Diceritakan, beberapa minggu telah berlalu semenjak penemuan mayat-mayat anak-anak hilang di dasar sungai. Selama minggu-minggu tersebut, tidak ada kasus anak hilang lainnya yang terjadi tidak seperti kasus-kasus sebelumnya yang jarak waktunya tidak ada satu minggu. Dengan terjadinya hal ini, polisi pun menganggap kalau si pelaku telah menyerah untuk melakukan aksinya dan memilih untuk bersembunyi, namun Pak Paijo tetap menyuruh para polisi untuk tetap waspada. Kemudian dua minggu setelahnya tetap tidak ada kasus baru. Pada akhirnya kasusnya pun ditutup.
“Hehehe… rupanya rencanaku berhasil! Para polisi bodoh itu akhirnya menyerah dengan kasus itu. Kini aku bisa bebas melakukan aksiku lagi, hahaha!!” kata Udin sambil tertawa jahat.
Beberapa hari kemudian, Udin pun bertemu dengan seorang anak bernama Syaiful. Karena melihat Syaiful yang tengah sedih, Udin pun bertanya kepada Syaiful tentang apa yang sedang terjadi. Mendengar pertanyaan Udin, Syaiful pun tak ragu-ragu menjawab tanpa adanya rasa kecurigaan kepada Udin. Syaiful pun menjelaskan kalau ayahnya baru saja meninggal dan keluarganya sekarang tengah terlilit hutang. Mendengar cerita Syaiful membuat Udin merasa iba, namun jauh di dalam pikirannya dia memiliki niat jahat untuk memuaskan nafsunya kepada Syaiful. Kemudian, Udin pun mengajak Syaiful untuk pergi ke rumah pribadinya Udin untuk diberi “hadiah” guna membantu keluarga Syaiful dan tanpa pikir panjang Syaiful pun langsung menerima ajakan Udin yang tanpa ia ketahui merupakan dalang dari hilangnya anak-anak di Kampung Buruh.
Setibanya di rumah pribadinya, Udin pun menyuruh Syaiful untuk beristirahat di sofa. Kemudian, pada saat Syaiful tengah beristirahat, tiba-tiba Udin pun mencekik leher Syaiful yang tengah tertidur. Syaiful pun langsung kaget namun dia tak bisa berteriak, jadi dia pun hanya bisa pasrah. Pada akhirnya, Syaiful pun dic*buli dan dibunuh oleh Udin dengan kejam. Setelah puas dengan perbuatan kejinya tersebut, kemudian membungkus mayat Syaiful dengan karung dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil miliknya.
Singkat cerita, karena tahu kalau dia tidak bisa menggunakan sungai sebagai penghilang jejak kriminalnya lagi, Udin pun berniat untuk menghancurkan mayat korbannya di dalam pengolahan limbah sebuah pabrik yang sahamnya dimiliki oleh perusahaannya. Kemudian, pada pukul 21.00, Udin pun berangkat menuju pabrik tersebut. Udin pun memanfaatkan kondisi pabrik yang pada saat itu tengah tutup untuk menjalankan aksinya.
Namun, tanpa diketahui oleh Udin, Indah ternyata bekerja paruh waktu sebagai satpam di pabrik tersebut. Indah yang saat itu tengah bekerja pada shift malam tiba-tiba perhatiannya teralihkan ketika dia melihat Udin di pabrik. Kemudian dia pun membuntuti Udin secara perlahan-lahan hingga akhirnya dia melihat Udin di depan pengolahan limbah. Hal yang tak diinginkan oleh Indah pun terjadi malam itu, saat dia tengah mengawasi Udin, dia melihat kalau dari dalam karung yang dibawa Udin muncul sebuah tangan yang mirip tangan anak kecil. Sontak Indah pun kaget dan tak sengaja menjatuhkan beberapa barang yang membuat dia ketahuan. Udin yang kaget karena mendengar suara benda berjatuhan akhirnya hilang akal dan mengambil kapak darurat dari tembok dan berniat untuk mengahabisi orang yang melihatnya melakukan aksi bejatnya itu. Dengan melihat Udin yang jadi gila, rasa takut pun menyelimuti Indah dan tanpa pikir panjang dia pun langsung kabur.
