Perkenalkan, namaku Keep dan aku adalah salah satu anak yang tinggal di atas tanah penuh abu yang kelabu di mana segala sesuatu telah ditentukan untuk setiap orang. Ada ‘Hukum’ yang mengatur setiap orang untuk tidak menyimpang dari jalan yang sudah ditentukan untuk dirinya sendiri, kami menyebut itu ‘takdir’ dan hukum itu sangat terasa dalam kehidupan kami.
Kemarin tetanggaku berhenti bekerja menjadi penjahit yang ditentukan ‘takdir’-nya. Dia sudah tua, sih.. Tapi seketika itu juga ia kehilangan nyawanya. Mengejutkan memang, tapi tidak bisa ditolak.
Akan kuceritakan mengenai hidup disini. Saat kau lahir, hidupmu sudah mulai ditentukan, siapa yang akan menjadi ayah dan ibumu, di mana kau akan dilahirkan, siapa yang akan merawatmu, dengan siapa kau akan berteman, bagaimana kau harus bersikap, dimana kau akan bekerja dan bagaimana pencapaianmu, apa pekerjaanmu dan bagaimana kau akan mati. Semua ini terjadi karena takdir yang mengikat. Semuanya sudah ada dalam pikiranmu. Banyak orang yang mengikutinya dengan santai dan tenang, namun ada juga yang menentangnya dan kalah menggenaskan, belum pernah terdengar berita mengenai orang yang dapat melawan takdir tersebut dan terbebas darinya.
Kesanku pribadi adalah mengenai perasaanku sendiri, bukan berarti aku mau menolak semuanya, sih.. Tapi ada beberapa hal yang membuat perasaanku gelisah dan tidak enak. Ketika kau bertemu dengan orang yang membutuhkan pertolongan namun dia tidak ditakdirkan untuk ditolong atau aku tidak ditakdirkan untuk menolongnya, ketika aku melihat orang yang menyenangkan dan aku tidak ditakdirkan untuk berteman dengannya tapi berteman dengan para penindas yang membullyku setiap hari, aku ingin memberontak, tapi aku tidak punya keberanian untuk itu.
Aku menemukan sebuah buku tua terlarang di ruang bawah tanah kakekku mengenai dunia dimana orang-orang dapat menggapai apa yang mereka impikan, berteman dengan siapapun yang mereka senangi dan pergi ke tempat-tempat menakjubkan yang belum pernah kulihat dengan mata kepalaku sendiri, rasanya sangat menyenangkan. Sejak saat itu aku mulai mempunyai apa yang disebut dalam buku tersebut, sebuah ‘mimpi’.
Aku gelisah setiap kali aku mengingat cerita dari buku itu, aku ingin bebas, lepas dari takdir yang mengikat ini. Aku ingin punya takdir yang tidak mengikat, tidak membatasiku. Namun disinilah aku sekarang, di dunia ini. Bagaimana dengan duniamu sobat? Adakah yang berbeda?
Cerpen Karangan: Dandi Brutu