“Hoamm…” ujar seorang gadis. Ia baru saja bangun dari tempat tidurnya. Ia pun membuka jendela kamarnya. “Sungguh pagi hari yang cerah” ujarnya. Ia bergegas ke kamar tidur adik laki-lakinya, Kai, untuk membangunkan adik satu-satunya itu. “Hee, Kai kemana? Apa ia sudah bangun?” tanyanya dalam hati. Karena ia merasa adiknya sudah bangun, akhirnya ia ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap pergi ke sekolah.
“Selamat pagi Kak Kanna!” ujar Kai yang ternyata sudah bersiap-siap pergi ke sekolah. “Oh, selamat pagi, Kai” jawab Kanna. Ya, gadis itu bernama Kanna Isamu. Cukup dipanggil Kanna. Ia adalah seorang murid SMP kelas 1. Adiknya, Kaito Isamu, cukup dipanggil Kai, adalah seorang murid SD kelas 3. Waw beda 5 tahun! Tetapi mereka sangat akur lho!
“Ayo kak, kita berangkat sekolah bersama!” ujar Kai. “Iya, sebentar, kakak mau ambil sarapan dulu. Ibu, aku sarapan di sekolah aja ya” ujar Kanna. Sang ibu mengiyakan. “Ayo yah! Kita berangkat!” ujar Kai yang sangat senang. “Ahahah, Kai sudah tidak sabar masuk sekolah baru ya?” tanya sang Ayah. “Iya, Kai sudah tidak sabar punya teman baru! Kemarin punya rumah baru, sekarang punya sekolah dan teman baru, asyiik!” ujar Kai. Ayah dan Kanna hanya tertawa kecil karena melihat tingkah laku Kai yang lucu.
Sesampainya di sekolah Kai merasa sangat senang. Sayangnya ia harus berpisah dengan kakak tersayangnya itu dikarenakan bedanya tingkat kelas dan sekolah mereka. “Yah… Kai harus berpisah dengan kakak ya?” keluh Kai. “Kai, nanti sore setelah pulang sekolah kita kan bisa bertemu lagi” ujar sang kakak. “Oh iya, eheheh Kai lupa” jawab Kai.
Setelah sampai di sekolahnya Kanna, Kanna langsung menuju ke kepala sekolah untuk mendapat informasi tentang kelas dan peraturan di sekolah barunya. Singkat cerita, BRUKK! “Aduh m-maaf saya tak sengaja” ujar Kanna. “Tidak apa-apa, sini biar saya bantu” ujar seseorang yang ditabrak Kanna. Setelah dibantu membereskan barang-barang yang terjatuh, “Namamu siapa? Sepertinya aku baru saja melihatmu, kamu anak baru ya?” ujar seseorang itu. “Ya, n-nama saya Kanna Isamu, panggil saja Kanna” jawab Kanna yang ragu-ragu karena ini pertama kalinya ia menabrak seorang laki-laki. “Oh hai Kanna-chan. Perkenalkan, namaku Ryuujin Kuroyami, panggil saja Ryuu. Eh kamu kan anak baru, ada yang ingin kubantu? Karena aku sekalian mau ke kelasku nih, siapa tau satu arah, ya kan?” ujar Ryuu. “Iya, kelasku 7C” jawab Kanna “Yah… maaf aku kelas 8D, kita tidak bisa jalan bareng. Tetapi biar ku kasih tau tempat kelas 7C itu berada. Kamu naik tangga, kelas kamu ada di lantai tiga nomor 3 dari kanan ya, di antara kelas 7B dan 7D ya” jelas Ryuu. “Oh baik kak” “Tidak usah panggil aku kakak, panggil saja Ryuu-san, oke?” “Oh oke kak”. Kanna pun mengikuti arah yang ditunjukkan oleh kakak kelas tadi.
Sesampainya di kelas, ia langsung disambut oleh sang guru dan memintanya untuk memperkenalkan dirinya. Kanna pun mengiyakan dan memperkenalkan dirinya, “Hai semuanya, perkenalkan namaku Kanna Isamu, panggil saja Kanna. Aku berasal dari Bandung. Aku baru pindah ke sini kemarin. Hobiku menggambar. Semoga kita bisa berkawan dengan baik” jelas Kanna. Semua pun menjawab, “Hai Kanna, selamat datang di kelas 7C, semoga betah ya”. Kanna pun mengiyakan.
Singkat cerita, saat istirahat, semua orang bermain bersama teman dekatnya kecuali Kanna. Ia hanya menggambar di buku gambar kesayangannya itu. “Wih, gambarnya bagus banget, coba lihat dong!” ujar seseorang. “Tidak!” jawab Kanna dengan tegas. Kanna tidak suka jika buku gambarnya dilihat orang lain. Memang dari dulu buku gambar itu tidak pernah disentuh oleh seseorang selain Kanna dan Kai. Laki-laki itu pun memaksa dan mengambil paksa dan membawa lari buku gambar tersebut. Karena merasa kesal, Kanna pun mengejarnya.
