Aku tidak tau, benar aku tidak tau. kalian selalu diam membisu ketika aku bertanya, bibir kalian seakan terkunci rapat oleh berbagai macam password yang aneh, sehingga susah sekali untuk dibuka. Aku hanya bertanya, tapi mengapa, mengapa kalian seakan tidak mendengar pertanyaanku, kalian seakan mengunci rapat-rapat daun telinga kalian supaya angin yang membimbing suaraku tidak masuk ke dalam telinga kalian. kalian menganggapku seperti seekor serangga yang tidak pantas untuk didengar dan dijawab pertanyaannya.
Apakah salah aku bertanya? salahkah bila aku penasaran? Bukankah kesalahan ini disebabkan oleh perilaku kalian terhadapku. salah kalian yang membuat aku selalu penasaran, setiap aku ingin bertanya kalian tidak mau menjawab. Rasa penasaran bukan merupakan dosa melainkan fitrah makhluk hidup, lalu mengapa?
Bukankah anak kecil selalu penasaran bahkan orang dewasa juga penasaran. Mereka selalu penasaran, tapi rasa penasaran tersebut selalu terjawab. Berbeda denganku yang rasa penasarannya tidak dijawab. Sehingga membuatku menjadi makhluk yang selalu penasaran.
Benar, aku adalah makhluk yang selalu penasaran, penasaran untuk mengetahui makna dunia. Penasaran untuk mengetahui siapa orangtuaku, penasaran mengapa aku diciptakan dan dilahirkan, mengapa aku harus hidup di dunia? dan mengapa kamu tega mengkhianati dan membantai bangsamu sendiri? Semua pertanyaan itu selalu berputar-putar dan terngiang di kepalaku. Semua pertanyaan itu terus terngiang dan berlari di kepalaku dan tidak pernah bisa lepas dari kepalaku. Saking kuatnya tempelan mereka di kepalaku, hal itu sering menyebabkan kepalaku diserang oleh rasa sakit.
Waktu terus berlalu, pertanyaan itu terus bertambah dan tak kunjung terjawab. Tidak ada yang bisa menjawabnya atau bisa dibilang tidak ada yang mau menjawabnya. Kalian menganggap pertanyaanku itu tidak perlu dijawab. Benar pertanyaan dari seekor serangga yang menjijikan tidak perlu dijawab atau sebenarnya kalian takut menjawab pertanyaanku karena tidak menemukan jawabannya.
Padahal aku hanya bertanya, tapi setidaknya kalian harus menjawab satu pertanyaan ini. Pertanyaan yang paling utama daripada yang lain. Pertanyaan yang merupakan induk dari segala pertanyaan yang terngiang di kepalaku. “Mengapa kita harus membunuh para bangsat tersebut, bukankah mereka tidak melakukan kesalahan? Mereka menghisap darah hanya untuk makan, tidak lebih dan tidak kurang”.
—
Apakah kamu penasaran denganku atau kamu sama sekali tidak penasaran tentangku? Ya, benar, buat apa kamu ingin mengenalku. Bukankah kamu sama saja dengan mereka yang di sana pada umumnya. Hal itu dibuktikan dari tatapan mata yang kau tujukan kepadaku di mana aku melihat tatapan jijik yang ternyata kamu tujukan kepadaku. Aku tau itu, aku tidak bisa pura-pura tidak tahu. Pandanganmu sama saja dengan mereka, di matamu aku hanya terlihat seperti serangga, aku melihat rasa jijikmu kepadaku.
Tapi, setidaknya aku ingin memperkenalkan diriku kepada orang-orang yang mungkin saja mau menerima aku apa adanya dan tidak merasa jijik kepadaku. Dan juga bukankah perkenalan itu perlu supaya pembaca bisa mengenal diriku. Sebenarnya aku tidak mau melakukan ini, tapi setidaknya aku harus menunjukan sopan santunku sebagai makhluk hidup kepada kalian para pembaca.
Perkenalkan aku adalah makhluk ciptaan Tuhan, tubuhku kecil, aku suka tinggal di sela sofa, makanan utamaku adalah darah termasuk darah kalian para pembaca, aku adalah seekor bangsat yaitu sejenis serangga yang sangat dibenci oleh hampir seluruh makhluk hidup, kalian tentu sudah tau alasannya.
