Rania mencelupkan oreonya ke dalam segelas susu, kemudian menggigitnya separuh. Dia sedang berjalan di trotoar sambil menikmati angin semilir yang sejuk di Garden Hill. Biasanya, jalanan di sore hari tak begitu ramai. Namun, hari ini banyak truk pengangkut barang melalui jalan menuju rumahnya. Huft! Rania jadi ingin tahu kenapa truk besar itu terus berdatangan.
Tak jauh dari apartemennya, berjarak sekitar dua rumah, Rania melihat sebuah toko bergaya gotik. Dindingnya dicat emas, cokelat, serta putih. Terdapat pot bunga anggrek menggantung di ujung atapnya. Kacanya bening sehingga pejalan trotoar dapat melihat dalam toko bernuansa zaman dahulu.
Seingatnya Rania, tidak ada toko di sini kemarin. Lalu, kenapa toko ini bisa muncul secara tiba-tiba? Sungguh aneh. Apa mungkin, truk-truk itu mengangkut barang-barang toko ini?
Seorang wanita muda keluar dari toko. Matanya berwarna hijau, sangat indah. Wanita itu menyadari Rania yang menatapnya begitu lama. Senyumannya merekah saat menghampiri Rania.
“Hallo, apakah Adik tertarik dengan barang yang ada di toko?” tanya sang Wanita, mendekati Rania dan memberi kesan ramah, “beruntung, kami juga menjual mainan serta barang antik yang cocok untuk anak-anak.”
Rania melihat sekitar. Dia kebingungan karena tidak tahu harus menjawab apa. Namun, Rania memberanikan diri karena itulah yang diajarkan Bunda.
“E-em … maaf, Kak. Toko ini ajaib, ya?” tanya Rania. Duh, dirinya keceplosan karena keingintahuannya yang tinggi. Sang Wanita tertawa. “Bagaimana kalau Adik mencari tahu sendiri?” Entah kenapa, lontaran pertanyaan sang Wanita menarik perhatian Rania. Dia menelan ludah, menerima ajakan untuk melihat ke dalam toko, lalu menemukan sebuah barang antik yang sangat cantik.
Kotak itu terkesan tua, tetapi dirawat dengan baik. Walaupun warna cat pink mudanya hampir memudar, itu tak mengurangi ketertarikan di mata Rania. Dia mengambil kotak itu, kemudian membukanya seakan tersihir oleh sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.
Saat kotak terbuka, Rania terkesima. Ballerina kecil menari-nari di panggung bundar dengan anggun. Senandung lagu klasik berputar, memanjakan indra pendengaran Rania. Sang Wanita tadi menyadari hal itu. Tiba-tiba dia mengambil kotak musik dari tangan Rania dan meletakkan kembali di tempatnya.
“Wah, Adik memiliki selera yang bagus. Kotak musik ini termasuk barang antik paling digemari oleh pembeli di sini. Sayang, kotak musik ini memilih pemiliknya sendiri dan harganya termasuk dalam kategori mahal,” jelas sang Wanita.
Rania mencoba mencerna kata-katanya. Dia melirik kotak musik itu terus menerus. Senandung lagunya masih menggema di telinganya. Sudah diputuskan, Rania ingin memilikinya.
“Lalu, bagaimana caranya supaya aku dipilih oleh kotak musik itu?” “Hmmm,” sudut bibir sang Wanita terangkat, “sebenarnya, Adik telah dipilih olehnya. Sebelum ini, tidak ada yang dapat menyentuh kotak musik itu secara leluasa.”
Bagus! pikir Rania dalam hati. Dia segera berlari keluar toko, menimbulkan bunyi lonceng yang nyaring. Kakinya berlari di bebatuan trotoar, kemudian masuk ke apartemen
Rania mengedarkan matanya ke seluruh apartemen. Gawat, dia tidak melihat siapapun di sini. Apakah Ayah dan Bunda bekerja lembur hari ini? Sepertinya mereka sering sibuk belakangan ini. Mengingat pekerjaan orangtua Rania adalah jaksa.
Rania melangkahkan kakinya menuju telepon apartemen. Dia mengeluarkan buku pribadi yang berisi nomor telepon Bunda dan Ayah. Habis, Rania tidak ingat nomor telepon mereka. Hehe.
