan siang, tak ada hal yang menarik apa pun yang terjadi. Aku pun berhenti memandangi segerombolan orang-orang mengambil makanan gratis itu. Dan melakukan aktivitasku seperti biasanya, sampai tidur dan terbangun oleh keributan yang hebat.
“Apa-apaan!” “Apa tujuanmu!?” “Jahat sekali kau!” Banyak sekali orang-orang mengerumuni kedai yang menjual Blue Chicken Soup itu kemarin, mereka memang masih ada. Kebanyakan–tidak, sebagian mengamuk disana. Sebagiannya lagi, muntah-muntah, pokoknya kelihatan sakit.
Disaat aku ternganga, aku mendengar suara teriakan Ayahku. Aku cukup takut, tapi ia berkata dengan lembut padaku. “Elcia, ayo bereskan semua barang-barangmu. Kita tidak akan tinggal disini lagi” “Apa..? Kenapa?” Aku cukup terkejut, padahal kan Ayahku bukan tipe orang yang suka pindah-pindah. “Kau lihat keadaan diluar, kan? Sungguh berbahaya, kita harus segera pergi dari area ini” “Aku tak perlu mandi?” “Mandi saja saat di rumah Kakek Nenek” “Baiklah, tunggu aku”
Dengan cepat, aku membereskan semua barang-barangku sehingga tak ada yang tersisa. Barang-barangku sama dengan satu koper kecil dan tas besar yang kurangkul. Keluargaku, Miltherys, pergi ke rumah Kakek Nenek menaiki mobil. Selama di mobil, aku dan adikku sama-sama melihat orang-orang sakit di tengah jalan. Apakah akibat dari makan sembarangan? Mungkin hal itu bisa menjadi pelajaran buat mereka, kurasa.
Setelah 2 jam perjalanan, akhirnya kami sampai dirumah Kakek Nenek yang sederhana. Rumah Kakek Nenek memang jauh sekali dari apartemen kami tinggal sebelumnya, soalnya rumah Kakek Nenek berada di desa dan apartemen yang ditinggali keluargaku berada ditengah-tengah kota.
“Astaga.. Kedatangan kalian sungguh mengejutkan tapi membuatku senang!” Kata Kakek yang keluar karena mendengar suara mobil. “Apa kedatangan kami menjadi masalah?” Tanya Ibuku khawatir. “Apa yang kau bicarakan, Elizy anakku! Bukankah tadi aku sudah bilang kalau aku senang?” Kakek Nenek yang kami datangi berasal dari keluarga Ibu. “Ada keributan apa ini? Oh! Keluarga Miltherys favoritku!” Kata Nenek tiba-tiba. “Nah, Elizy, Verron, jelaskan apa yang terjadi kenapa kalian datang kemari. Bukankah saat ini bukan liburan musim panas?”
“Begini, Ayah.. Kemarin, ada orang-orang yang membagikan makanan lewat kedai. Salah satu dari mereka, membagikan menu yang mungkin berbahaya dan membuat yang memakan makanan itu menjadi sakit perut, mual, dan muntah-muntah dikeesokan harinya” jelas Ibu. “Ya, dan aku takut terjadi apa-apa dengan keluargaku, jadi aku membawa mereka kesini sesuai saran Elizy” lanjut Ayah. “Bagus! Sekarang, kami takkan kesepian! Anggap saja rumah sendiri, tak perlu sungkan. Kita kan keluarga, oke?” Setelah itu, aku memilih kamar yang dekat dengan kamar yang dipilih adikku. Disaat yang sama, aku teringat kalau disini ada sawah. Aku dan adikku suka sekali dengan daerah sawah!
“Varrel! Sehabis kita membereskan barang-barang, ke sawah yuk!” Ajakku. “Ayo!” Kami dengan cepat membereskan barang masing-masing dengan rapi.
Tok tok tok… “Dek! Ayo, cepat!” “Sabar”
Setelah menunggu 2 menit–kukira, aku dan adikku berpamitan dan menuju sawah. “Sawahnya masih cantik dan menyegarkan seperti dulu, ya” kata adikku kagum. Aku memandangi sekelilingku, sampai pada akhirnya aku melihat sesuatu di dalam gua. Aku berjalan menuju gua tersebut, diikuti dengan adikku yang terus bertanya, “Mau kemana, hey?” Ternyata yang kulihat hanyalah buku yang berkilau. “Buku apa, nih? Buka nggak, kak?” “Kayaknya nggak ada yang punya, kita bawa aja ke rumah, yuk?” “Emm.. Oke deh”
Aku dan Varrel membawa buku itu dan membukanya di kamarku. “Hey, hey! Ini buku ajaib! Bayangkan aja, buku biasa mana yang bisa menghasilkan lubang bergerak ini?” “Jangan sentuh! Coba kau baca ini, lubang ini adalah lubang ke sejarah yang kita inginkan” “Tak ada sejarah yang kuinginkan, bagaimana denganmu?” “Aku pun tidak ada. Tapi kita simpan saja buku ini” “Aku setuju denganmu” Aku menyimpan buku itu di laci meja belajarku paling bawah.
