Mamat, Asep dan Ucok adalah tiga sahabat, mereka teman satu sekolah. Rumah mereka berdekatan sehingga mereka selalu ke sekolah bersama.
Pada suatu hari mereka berniat untuk pergi berlibur ke rumah bibi Mamat di daerah Jawa Timur. Mereka bermaksud untuk menikmati liburan kenaikan kelas di sana. Mamat, Asep dan Ucok tinggal di Jakarta sementara bibi Mamat yaitu bibi Siti tinggal di Banyuwangi, cukup jauh dari Jakarta. Ketiga sahabat itu adalah anak-anak pemberani dan semua mempunyai sifat mandiri, sehingga mereka berani pergi ke kota yang jauh bertiga saja. Rumah bibi Siti berada di pedalaman, jauh dari perkotaan. Tetapi rumah itu menawarkan keindahan alam yang sangat luar biasa, karena terletak di atas bukit yang langsung menghadap ke laut.
Mereka sampai di rumah Bibi Siti hanya dalam waktu 2 jam padahal jarak tempuh mereka 1.000 km karena mereka menaiki mobil yang memiliki kecepatan sama dengan pesawat.
Sesampainya di rumah Bibi Siti merekapun mengetuk pintu, “tok tok tok” “Assalamu ‘alaikum Bibi Siti!”, seru Mamat memanggil bibinya. Bibi Siti segera keluar untuk menyambut mereka dengan gembira sambil berkata, “Wa’alaikum salam… Hallo keponakanku tersayang.. ayo masuk. Bagaimana kabarmu dan teman-temanmu?” Tanya Bibi. “Baik Bi.. kami sehat semua.. semoga Bibi juga sehat”.
Bibi Siti adalah seorang dokter hewan dan suaminya yaitu Paman Ali adalah seorang zoologi. Mamat senang sekali bertemu dengan bibinya karena terakhir kali bertemu ketika dia berumur 8 tahun, sedangkan sekarang Mamat sudah remaja.
Rumah Bibi Siti adalah bangunan peninggalan Belanda, yang tinggi, ruangan dan kamar-kamarnya besar dan luas. Jendelanya besar dan tinggi. Dari jauh bangunan itu seperti sebuah kastil. Hubungan Mamat dengan Paman Ali agak renggang karena waktu terakhir Mamat ke rumah ini dia tidak sengaja memecahkan vas bunga kesayangan pamannya itu. Paman Ali terkenal sangat pandai tetapi dia memiliki sifat introvert yang membuat dia jarang berbicara dan lebih suka menyendiri.
Mamat dan teman-temannya meminta ijin kepada paman dan bibinya untuk menginap di rumah itu selama beberapa hari. Paman dan bibinya mengijinkan. Bibi senang karena rumah itu akan ramai, tidak sepi seperti biasanya. Akhirnya Mamat, Asep dan Ucokpun beristirahat. Mereka sudah membuat rencana untuk kegiatan esok hari.
Keesokan paginya mereka bangun dengan hati gembira. Di dekat rumah Bibi Siti ada sebuah hutan yang cukup lebat. Mereka hari ini berencana untuk berjalan-jalan ke hutan itu. Bibi mengijinkan asalkan Paman Ali ikut. Mamat, Asep dan Ucok kemudian menyiapkan bekal berupa minuman, roti dan kue, dan memasukkan semuanya ke dalam ransel. Setelah itu mereka berjalan beriringan masuk ke dalam hutan. Mereka berjalan sambil bersenda gurau.
Tanaman dalam hutan itu ternyata sangat beragam, ada banyak pohon yang besar yang rindang, banyak juga tanaman semak. Burung-burung berkicau bersahutan. Mereka semakin jauh masuk ke dalam hutan. Semakin lama sinar matahari semakin sedikit. Tiba-tiba Mamat dan Asep menyadari kalau Paman Ali tidak terlihat lagi. Merekapun kaget dan memanggil-manggil Paman Ali, tetapi tidak ada jawaban.
