Setelah para polisi memberitahu kalau Pembunuh Abu-abu sudah tewas, hal ini pun membuat warga kota dapat bernafas dengan lega. Dan hal ini pun membuat aktivitas di kota dapat kembali berjalan seperti biasa tanpa adanya rasa takut akan pembunuh gila yang berkeliaran.
Namun, pada saat warga kota kembali tentram akibat terpecahkannya misteri Pembunuh Abu-abu, di lain tempat ada beberapa orang yang ingin menggunakan kesempatan saat kota sedang berusaha pulih dari insiden mengerikan dengan Pembunuh Abu-abu. Dan orang-orang tersebut tak lain adalah para mafia bandar nark*ba.
Pada suatu hari, Jonathan Ferguso, bos besar dari Keluarga Penjahat Ferguso berniat untuk memanfaatkan situasi kota yang belum stabil untuk menyelundupkan s*bu-s*bu ke sebuah kota bernama Kota Pesisir. Ferguso pun mengumpulkan orang-orangnya dan melakukan perundingan tentang operasi penyelundupan nark*ba miliknya. Kemudian, setelah semua pihak setuju untuk melakukan operasi tersebut, Ferguso lalu mengutus anaknya, Gustave untuk menjadi kurir yang akan mengantarkan koper berisi s*bu-s*bu kepada kliennya di Kota Pesisir.
Tanpa diketahui oleh para mafia tersebut, ternyata salah satu dari anggota mereka adalah intel yang sedang menyamar. Intel tersebut pun kemudian mengirimkan informasi tentang operasi yang akan dilakukan oleh Keluarga Ferguso kepada Inspektur Raymes di kantor polisi. Lalu, Inspektur Raymes pun mengutus seorang polisi muda bernama Winston sebagai mata-mata untuk mendapatkan bukti yang cukup kuat untuk menjatuhkan Keluarga Ferguso untuk selamanya. Winston yang awalnya ragu-ragu akan perintah Inspektur Raymes akhirnya setuju dan kemudian mereka pun menyusun rencana untuk menjebak dan menangkap orang-orang yang terlibat dalam transaksi nark*ba tersebut.
Keesokan paginya, Winston beserta Inspektur Raymes pergi ke bandara dan pada saat yang sama, Gustave juga baru tiba di bandara. Namun karena tidak mengetahui bagaimana rupa Gustave, akhirnya tidak ada kecurigaan antar masing-masing pihak. Kemudian sebelum naik ke pesawat, Inspektur Raymes memberikan beberapa perlengkapan kepada Winston. Diantaranya adalah: 1. Sebuah pistol 2. Alat perekam suara berukuran kecil yang bisa menempel 3. Dan nomor telepon dari kepala polisi Kota Pesisir yang tak lain merupakan teman dekat Inspektur Raymes
Kemudian setelah semua persiapan sudah lengkap, Inspektur Raymes kembali ke kantor polisi sedangkan Winston naik ke pesawat untuk melakukan misi berbahayanya di Kota Pesisir.
Beberapa jam kemudian, pesawat yang ditumpangi oleh Winston dan Gustave pun tiba di Bandar Udara Kota Pesisir. Setibanya di tempat tujuan, Winston pun menggunakan nama samaran untuk menghindari kecurigaan. Nama yang digunakan oleh Winston sendiri adalah “Mazurka”. Sementara itu, kejadian tak terduga menimpa Gustave. Pada saat pengambilan barang, koper Gustave yang berisi nark*ba tertukar dengan sebuah koper berisi bahan-bahan dapur milik seorang pemuda bernama Entong bin Surotong. Hal ini terjadi karena kedua koper milik mereka memiliki bentuk dan warna yang sama. Kejadian ini pun nantinya akan mengubah takdir kedua orang tersebut.
Sementara itu Mazurka yang pada saat itu sedang diam-diam mengawasi orang yang keluar-masuk bandara akhirnya melihat orang dengan koper misterius dengan stiker awan petir seperti yang diceritakan oleh intel yang menyamar. Namun, dia malah mengira kalau Entonglah yang menjadi kurir nark*ba tersebut. Dengan demikian, pada akhirnya Mazurka membuntuti Entong diam-diam.
Beberapa saat kemudian, Entong yang mulai merasa tidak nyaman karena merasa diikuti orang akhirnya naik pitam. Seketika pula Entong mengumpat kearah Mazurka tapi saat dia baru mengeluarkan sepatah kata, dia pun hilang akal karena merasa terpesona melihat wajah cantik Mazurka. Mazurka yang tadinya kaget karena ketahuan sekarang malah merasa keheranan karena melihat orang yang diikutinya klepek-klepek. Merasa cemas dengan keadaan Entong, Mazurka pun mencoba menanyainya apakah keadaannya baik-baik saja tapi Entong malah membalas dengan kalimat romantis yang ala kadarnya. Bak lebah yang mencium aroma nektar, Entong tak bisa berpaling dari Mazurka.