Tiit “Halo, di sini dengan Ayundia Putri. Siapa, ya?” tanya Bunda. “Bunda, ini Rania. Di dekat apartemen kita, ada toko yang bagus banget. Rania mau beli kotak musik di sana. Bunda bisa pulang sekarang, ‘kan?” Rania menunggu jawaban Bunda dengan tak sadar. Dia terus mengetuk jari-jarinya di meja kayu. “Sayang, Bunda tidak bisa. Sepertinya, Ayah juga. Dia terlalu sibuk dengan banyaknya kasus beberapa minggu ini. Lain kali, Bunda akan membelikanmu, ya?”
Bibir Rania melengkung ke bawah. Di kecewa akan jawaban Bunda. Padahal, Rania benar-benar menginginkan kotak musik itu, tetapi harus menunggu berapa lama? Bunda dan Ayah selalu sibuk.
“Baik, Bunda,” jawab Rania dengan lesu. Dia pun menutup telepon. Tiit
Eh, tunggu sebentar. Rania mengerutkan dahinya dan berpikir serius. Itu terlihat jelas dari matanya yang sipit. Aha! Rania ingat bahwa Bunda pernah mengajarinya ketika masih berumur tujuh tahun. Dia harus belajar menabung sendiri dari sisa uang jajan yang diberikan Bunda dan Ayah ketika sudah besar. Rania harus belajar cara mengatur keuangan sendiri. Rania pun tersenyum. Dia memiliki ide cemerlang.
Seminggu kemudian … Suara lonceng yang nyaring menemani pintu toko bergaya gotik itu ketika terbuka. Berarti, seseorang masuk dan akan segera membeli salah satu barang di dalamnya. Jika tidak, mereka akan menyesal. Yakinlah!
Langkah ringan Rania menuntunnya ke salah satu barang antik di sana. Sebuah kotak musik berwarna pink muda yang membuatnya terkesima saat pertama kali menemukannya. Dia menatapnya begitu lama, kemudian berpikir untuk membeli kotak musik itu.
Benar sekali. Rania telah menabung selama seminggu penuh, menunggu dengan tak sabar ketika kotak musik itu melantunkan lagu indah di telinganya. Dia pasti akan merawatnya dengan baik hingga lulus sekolah.
“Eh, ada Adik, ya. Apakah kamu ingin membeli kotak musik ini?” tanya sang Wanita sambil tersenyum ramah. “Tentu saja, Kak!” seru Rania tidak sabar. Bibirnya tidak berhenti menyunggingkan senyum manis.
Sang Wanita mengambil kotak musik itu, lalu membungkusnya dengan kertas bermotif bunga anggrek ungu. Mata Rania terpatri kepada barang antik itu. Setelah selesai, sang Wanita memberikan kotak musik yang dibalut kertas bermotif itu kepada Rania. Dia juga menyerahkan uang kepadanya.
“Sampai jumpa dan jangan lupa rawat kotak musik itu dengan baik, Dik!” seru sang Wanita ketika Rania keluar dari toko, membawa kotak musik itu dengan wajah berseri-seri.
Eh, tunggu dulu. Rania baru menyadarinya dalam perjalanan menuju apartemen. Katanya, kotak musik ini memilih sendiri pemiliknya dan tidak bisa disentuh dengan leluasa, tetapi … mengapa sang Wanita tadi tidak disulitkan ketika memegang kotak musik ini? Benar-benar aneh. Rania menaikkan bahunya, memilih untuk tidak peduli, kemudian berjalan kembali.
—
Malam itu, Rania tak bisa tidur dengan nyenyak. Suara berisik sangat menganggu dirinya. Ketika mata Rania terpejam, lalu terbuka lagi karena langkah kaki seseorang terdengar berputar-putar di sebelahnya.
Rania membuka matanya dan dikejutkan oleh pandangan itu. Ballerina itu terlihat samar-samar seperti hantu, tetapi tidak membuat keanggunannya hilang. Dia menari dengan sepatu balet terbuat dari kain lembut berwarna pink muda tepat di sebelahnya.
Mata Rania membulat. Dia pun bertanya, “S-siapa kamu?” “Aku?” sang Ballerina berhenti menari, “jiwa dalam kotak musik itu adalah aku.”
End.