Pada tahun xxx, pulau Ghor dilanda hujan batu yang tiada henti. Pagi, siang, sore, dan malam pun penuh akan bebatuan yang menghujani mereka. Banyak korban jiwa yang terlahap akibat terhantam batu yang berubah rubah bentuknya. Banyak warga asli yang terpaksa keluar pulau Ghor dan menetap di luar pulau itu. Mereka tidak ingin hujan batu itu merenggut nyawanya. Beberapa orang menetap di pulau tersebut dengan cara membuat Lorong bawah tanah. Mereka memang mendapatkan tempat yang aman, namun terhindar dari sinar matahari. Kulit mereka menjadi putih pucat, kekebalan mereka menurun, dan lainnya. Entah apa yang direncanakan sang tuhan kepada kaum manusia. Hukuman yang sangat mengenaskan di mata manusia.
Hujan batu itu tidak berhenti sampai 36 tahun. Banyak batu yang terkumpul di atas permukaan tanah pulau Ghor. Mungkin, ketebalan tumpukan batunya sudah mencapai 453 m. ketebalan yang sangat besar untuk tumpukan batu. Seorang malaikat yang melihat keadaan pulau Ghor dari atas merasa kasihan pada orang orang yang bertahan di pulau yang mengenaskan itu. Ia tidak mengetahui rencana apa yang tuhan berikan kepada kaum manusia tersebut. Tanpa sepengatahuan sang tuhan, malaikat itu turun ke permukaan bumi.
ia sampai di pulau Ghor. Karena malaikat termasuk makhluk ghaib, bebatuan itu tidak mengenainya. malaikat itu mengeluarkan perisai ajaib yang terbuat dari berlian dari tangannya. Perisai itu berubah menjadi seukuran pulau Ghor dan melempar Kembali bebatuan ke arah langit. Dengan itu, hujan batu sudah berhenti setelah 36 tahun turun ke bumi. Malaikat itu juga membersihkan batu batu itu dengan perisai berlian miliknya. alhasil, tumpukan batu itu menghilang dalam sekejap. Dikarenakan tugasnya sudah selesai di bumi, dia naik ke atas langit lagi, tempat dia berasal.
Manusia yang tinggal di tanah heran, suara gemuruh yang seharusnya terdengar oleh telinga mereka tiba tiba berhenti. Mereka membuka pintu terowongan arah barat dan terkejut dengan keadaan langitnya. Langit yang seharusnya berwarna abu gelap seperti biasanya, tiba tiba berwarna biru muda cerah dengan sinar matahari menyilaukan mereka. Mereka yang sadar bahwa hujan batu telah berhenti, bersorak kegirangan karena bencana yang mereka benci telah menghilang.
Malaikat yang tadi turun ke permukaan bumi sampai ke atas langit dengan aman. Namun, ia disambut dengan amarah sang tuhan. Malaikat yang kebingungan dengan amarah tuhan, tunduk kepadanya. Takut dengan apa yang akan sang tuhan bilang kepadanya. “bukankah aku sudah memerintahmu untuk diam saja? Kamu tidak tahu apapun tentang masa depan mereka. Sekarang, aku memerintahmu untuk menyegel perisai berlianmu di pusat nanti”. Tegas sang tuhan. Sang Malaikat hanya bisa mengangguk dengan wajah yang takut, dan menyegel perisai berlian miliknya. Dalam hatinya, dia penasaran dengan masa depan warga pulau Ghor setelah ia melakukan Tindakannya tersebut.
Sementara di permukaan bumi, heboh dengan berita tentang berhentinya hujan batu di pulau Ghor setelah 36 tahun tidak berhenti. Warga pulau Ghor yang menetap di luar pulau Kembali ke kampung halaman mereka masing masing. Mereka semua berpesta menyambut hari kemenangan. Malaikat tadi merasa sangat bersalah karena sudah menghentikan huja tersebut. Bahkan, malaikat itu rasanya ingin mati daripada melihat kegembiraan para manusia tersebut. Sebenarnya, apa yang terjadi sehingga membuat malaikat itu merasa bersalah?
Ternyata, warga pulau Ghor banyak yang melakukan dosa setelah bencana itu hilang. Minum minuman keras, berzina, dan ada pun yang mengonsumsi narkotika. Semuanya terlalu kegirangan sampai lupa batasnya. Pesta yang seharusnya penuh akan kegembiraan dan kedamaian, justru menjadi pesta yang penuh akan dosa.
Cerpen Karangan: Puruhitatapin