Sesaat kemudian Entong pun mengajak Mazurka untuk menginap di hotel yang sama dan bahkan dia pun berniat untuk mentraktir Mazurka di restoran terbaik di kota. Saat itu pulalah Mazurka merasa semakin heran dan sedikit kagum karena berkat penampilannya dia bisa mendapatkan targetnya dengan mudah. Mazurka pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia pun menerima ajakan Entong dan kemudian mereka pun pergi ke hotel dan restoran terbaik di kota.
Di lain tempat, Gustave pun menyewa taksi dan pergi ke sebuah permukiman kumuh di kota. Disana, dia bertemu dengan Leonardo del Rio dan Norris yang merupakan bawahan dari klien yang ingin melakukan transaksi dengan keluarga Ferguso. Kemudian, sebelum melakukan transaksi Rio dan Norris mengecek terlebih dahulu isi kopernya dan mereka pun terkejut karena mengetahui kalau ternyata isi koper tersebut adalah bahan-bahan dapur. Alhasil, Rio dan Norris pun marah dan mereka hendak membunuh Gustave. Namun, Gustave berhasil meyakinkan mereka untuk tetap tenang dan pada saat itu Gustave teringat kalau dia melihat orang dengan koper yang sama saat dia keluar dari bandara. Kemudian, Gustave pun berjanji kepada Rio dan Norris kalau dia akan menemukan koper yang asli dan tak akan berhenti sebelum menemukannya.
Sementara itu, Entong dan Mazurka yang sudah puas berkeliling kota berniat untuk kembali ke hotel. Tapi sebelum itu, Mazurka menanyai Entong tentang apa isi kopernya tersebut. Dengan percaya diri Entong pun menjawab kalau isi kopernya adalah bahan-bahan dapur yang ingin dia berikan kepada tantenya, Mia. Setelah mendengar penjelasan Entong, Mazurka pun semakin curiga dengan isi koper tersebut. Oleh karena itu, Mazurka pun diam-diam menempelkan alat pelacak pada Entong saat dia pura-pura memeluk Entong dan kemudian Mazurka juga meyakinkan Entong untuk pergi lebih dulu ke rumah tantenya karena dia tidak mau membuat tantenya menunggu Entong karena Entong terlalu asyik jalan-jalan di kota bersama gadis cantik. “Ya… aku rasa kamu ada benarnya juga. Kalau begitu aku akan ke rumah tanteku lebih dulu, tapi apa kamu yakin tidak mau ikut?” Tanya Entong kepada Mazurka. Kemudian Mazurka pun meyakinkan Entong kalau dia akan kembali ke hotel untuk mengambil barang-barangnya dan akan menyusul Entong kalau sudah selesai. Dan kemudian merekapun berpisah.
Namun tanpa diketahui oleh Entong dan Mazurka, Gustave diam-diam mendengar percakapan mereka dari sebuah gang. Gustave pun merasa marah kepada Entong karena sudah mengambil barang miliknya dan hampir membuatnya terbunuh. Kemudian Gustave pun berniat membalas dendam kepada Entong dan dia pun membuntuti Mazurka ke hotel untuk menculiknya dan menjadikannya sandera agar Entong mau mengembalikan barang miliknya.
Setibanya di hotel, Gustave pun membuntutinya dari belakang. Agar dia tidak dicurigai oleh Mazurka, Gustave pun melumpuhkan salah satu pegawai hotel dan menggunakan seragamnya sebagai penyamaran. Kemudian setibanya di depan kamar Mazurka, Gustave pun mengetuk pintu dan berpura-pura menawarkan layanan kamar. Lalu, saat Mazurka dengan lengahnya membukakan pintu untuk Gustave, mafia itu pun kemudian membekap mulut Mazurka dengan menggunakan kain yang sudah ditetesi dengan bahan kimia. Mazurka yang tidak sempat melawan, akhirnya pingsan dan dibawa ke persembunyiannya Gustave.
Di rumah Tante Mia, Entong merasa heran karena sudah satu jam dan Mazurka masih belum datang ke rumah tantenya. Entong pun merasa cemas dan mencoba menelpon Mazurka. Karena telponnya tidak kunjung dijawab, pada akhirnya Entong pun bergegas kembali ke hotel.
Setibanya di hotel, Entong terkejut karena ada banyak polisi disana. Entong pun bertanya kepada salah satu polisi dan polisi itu pun mengatakan kalau ada orang yang memukuli salah satu petugas hotel dan melakukan penculikan kepada salah satu tamu. Entong pun semakin cemas setelah mengetahui kalau tamu yang diculik tak lain adalah Mazurka. Kepanikan pun menyerang Entong dan dia meminta bantuan kepada polisi untuk menemukan Mazurka. Tapi pada saat dia tengah menjelaskan ciri-ciri Mazurka kepada polisi, teleponnya tiba-tiba berbunyi.
