Hai perkenalkan namaku Hera si Penyu, aku tinggal di ekosistem bawah laut yang bernama kapuas. No no bukan Kapuas yang itu yang kumaksud tetapi Kapuas, ekosistem bahari yang mempunyai pesona internasional. Aku senang banyak Manusia yang menyukai tempat tinggalku dan menjadikannya sebagai tempat wisata. Tapi dilain sisi aku juga sedih, karena banyak wistawan yang meninggalkan sampah di pantai dan saat terkena ombak sampah-samph itu menyebar di lautan menyebabkan aku dan banyak biota laut lainnya terkadang terjerat dan tak sedikit juga yang harus kehilangan anggota keluarganya karena sampah plastik yang menjerat.
Hari ini seperti biasa saat aku sedang mencari makanan, tanpa sadar kakiku terkait di salah satu kaleng minuman membuatku kesakitan. Untungnya ada MR. O sang paus yang saat itu melihatku, langsung menyuruhku naik ke atas punggungnya “hei hera, ASTAGA kenapa kakimu bisa terpaut di di kaleng itu, Mari naik ke punggungku secara perlahan, dan akan kuantar kau ke rumah penyu.” saat di dalam perjalanan menuju rumah, aku banyak bercerita tentang kondisi laut sekarang yang sudah tidak sehat. “aku tahu hera, memang saat ini lautan sudah tidak sehat bagi kita, terlebih bagi biota laut sepertiku. kami bukan hanya mudah terjerat, namun juga tertangkap kapal pemburu paus” aku menampilkan sorot mata bingung “memangnya kenapa sih manusia manusia itu ingin memburumu MR?” MR. O menjawab sambil sesekali tertawa pahit “mereka memanen daging dari tubuh paus, bukan hanya itu mereka juga memburu kami untuk mendapatkan minyak dan lemak paus, bahkan yang lebih pahit lagi kami ditangkap dan dimasukkan ke sirkus-sirkus ilegal yang hanya mementingkan keperluan manusia tanpa memikirkan keperluan sang biota”.
Tanpa terasa lama akhirnya aku dan MR. O sampai di rumahku. “Astaga anakku, kenapa kamu bisa tersangkut di kaleng seperti ini sih nak” Teriak ibuku cemas, aku langsung mengelak dengan mengatakan “hera gapapa kok bu, Cuma sakit sedikit, em kalo boleh hera tau ayah ada dimana bu?” tanyaku sambil melihat ke sekeliling rumah “ayahmu sedang tidur hera, kamu disini saja dulu ya. ibu ambilkan obat-obatan dulu.” kata ibuku sembari terus melihat keadaan kakiku “baik bu” kataku tersenyum.
“Hey, saya pulang dulu ya sudah mau malam ini, lagian rumah saya jauh di dalam pasti akan terasa gelap dan menakutkan sekali hiiiii” aku tertawa dan berbicara dengan nada mengejek “haha, masa Mr. Takut kegelapan? Kaya aku dong, waktu itu aku pernah kelaparan di tengah malam, dan tanpa rasa takut aku keluar mencari makanan.” MR. O tertawa “iya deh iya, kamu penyu paling berani di ekosistem kapuas, Yaudah saya pulang dulu ya. Lain kali hati-hati saat mencari makanan apalagi sendirian” Aku menghormatkan tanganku “Siap MR. O” MR. O pulang dan tepat saat itu ayahku bangun dan ibuku datang membawa obat.
“Hera, dengan siapa kamu berbicara tadi? Seru sekali” ayahku bertanya sembari menguap “MR. O yah, Oh ya yah mungkin gak kalo kita ngelakuin aksi gitu yah” aku bertanya sambil sesekali meringis karna kesakitan saat kakiku diobati ibuku “Mungkin aja, emang kamu mau buat aksi apa hera” tanya ayahku “Kita ngelakuin aksi anti sampah yah, jadi saat kita melihat sampah, kita kembalikan sampah itu ke pantai dan dengan begitu manusia akan tersadar atas perlakuan mereka selama ini. Bagaimana?” aku menjelaskan dengan detail pada ayah apa hal yang selama ini sudah ingin aku sampaikan “WOW hera idemu benar benar luar biasa kenapa kamu tak sampaikan dari dulu?” tanya ibuku sambil membalut lukaku menggunakan rumput laut “hehe, waktu itu udah mau nyampain bu tapi masih takut” tawaku “Haha hera idemu bagus, okelah mari besok kita bawa idemu ke balai pendapat, sekarang saatnya tidur sudah malam tidak baik terkena udara dingin malam laut” Ayahku menjelaskan “baik yah, selamat malam ayah ibu aku tidur duluan ya” Aku permisi ke ibu dan ayahku “Good night hera” Jawab ibu dan ayah serempak sambil tersenyum kepadaku.