Aku tidak tahu siapa indukku dan alasan aku dilahirkan. Setiap hari aku selalu melihat saudara, teman, dan spesiesku mati secara mengenaskan dibunuh oleh bangsamu. Padahal kami tidak melakukan kesalahan apa-apa, tapi bangsamu selalu membunuh dan menyiksa spesiesku. Kalian bahkan menganggap kami lebih jijik daripada seekor kecoa.
Kami hanya menumpang tinggal di rumah-rumah bangsamu. Kami tinggal di sela-sela sofa, kasur bahkan di kepala kalian. Kami hanya menghisap darah kalian untuk mengisi perut kami. Apakah ini yang menyebabkan perlakuan buruk kalian terhadap kami? Bukankah bangsa nyamuk juga menghisap darah kalian. Bahkan menyebarkan bibit penyakit yang berbahaya, tapi kalian tidak menganggap jijik mereka. Apakah nyamuk lebih baik dari kami?
Perbuatan bangsamu menyulut api kemarahan kaumku. Mereka melakukan pertemuan pada malam hari di salah satu kamar yang tidak terpakai di rumahmu. Aku juga turut diundang bahkan aku ditunjuk sebagai ketua panitia. Hasil keputusannya adalah kami akan memberontak minggu depan pada waktu malam hari tepat ketika bulan purnama. Aku ditunjuk sebagai pemimpin pasukan alias jendral perang yang akan menyerang dan menyakiti dirimu. Apa yang harus aku perbuat?
Akhirnya pada malam itu, sehari sebelum malam yang dijanjikan untuk melaksanakan pemberontakan. Aku melakukan sebuah dosa besar yaitu pengkhianatan yang aku lakukan terhadap bangsaku sendiri. Aku membantai mereka semua sekaligus pada malam itu. Karena aku menyadari bahwa pemberontakan ini pasti akan gagal dan kami pasti akan kalah.
Tapi, bukan itu alasan yang sebenarnya, aku akan jujur kepadamu bahwa pengkhianatan yang aku lakukan terhadap kaumku sendiri didasari oleh rasa sayang dan cintaku kepadamu dan juga di dalam lubuk hatiku yang terdalam aku tidak ingin menyakiti dan memberikan luka yang menyakitkan kepada dirimu. Oleh karena itu lebih baik aku aku melakukan pembantaian terhadap kaumku sendiri. Tua, muda, pria, wanita, anak-anak, balita dan bahkan calon bayi yang masih di dalam telur aku bunuh semuanya. Aku memastikan bahwa yang tersisa hanya diriku sendiri karena aku yang akan menanggung semua beban dosa atas perbuatanku, juga dosa karena mencintaimu.
Setidaknya dengan aku melakukan pembantaian tersebut, aku bisa menghindarkan mereka dari kejamnya penderitaan ketika perang. Karena pada waktu perang semua hal akan dihalalkan oleh semua pihak baik itu pembunuhan, perampokan, pemerk*saan dan lain-lain. Setidaknya mereka hanya merasakan sakit hanya pada malam itu.
Setelah peristiwa pembantaian yang terjadi di malam itu. Aku pergi. Pergi menjauhi kehidupanmu dan meninggalkan habitatku yang berada di kediamanmu. Aku berencana untuk pergi mengembara walaupun tanpa tahu arah dan tujuan yang pasti. Setidaknya dengan aku meninggalkanmu, kamu akan merasakan kebahagiaan tanpa kehadiran diriku dan kaumku di rumahmu.
Ternyata cinta yang aku perjuangkan hanya berakhir sia-sia. Aku mendengar kabar bahwa engkau telah pergi dan lebih memilih Bersanding dengan orang lain. Apakah kau sudah melupakan pengorbananku? Dalam diam hatiku menangis, setidaknya izinkanlah aku untuk mengucapkan sesuatu. Apakah sekarang kamu sudah bahagia cintaku? Bahagia dengan orang lain dan meninggalkan diriku. Ternyata kamu lebih bangsat daripada aku. Dasar Bangsat!
Cerpen Karangan: Danang Wahyu Triantoro Blog / Facebook: Danang Sutowijoyo