Badut ialah bocah bertubuh gemuk serta memiliki pipi yang tembem mirip kue apem yang gemar tidur di masjid menjelang sholat subuh ditegakkan. Badut tinggal di sebelah masjid bersama kedua orangtuanya. Setiap kali Badut dibangunkan oleh ayahnya untuk ke masjid sholat subuh, Badut selalu protes sambil ngomel karena dia merasa kenyamanan tidurnya terganggu. Badut merasa sangat malas untuk sholat subuh ke masjid. Dalam hatinya dia ingin tidur terus hingga siang. Tapi, karena takut dimarahi oleh ayahnya, dengan terpaksa dan mata masih dalam keadaan menyipit, Badut bangkit juga dari tempat tidurnya sambil menggosok kedua matanya.
Dengan berat hati dan perasaan malas, Badut mengganti baju tidurnya dengan baju gamis dan memasang kopiah di kepalanya, lalu dengan berjalan tertatih dia menuju ke masjid.
Sampai di masjid Badut menuju ke tempat dimana dia merasa nyaman untuk melanjutkan tidurnya. Badut kembali melanjutkan tidurnya di lantai masjid yang beralaskan karpet bludru bewarna hijau lumut. Matanya masih sangat berat untuk dibuka. Semua mata orang yang ada di dekat situ tertuju padanya.
Salah seorang pengurus masjid menggoyang-goyangkan tubuh Badut untuk membangunkannya. Badut bangkit dan duduk sambil berusaha untuk membuka matanya sedikit. Tapi kemudian badut tidur lagi dengan menyenderkan punggungnya ke dinding yang ada di bagian pojok masjid, padahal saat itu muadzin sedang mengumandangkan adzan.
Saat adzan usai dikumandangkan, seorang bocah yang seusia dengannya berusaha membangunkan Badut yang masih menyandar di dinding masjid. Badut terbangun sebentar, dari mulutnya keluar omelan yang ditujukan kepada bocah yang membangunkannya. Dia membuka sedikit matanya dan melihat sinis ke arah bocah yang membangunkannya. Kelihatan di wajah Badut menyimpan rasa benci kepada bocah itu.
Ayah Badut masuk ke masjid, kemudian beliau menunaikan sholat sunat subuh. Usai sholat sunat, ayahnya melihat badut masih tidur sambil menyandar ke dinding masjid. Ayahnya menggeleng-gelengkan kepala disertai perasaan jengkel melihat Badut. Dengan cepat ayahnya menghampiri Badut sambil menggoncang-goncang tubuh Badut.
“Haaai… Bangun, Dut! Udah waktunya sholat ni… Bikin malu orangtua!” kata ayahnya setengah berbisik di telinga Badut. “Eeeennngeh…,” dari mulut Badut keluar ucapan merengek sambil mengucek-ngucek matanya.
Mendengar suara ayahnya yang membangunkannya, cepat-cepat dia bangkit. Dia memaksakan diri untuk melaksanakan sholat. Tapi tiba-tiba Badut teringat bahwa dia belum ngambil air whudu. Dengan tergesa-gesa Badut menuju ke tempat wudhu. Suara air yang keluar dari kran pun bergemericik bersamaan dengan imam mengucapkan takbiratul ikhram. Usai wudhu Badut menuju ke barisan sap paling belakang untuk menunaikan sholat dengan menyisakan rasa ngantuk yang masih menggelitik plupuk matanya yang tembem. Dengan perasaan malas dia berdiri dan mengangkat tangan untuk mengucapkan “Allahu akbar”.
Hari ini Badut dibangunkan oleh ibunya, karena ayahnya tidak ada di rumah Ayah Badut sedang mendapat tugas dinas keluar kota dari kantornya. Seperti biasa Badut merasa malas melangkahkan kakinya ke Masjid. Tapi karena yang membangunkan adalah ibunya, dia paksakan juga kakinya untuk melangkah ke masjid walaupun dari mulutnya meluncur omelan.
Badut menuju ke pojok mesjid dimana dia biasa tidur sambil menyandarkan punggungnya ke dinding, seperti hari-hari sebelumnya. Dia merasa matanya sangat berat dan ingin tidur lagi. Dalam hatinya dia tidak ingin bangun walaupun ada yang membangunkan. Hatinya tidak berniat untuk sholat subuh hari ini. Dia merasa senang karena ayahnya tidak ada di masjid kali ini. Pikirnya orang lain tidak akan bisa membangunkannya.
Benar saja seperti apa yang ada dalam pikiran Badut. Kali ini tidak satu pun orang yang membangunkan Badut. Orang sudah merasa bosan dan jengkel melihat tingkah laku Badut seperti itu, setiap hari. Sebagian dari orang-orang itu ada juga yang berpikir lantaran badut masih anak-anak, sehingga mereka membiarkan kebiasaan Badut seperti itu. Akhirnya Badut tertidur lelap di pojok masjid hingga orang selesai menunaikan sholat subuh.
Dalam tidurnya Badut bermimpi. Badut merasakan di alam bawah sadarnya dia dibawa sesosok makhluk yang sangat menyeramkan. Badan makhluk itu besar dan tinggi. Seluruh tubuh makhluk itu ditumbuhi bulu-bulu hitam yang lebat. Di kepala makhluk itu ada tanduk menyerupai tanduk kerbau. Matanya merah berbentuk bola api yang menyala-nyala. Mulutnya menyeringai memperlihatkan taringnya yang tajam kepada Badut.
Makhluk itu merengkuh tubuh Badut dan membawa Badut ke lorong yang gelap. Badut merasa sangat ketakutan. Nafas Badut mengap-mengap karena dijepit oleh makhluk yang menyeramkan itu. Dada badut berdebar kencang Tubuhnya bergetar lemas. Dari pori-porinya Badut merasakan keringat dingin bercucuran.
“Tol… toloooong…,!” Aaa… ayaaaah…!” Badut menjerit minta tolong sambil memanggil-manggil ayahnya, dengan suara yang terputus-putus karena ketakutan.
Makhluk yang menyeramkan itu semakin erat merengkuh tubuh Badut. Badut merasa ingin pingsan. Tubuhnya semakin lemas. matanya terasa berkunang-kunang. Dirasakan oleh Badut semua persendian dan tulangnya tak dapat digerakkan.
Makhluk itu membawa Badut ke ujung lorong. Di ujung lorong terdapat api besar yang berkobar-berkobar yang tak pernah dilihat Badut di alam nyata. Semakin dekat ke arah api itu, Badut merasa tubuhnya semakin panas. Semakin dekat lagi dia merasa seperti terpanggang. Semakin dekat terus dan akhirnya tubuhnya dilempar makhluk itu ke dalam api yang berkobar. Badut menjerit sejadi-jadinya, ketika lidah api menjilat-jilat tubuhnya.
Akhirnya Badut tersentak dari mimpinya setelah tubuhnya digoncang-goncang oleh pak ustadz yang hendak mengunci pintu masjid, karena sholat subuh udah usai. Badut menceritakan perihal mimpinya kepada pak ustadz.
“Makanya, Dut, lain kali kalau mau tidur jangan di masjid. Masjid itu tempat orang Sholat,” nasehat pak ustadz dengan suara lembut. “Baik, Pak Ustadz, saya janji kalau ke masjid saya akan ikut Pak Ustadz sholat. Saya akan berusaha sekuat tenaga melawan kantuk saya menjelang subuh,” jawab Badut. “Nah, gitu dong,” balas pak ustadz sambil tersenyum dan mengusap-usap kepala Badut.
Selesai