Kini mereka hanya tinggal bertiga saja dan tak tahu arah, mereka benar-benar tersesat. Mereka merasa lapar dan ketakutan. Lalu mereka membuka tas perbekalan, tapi ternyata tas itu berlubang, kue dan roti sudah tak ada, yang tersisa hanya minuman dalam 2 botol kemasan kecil saja. Rupanya tadi sambil berjalan mereka terlalu asik bercanda sehingga tidak menyadari kalau bekal mereka berjatuhan di jalan. Merekapun panik dan bingung karena kehabisan bekal dan tidak tahu arah.
Lalu tiba-tiba “Buuumm…!,” tiba-tiba didepan mereka ada sebuah meja penuh makanan bermacam-macam dan terlihat lezat, entah dari mana makanan itu berasal. Tanpa berpikir panjang karena lapar dan lelah mereka pun memakan makanan tersebut dengan lahap. Mamat mengingatkan supaya makanan tersebut tidak dihabiskan semuanya. Mereka perlu menyimpan sisa makanan itu untuk bekal perjalanan mencari jalan keluar hutan dan pulang.
Setelah cukup kenyang mereka segera berjalan lagi mencoba mencari jalan keluar dari hutan. Namun setelah merasa berjalan berjam-jam mereka beberapa kali sampai ditempat yang sama, seolah-olah hanya berputar-putar. Akhirnya Ucok berkata kepada Mamat, “Mat, bagaimana ini, kita dari tadi terasa seperti berputar-putar saja. Aku jadi lelah dan lapar lagi”. Ucok juga menyahut, “Iya nih, aku juga sudah lapar lagi, dan kita belum bisa menemukan jalan keluar dari hutan ini”. Mamat kemudian menjawab, “Sabar Ucok, Asep..kita harus tenang, kita harus terus berusaha, jangan cepat menyerah”.
Setelah Mamat berkata seperti itu tiba-tiba ada seorang kakek yang bertopi anyaman bambu dan memegang tongkat kayu yang jelek datang meminta makanan. Bajunya lusuh dan sobek-sobek. Kakek itu terlihat berjalan pelan dan kelaparan. Mamat langsung merasa kasihan melihat kakek itu dan akan memberikan makanan mereka kepada kakek tersebut. Asep dan Ucok menolak untuk berbagi makanan dengan kakek itu. Mereka khawatir kalau persediaan makanan mereka akan habis, tidak cukup untuk bekal keluar hutan. Mamat lalu membujuk kedua kawannya untuk memberikan makanan tersebut, akhirnya Asep dan Ucok bersedia untuk memberi sebagian makanan tersebut kepada si kakek. Setelah makanan tersebut diberikan kakek itu langsung menghilang secara tiba-tiba.
Tidak lama kemudian tiba-tiba muncul seekor beruang menghampiri mereka. Tentu saja mereka kaget dan langsung berlari terbirit-birit. Akhirnya mereka bersembunyi di balik sebuah pohon besar.Tapi beruang tersebut bisa menemukan mereka. Akhirnya mereka mencoba melawan dan mengusir beruang tersebut dengan kayu yang ditemukan di dekat mereka, tapi beruang tersebut masih kuat melawan mereka.
Tiba-tiba kakek yang tadi meminta makanan muncul, datang untuk membantu mereka dan dengan mudahnya kakek tersebut mengalahkan beruang itu. Beruang lari menjauh diusir sang kakek. Mamat, Ucok, dan Asep tidak menyangka bahwa kakek tersebut akan menyelamatkan mereka. Mereka mengucapkan terima kasih kepada kakek. Setelah mereka mengucapkan terimakasih kepada kakek tersebut tiba-tiba “ Buumm…!”,mereka sudah berada di depan rumah Bibi Siti. Ternyata Paman Ali sudah berada di dalam rumah.