Hari pertama di sekolah baru. Rania merasa takut, semalaman tidurnya tidak nyenyak. Dua jam sekali dia terbangun, melirik jam dinding. Melihat pagi belum datang, dia berusaha tidur lagi, memaksa matanya untuk terpejam. Dia tak ingin mengantuk dihari pertamanya.
Setelah selesai bersiap, Rania segera ke dapur untuk sarapan. Sepiring nasi goreng dan telur mata sapi terhidang di meja. Lengkap dengan segelas susu.
“Rania baik-baik saja?” tanya Mama. “Rania baik-baik saja Ma” Rania berusaha menyembunyikan kecemasannya. Mama diam memperhatikan Rania. Mama tau Rania sedang cemas.
Sejak menerima kabar jika Rania dan keluarganya akan pindah. Rania terlihat murung. Tak pernah sekalipun terlihat Rania tertawa sejak saat itu. Kesedihan akan kehilangan teman membuat Rania tak ceria lagi.
“Kamu pasti akan mendapatkan teman yang baik seperti di sekolah kamu yang dulu” Mama memberi semangat. Rania hanya tersenyum tipis.
Rania mulai sarapan tapi perutnya terasa kaku seolah tak ingin diisi, tenggorokannya pun juga enggan untuk menelan saking cemasnya. Akhirnya hanya dua suap nasi dan setengah gelas susu yang mampu ia makan. Dia segera berangkat ke sekolah.
Di sekolah, Rania berdiri di depan kelas. Bu Guru memperkenalkan Rania. “Anak-anak, hari ini kalian mendapat teman baru. Namanya Rania. Rania sapa teman-teman kamu” kata Bu Guru. “Hai, namaku Rania” ucap Rania sambil tersenyum. Rania tampak sangat gugup. “Rania, sekarang kamu bisa duduk di bangku kosong sebelah sana” Bu Guru menunjuk bangku paling belakang. “Iya bu” Rania mengangguk. Rania berjalan menuju bangkunya. Ia merasa sangat canggung karena semua pasang mata sedang memandangnya. Rania duduk seorang diri tanpa teman di sebelahnya.
“Anak-anak keluarkan buku kalian. Kita mulai pelajaran hari ini” ucap Bu Guru.
Rania membuka buku dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Dia melihat teman-teman disekelilingnya. Terlihat asing. Wajah-wajah itu terlihat sombong dan kurang bersahabat. Rasanya tak mungkin menemukan teman yang baik disini. Rania tertunduk lesu, dia sedih mengingat teman-teman di sekolah lamanya.
Rania memang anak yang cenderung pendiam, dia sulit untuk bergaul. Rasa takut dan malu kerap menghantuinya setiap kali ia berdekatan dengan orang baru.
Jam istirahat dimulai. Rania hanya terdiam di bangkunya sambil menundukkan kepala. Sebagian teman-temannya telah keluar kelas untuk bermain. Tak ada yang mengajak Rania bermain, mungkin mereka juga malu untuk memulai pertemanan karena Rania terus saja menundukkan kepala. Hingga seorang anak mendatangi Rania.
“Hai” ucap anak itu. Rania mendongak memandang wajah itu. Kesan pertama yang Rania dapat adalah, anak itu cantik, memakai jepit rambut bagus, sepertinya anak orang kaya. Rania minder dibuatnya. Ia kembali menundukkan kepala.
“Namaku Manda. Mau bermain bersamaku?” ajak anak itu. Rania memandangnya lagi. Manda tersenyum.
“Ayo” ajak Manda. Melihat Rania yang masih bengong. Manda lalu menarik tangan Rania. Manda mengenalkan Rania kepada teman-temannya.
“Rania kenalkan ini Citra, Anya, dan Ivanka” ucap Manda. “Hai” ucap Rania gugup. Kemudian mereka saling berjabat tangan memperkenalkan diri. Ternyata mereka adalah anak-anak yang baik. Tak seperti yang Rania kira sebelumnya. Dan Manda adalah anak yang sangat baik dan ramah. Ada lagi Dodo, anak laki-laki bertubuh gemuk yang sangat lucu. Dia suka main tebak-tebakan.
“Teman-teman aku punya tebak-tebakan nih” Dodo berkata dengan semangat. “Melon, melon apa yang terkenal?” ucap Dodo.
Teman-teman yang lain saling pandang bingung, berusaha mencari jawaban. Melihat teman-temannya tersenyum bingung. Dodo kegirangan. “Pasti gak ada yang tau kan?” ucap Dodo sambil tertawa. “Melon yang terkenal adalah…. Melonkundang. Hahaha” Dodo tertawa. Membuat teman-teman yang lain juga tertawa. Suasana selalu meriah dengan kehadiran Dodo.
Tak seperti yang ada dalam pikiran Rania, ternyata mencari teman baru sangatlah mudah. Ia hanya perlu membuka diri, tak perlu malu untuk memulainya. Awalnya semua terasa asing, karena Rania masih belum mengenal mereka. Setelah kenal, semua terasa menyenangkan. Mereka mulai bermain, bercerita dan tertawa bersama. Rania sudah tak sedih lagi. Tak apa jika ia harus kehilangan teman-teman lamanya. Kini ia telah mendapatkan teman baru yang juga sangat baik.
Tawa Rania telah kembali, dia bisa menjalani hari-harinya di sekolah dengan bahagia.