Dengan rasa takut dan trauma akibat melihat hal yang dilakukan Udin, Indah pun merasa amat panik. Dia tak menyangka kalau ternyata orang yang ia cintai merupakan orang yang sama yang menjadi dalang dibalik hilangnya anak-anak kecil di Kampung Buruh.
Karena takut akan dibunuh oleh Udin, Indah pun dengan cepat menghubungi polisi, namun pada saat ia tengah berlari sambil menelpon, dia pun tersandung dan menjatuhkan ponselnya yang tepat pendarat di depan Udin. “Wah, wah, wah, lihat siapa ini… ternyata si anak kesayangan polisi berhasil mengungkap identitasku. Tapi itu tidak akan bertahan lama” ujar Udin. Kemudian Udin pun menghancurkan ponsel Indah dengan menggunakan kapak dan tertawa terbahak-bahak.
Indah pun dibuat semakin takut dengan sifat Udin yang berubah 180 derajat dari yang ia ketahui. Karena panik dan luka akibat kaki terkilir akibat tersandung, akhirnya Indah pun bersembunyi di sebuah gudang bahan kimia dan mengunci pintunya rapat-rapat. Udin yang tahu kalau Indah bersembunyi di dalam gudang akhirnya pun berusaha masuk dengan menghancurkan pintu gudang. Pada saat Udin menghancurkan pintu gudang, dia pun mengintip dari lubang yang dia buat dan tersenyum kearah Indah dengan tatapan kejam dan berkata… “Ini Udin!!” “Aaaahhh!!!” Indah berteriak dengan keras saking paniknya.
Kemudian pada saat Udin masuk ke dalam gudang, entah karena usaha bela diri atau karena tak sengaja, Indah menyiramkan sebuah botol berisi asam kearah Udin. Asam dari botol itu pun mengenai sisi kiri wajah Udin dan sontak Udin pun berteriak kesakitan. “Aaarrghh!! D-Dasar perempuan sialan!! B-Beraninya kau!!” ujar Udin sambil menahan rasa sakit di wajahnya.
Pada saat yang sama, terdengar sirine polisi dari luar pabrik. Takut kalau dia akan tertangkap, Udin pun kabur dengan melompat dari jendela. Kemudian, setelah masuk ke pabrik, para polisi pun menemukan Indah yang bersembunyi di gudang. Indah pun memberitahu polisi-polisi tersebut kalau Udin kabur lewat jendela. Mendengar penjelasan dari Indah, polisi pun kemudian mengumpulkan para warga yang sedang ronda untuk menangkap Udin.
Di lain tempat, Udin masih menahan sakit dari lukanya. Namun kemudian dia pun kaget setelah mendengar sirine dari kejauhan dan melihat banyak warga yang membawa obor sedang mencarinya. Takut karena akan ditangkap, Udin pun langsung melarikan diri yang tentu saja membuatnya ketahuan. Warga kampung yang melihat Udin dari kejauhan pun marah akhirnya mengejarnya.
Pengejaran pun berlangsung lama sampai pada akhirnya Udin tiba di sebuah jembatan. Tanpa pikir panjang, akhirnya Udin pun melompat dari jembatan untuk kabur lewat sungai. Namun, tanpa diketahui oleh Udin, ternyata pada saat itu aliran sungai sedang mengering karena musim kemarau dan karena saat itu keadaan sedang gelap, jadi Udin pun tak tahu kalau air sungai mengering. Pada akhirnya Udin pun tewas setelah melompat dari jembatan karena terbentur batu.
Beberapa menit kemudian, para warga dan polisi pun mengevakuasi mayat Udin dari sungai dan merekapun merasa kaget dan ngeri setelah melihat kondisi mayat Udin yang sangat mengenaskan bahkan beberapa orang warga muntah akibat tak tahan melihat wajah Udin yang hancur akibat terkena cairan asam. Dengan kematian Udin, Kampung Buruh pun mengalami sejarah yang tak dapat dilupakan dan dengan kematiannya pula, Udin menciptakan rasa takut bagi warga dan polisi Kampung Buruh yang pada akhirnya membuat kasus anak hilang Kampung Buruh ditutup untuk kedua kalinya dan semoga saja untuk yang terakhir kalinya.
Tamat…
Cerpen Karangan: Ngurah Jordi Blog: cerpenngrjordi.blogspot.com