Keesokan harinya Teet.. teeet.. teeeet alarmku berbunyi entah yang keberapa kali sampai ayahku yang membangunkanku, baru ku terbangun “Hera hey sudah jam berapa ini, katanya mau ke balai pendapat cepat bangun” aku menguap dan menggeliat “Hoahhhh, ayah ini masih- ASTAGA AYAH MAU KEMANA RAPI SEKALI” aku berteriak saat melihat ayahku yang rapinya kebangetan itu “Astaga Hera, ini sudah jam 10 kan kata kamu kamu mau ke balai pendapat hari, ayo lekas bangun dan persiapkan dirimu” aku mengingat-ingat kejadian tadi malam dan berseru “oh iya astaga hera lupa, ayah tunggu hera ya aku mau bersiap dulu” aku memohon “okelah, tapi jangan lama-lama” ayahku berkata sambil melihat jam dinding “Baik yah”.
Saat diperjalanan menuju balai pendapat tak henti-hentinya aku dan ayah berbicara satu sama lain “Ayah, kenapa manusia suka meninggalkan sampah di pantai?” tanyaku dengan nada sedih karna melihat kondisi laut yang kotor “mereka ga sadar kalo hal itu bisa merusak ekosistem laut, atau ada yang sadar tapi mereka pura-pura tidak tahu jika hal itu salah” ayahku menjelaskan “lalu kenapa harus Kapuas yah, kenapa tidak laut yang lain saja, kenapa harus tempat tinggal kita yah” aku mulai menangis sesenggukan tetapi ayahku langsung menenangkanku dan memberi tahuku “hey ga boleh gitu dong, bukan Cuma Kapuas seperti ini tetapi hampir semua laut di dunia ini hera, bahkan bukan Cuma laut. Tanah, udara, dan banyak hal lainnya sudah tercemar. Bukan Cuma Karena sampah plastik, kamu tahu? Pencemaran udara terjadi karena asap kendaraan yang berlebih, dan pencemaran tanah terjadi karena zat kimia yang meresap ke tanah dan itu bisa menjadi penyebab kerusakan eskosistem. Mengerti?” ayahku menjelaskan panjang lebar “mengerti ay- ayah AWAS” Tapi semuanya terlambat ayahku langsung tidak sadarkan diri karena terbentur kemasan deterjen dan sempat kulihat juga ada butiran-butiran deterjen yang melayang disekitar ayahku yang untungnya tidak tertelan, Aku segera mendorong ayah ke terumbu karang yang ada disekitarku dan aku langsung menuju Healthy house dan memanggil dokter dan membawanya ke terumbu karang tempat ayahku terbaring.
“Astaga kenapa ayahmu bisa sampai seperti ini nak?” tanya dokter heri si Pari “aku dan ayahku waktu itu sedang mau ke balai pendapat. kami berbincang secara terus menerus sehingga tidak melihat keaadan sekeliling. Tahunya saat saya lihat ada kemasan deterjen yang mau mengenai ayah saya, saya tak sempat memberitahunya karena ayah sudah terlanjur tidak sadarkan diri” ucapku sambil menangis sejadi-jadinya “oh ok baiklah tenangkan dirimu dulu, tapi bolehkah aku meminta alamat rumahmu?, aku ingin menginformasikan ke keluargamu dahulu” tanya dokter heri “boleh, rumahku ada di desa penyu rumah bagian A yang bewarna hijau lumut” aku menjelaskan sambil sesenggukan “Baiklah, hei leni bisakah kamu ke rumah anak ini, rumahnya berada di desa penyu A yang bewarna hijau lumut, dan beritahukan pada keluarganya bahwa ada anggota keluarganya yang berada di sini” “baik dok segera saya laksanakan” jawab leni si Gurita.