“Halo… aku tahu siapa dirimu. Kau mungkin bertanya-tanya tentang siapa aku dan apa yang aku mau. Jawabannya sederhana, kau memiliki koper milikku yang tertukar dengan milikmu di bandara dan aku menginginkan koper itu kembali. Dan aku juga sudah menyandera teman wanitamu di hotel, jadi jika kau ingin dia selamat, bawa koper milikku ke tempat jagal di pinggir kota dan jangan bawa polisi. Jika kau berani membawa polisi, maka temanmu ini akan jadi sejarah” Itulah tadi ultimatum yang dikirimkan oleh Gustave kepada Entong.
Setelah mendengar ultimatum dari Gustave, Entong pun semakin panik tapi polisi yang pada saat itu juga mendengar ultimatum dari Gustave berusaha menenangkan Entong. Kemudian polisi pun mengajak Entong bekerja sama dan menyusun rencana untuk menangkap Gustave dan komplotannya.
Beberapa saat kemudian saat kembali ke rumah tantenya, Entong terkejut karena mendapati tantenya teler. Ternyata tantenya mengira kalau s*bu-s*bu yang ada di koper Entong adalah tepung dan oleh karena itu tantenya pun membuat kue dengan benda haram itu dan memakannya. Melihat hal ini, Entong pun memanggil polisi untuk merehab tantenya.
Dua jam kemudian, Entong pun pergi ke sebuah tempat jagal yang diceritakan oleh Gustave. Setibanya disana dia pun bertemu dengan Gustave dan dua orang komplotannya, Rio dan Norris. Saat itu pula, Entong melihat Mazurka terikat di sebuah kursi dan melihat hal ini pun membuat Entong memohon agar mereka mau melepaskan Mazurka. Mendengar permohonan Entong, Gustave pun tersenyum dan berkata… “Hmm… baiklah kalau begitu. Karena kau sudah menepati janjimu, aku akan melepaskan teman wanitamu ini. Tapi sebelum itu, Norris habisi orang ini karena dia sudah terlalu banyak ikut campur dalam pekerjaan kita”
Sontak Entong pun kaget karena Gustave mengingkari janjinya dan malah menyuruh Norris untuk menghabisi Entong. Kemudian Norris pun mengeluarkan pistolnya dan menembak Entong di perut. Entong pun langsung jatuh tersungkur. Setelah puas dengan tewasnya orang yang mereka anggap membuat masalah, ketiga kriminal itu pun melarikan diri.
“Entong! Tidak!!” Teriak Mazurka ketika melihat tak sadarkan diri. Namun, tiba-tiba dia pun merasa kaget seperti melihat hantu karena Entong tiba-tiba bangun. “Jangan khawatir, aku tadi sebenarnya cuma akting dan aku juga sudah memakai rompi anti peluru pemberian polisi jadi aku akan baik-baik saja kok” Kata Entong untuk menenangkan Mazurka.
Mazurka pun akhirnya bisa merasa tenang karena Entong baik-baik saja. Kemudian Entong pun melepaskan ikatan Mazurka dan pada saat itu pulalah Mazurka memberitahu Entong kalau dia sebenarnya adalah seorang polisi yang sedang menyamar untuk menangkap Gustave dan komplotannya. Namun karena ketiga kriminal itu sudah berhasil kabur, Mazurka pun menganggap kalau misinya gagal. Mendengar pernyataan Mazurka, Entong pun tersenyum dan berkata… “Kamu yakin soal itu?”
Ternyata, di dekat pintu belakang tempat jagal tersebut, para polisi sudah melakukan blokade dan saat ketiga kriminal itu berusaha kabur lewat pintu belakang, mereka pun kaget dengan polisi yang ada disana. Alhasil, terjadilah baku tembak antar polisi dan ketiga kriminal itu. Karena polisi memiliki senjata yang lebih lengkap, akhirnya ketiga kriminal itu dapat dikalahkan dan dua diantaranya yaitu Rio dan Norris tewas pada saat baku tembak, sementara Gustave dipenjara atas tuduhan pengedaran nark*ba dengan hukuman 20 tahun penjara.
Sementara itu, setelah Gustave ditangkap, polisi setempat pun memberikan hadiah kepada Entong dan Mazurka karena sudah membantu mengacaukan transaksi nark*ba di Kota Pesisir.
Beberapa hari kemudian Mazurka pun terpaksa kembali ke kotanya karena misinya sudah selesai. Mendengar kalau Mazurka akan pulang, Entong pun sempat merasa sedih. Namun kemudian Mazurka pun memberikannya ciuman selamat tinggal dan berkata kalau dia akan selalu mengingatnya. Kemudian setelah memberikan ciuman selamat tinggal tersebut, Mazurka naik ke pesawat dan sambil melambaikan tangannya, dia pun mengucapkan selamat tinggal kepada Entong dan berkata kalau dia berharap akan bertemu dengannya lagi. Kemudian setelah pesawat lepas landas, Mazurka pun pulang ke kotanya.
Tamat…
Cerpen Karangan: Ngurah Jordi Blog: cerpenngrjordi.blogspot.com