Keseharian kami di rumah Kakek Nenek sangatlah menyenangkan. Masakan lezat kami dapatkan setiap saat, permainan menjadi lebih menyenangkan, dan banyak udara segar yang membuat diri tenang. Tapi, kami tak bisa merasakan hal itu lama-lama. Virus makanan itu menyebar sampai desa yang kami tinggali, maka kami pun diam di rumah sampai keadaan membaik. Stok makanan sih ada, tapi kami tidak bisa lagi bermain dan menghirup udara segar. Karena jendela selalu dibuka sedikit saja, tapi untung kami tak kehabisan udara segar.
Aku dan Varrel yang muak akan virus ini, karena semuanya, semua media, membahas virus tak berguna itu. Tapi, ada yang bilang kalau makanan itu adalah makanan sejarah. Karena kakak adik, kami memiliki pikiran yang sama.
“Bagaimana? Apa kau berpikiran untuk pergi ke sejarah makanan Blue Chicken Soup lewat lubang itu?” Tanya Varrel. “Tentu saja, ayo kita lewati lubang itu di gua tersebut. Pada malam hari” “Bagaimana? Kan jendelanya dikunci?” “Apa kau tak pernah tahu namanya ‘kunci cadangan’?” Kataku sambil memperlihatkan kunci cadangan pembuka jendela. “Bagus, mari kita tunggu waktunya. Pukul 11 malam” “Lebih baik kau tetap di kamarku sampai waktunya” “Saran yang bagus”
Varrel terus berada di kamarku sampai jam 11 malam, kami sudah siap. “Kak.. Aku mulai takut..” “Kau pikir aku tidak takut? Tapi aku berusaha menghilangkan perasaan itu, karena kita berdua” “Kak.. Bagaimana caranya kita turun kebawah? Bukankah nanti akan menimbulkan suara?” “Tidak, tidak ada rumput dibawah. Tidak akan menjadi masalah besar, biar aku duluan yang turun” Aku turun kebawah dari jendela, karena aku sudah jago melompat kebawah, jadi tidak sulit untukku. “Ayo, kemari! Aku akan menangkapmu!” “Ugh…” Varrel membungkam mulutnya agar teriak dan memejamkan matanya. Padahal tidak tinggi, tapi Varrel tetap takut. Mungkin ia khawatir kalau ada yang mendengar mereka.
“Dasar penakut” ejekku. “Aku tidak takut, aku hanya khawatir. Ingat itu” gerutu Varrel. “Sudahlah, ayo kita ke gua itu” Aku dan Varrel pergi ke gua dimana aku menemukan buku ajaib itu, menyentuh lubang tersebut dan tersedot ke sebuah tempat yang sama disaat aku dan Varrel masuk ke lubang itu, gua. “Varrel, lihat. Kita berada ditempat yang sama, namun sekarang ini masih siang” “Banyak sekali orang disana, bagaimana kalau kita bertanya-tanya salah satu dari mereka?” “Baiklah, ayo”
Aku dan Varrel menghampiri seseorang, paman yang memakai kaus putih, celana batik cokelat, dan topi jerami kerucut. “Permisi, paman” “Ya” “Bisa kami bertanya?” “Ya” Aku sempat berpikiran kalau paman itu hanya bisa mengatakan ‘Ya’, tapi tidak mungkin. “Tanggal berapa ini?” “17 Mei 1994” Aku dan Varrel bertatapan, cukup terkejut.
“Apa anda tahu mengenai makanan bernama Blue Chicken Soup?” “Maksudmu, Sup Ayam Biru?!” “Namanya saja yang dibuat memakai bahasa inggris agar terlihat keren dimasa depan” pikirku. “Iya” “Makanan terlezat saat ini! Tentu saja aku mengetahuinya. Tapi! Kalian tahu kan kalau makanan itu berbahaya? Nah, makanya kami berbondong-bondong membuat atau membeli obat penawarnya agar bisa makan makanan enak tersebut setiap saat. Kebetulan, aku sering membuat obat penawar itu dan menjualnya” “Benarkah?! Bisa anda ajarkan?” “Em.. Baiklah, kalian bocah yang bersemangat”
Paman itu mengajarkanku dan Varrel cara membuat obat penawar itu, bahkan paman itu juga memberikan kami resep serta bahan-bahan untuk membuat obat penawar. Langsung saja, tanpa mampir sana-sini, aku dan Varrel kembali ke masa kami.
Saat kembali, kami menunggu sampai esok hari. Dan membicarakan soal obat penawar itu ke Ayahku, yang seorang dokter.
“Apa ini benar-benar obat penawar?” “Tak percaya, Yah? Coba cari orang yang mau mencoba, dan Ayah lihat sendiri” “Hm? Baiklah. Kita coba pada dirimu, Elcia” “Oke, toh aku takkan mati”
Singkatnya, obat itu bekerja dan berhasil. Tak ada reaksi apa-apa setelah 2 hari aku memakan Blue Chicken Soup itu, sebenarnya, rasanya memang luar biasa sih. Dan akhirnya, Ayah menyebar obat penawar itu sehingga satu kota memiliki obat penawar itu dan bebas memakan Blue Chicken Soup yang lezat tanpa harus memikirkan akan merasakan gejala atau tidak.