Tiba-tiba ada seorang perempuan menghentikan langkah laki-laki tersebut. “Hei! Kembalikkan buku gambar itu! Itu tidak sopan!” tegas perempuan itu. “Aduh, ketua kelas lagi!… hmm ya udah deh, ini bukunya” karena merasa takut babak belur, laki-laki itu pun mengembalikkan buku itu ke perempuan yang disebut ketua kelas olehnya. Ketua kelas itu pun memberikan buku itu pada Kanna. Kanna mengucapkan terima kasih dan meminta maaf karena sudah merepotkannya. Perempuan itu menjawab, “Tidak apa-apa, ini memang sudah menjadi tugasku sebagai ketua kelas. Oh iya, kamu anak baru kan? Kenalin, namaku Haruka Yuna, panggil aja Haruka” “Baik, Haruka” “Tidak usah malu-malu, mulai sekarang aku harap kita menjadi teman yang baik ya!” “Iya” Semenjak itu, Kanna dan Haruka menjadi sahabat terbaik.
Suatu sore dimana yang seharusnya Kai pulang dari sekolahnya, Kai belum pulang. Kanna dan ibunya merasa cemas dengan keadaan Kai. “Aduh! Aw- panas!” keluh ibu. “Ibu tidak apa-apa? Sini biar Kanna bantu” ujar Kanna.
“Ada apa sih bu?” “Ini, ibu tiba-tiba kepikiran Kai. Aw- s-sakit” “Kai? Mungkin itu perasaan ibu aja, Kai pasti baik-baik saja kok”. Kanna pun melukai luka ibu yang terkena air termos.
Beberapa jam kemudian… Tok tok, “Assalamu’alaikum” ujar seseorang dari balik pintu masuk rumah. “Wa’alaikum salam, siapa?” tanya Kanna. “Ini ayah dan Kai”. Setelah mendengar jawaban tersebut, Kanna langsung membuka pintu rumahnya dan terkejut melihat adiknya yang babak belur. “Ya ampun, kamu kenapa? Kok bisa luka-luka gini?” tanya Kanna. “Itu tadi ayah lihat Kai berkelahi dengan temannya. Ayah tadi disuruh ke ruang guru BK untuk memproses kejadian tersebut” ujar sang ayah, “Ya ampun, ya udah sini kakak obatin, yuk ke kamar kakak” ujar Kanna. Kanna pun membawa adikna ke kamar dan mengobati luka sang adik.
“Ada apa Kai? Kenapa bisa begini? Tadi kakak ama ibu cemas dengan keadaanmu sampai-sampai ibu luka karena melamun memikirkanmu. Coba jelaskan baik-baik, bisa?”. Kai terdiam. “Hm, ya udah kalau gamau cerita gapapa, yang penting sekarang lukana sembuh ya” ujar Kanna.
Karena penasaran, Kanna pun menanya pada sang ayah apa yang sebenarna terjadi. Ia tidak rela adiknya babak belur karena perbuatan seseorang. Sang ayah menjawab, “Tadi di sekolah saat ayah dipanggil ke guru BK, Kai hanya terdiam. Temannya yang lain dengan lancang mengatakan bahwa Kai yang bersalah, Kai duluan yang mulai berkelahi. Ayah jawab, itu tidak mungkin, karena anak saya tidak seperti itu. Saat Kai ditanya apakah kejadian itu benar, Kai hanya terdiam. Yaa ayah sih juga yakin itu bukan salah Kai, ya kan?” jelas ayah. “Hm, iya sih, ga mungkin Kai bersifat seperti itu” jawab Kanna.
Semenjak hari itu, Kai yang biasanya ceria terus merenung. Kanna selalu mendengar suara tangisan Kai di dalam kamarnya tetapi ketika Kanna menanyakan mengapa menangis, Kai hanya terdiam.
Kanna memiliki firasat yang buruk. Sepertinya ada yang salah, menurutnya. Karena penasaran, suatu hari Kanna berencana ingin memata-matai sang adik di sekolah. Tetapi, saat berangkat sekolah, hal yang tidak diinginkan pun terjadi. “AWASSS!” teriak Kanna. BRAKK! Karena ketidak fokusan sang ayah, Kanna, Kai, dan sang ayah pun mengalami kecelakaan. Saat itu, Kanna masih setengah sadar, ia memeluk buku gambarnya, “Kai… Ayah… Jangan pergi… Jangan tinggalkan aku…”.
“HAH! HAH… HAH… Hah… hah…” Kanna yang terbangun dari tidurnya terngos-ngosan. “A-aku dimana ini? Di-dimana… hah… semua orang? Kok… hah… gelap?” Tanya Kanna. Kanna sedang berada di suatu tempat yang sangat gelap, dibawahnya terdapat air yang menggenang. “Ayah? Ibu? Kai? Dimana kalian?” tanya Kanna.
Tiba-tiba dari kejauhan nampak sebuah cahaya yang sangat terang. “Aduh, silau banget. Eh? Sinar? Apa aku harus kesana?” gumam Kanna. Karena merasa tidak ada jalan lain untuk keluar dari kegelapan ini, Kanna pun berjalan menuju cahaya itu.
“Ugh…hah? Ko aku ada di rumah sakit?” tanya Kanna. “Aduh, kepalaku sakit, ahh…” keluh Kanna. Kanna pun bingung, tadi ia berada di suatu tempat yang gelap, sekarang di rumah sakit, “Aww… kepalaku sakit… mungkin bukan waktunya sekarang untuk memikirkan hal itu” ujar Kanna.
Bersambung
Cerpen Karangan: Arsya Ghinayyah Prartiandika Instagram : @arsxnahh_ Hai, kenalin namaku Arsya Ghinayyah Prartiandika, panggil aja Ainah. Aku berumur 13 tahun. Follow instagram aku ya, @arsyxnahh_ Oh iya, ini masih part 1, untuk Fantasi dan petualangannya ada di part 2 nanti ya