16-4-2024, Natuna “Front Armada-1” Kepada keluarga yang tercinta. XXX-XXX
Allhamdullilah tidak terasa sudah 1 tahun lamanya kakak di garis depan, bagaimana kabar keluarga dan adik juga pastinya? Semoga baik-baik saja. kakak aman kok disini ada banyak teman dan banyak juga yang memberikan sebatas kenangan. Untuk saat ini jangan pedulikan asa depan kuliah kakak ambil saja uangnya untuk pengobatan ibu dan jangan lupa walau sedikit tunjangan serdadu SEMESTA juga bisa dipakai kok apalagi kakak juga baru naik pangkat walaupun kurang tahu juga apakah ada tambahan atau tidak. Semoga semunya baik-baik saja dan perang ini bisa cepat berakhir dan semuanya kembali menjadi normal. Titip salam untuk semunya jaga kesehatan. Merdeka! Wassalammualikum
Baru saja selesai mengirim surat ke pos terdekat rasanya nonstalgia tapi untuk saat ini tidak ada waktu untuk santai, derap langkah yang gagap gempita selalu terdengar setiap hari terutama saat pagi buta dan sebelum jam malam.
Pagi ini bukanlah pagi yang normal, setelah 1 tahun lamanya Indonesia dan aliansi negara “Merdeka” bertahan menahan bombardir invasi Front persatuan sosial pimpinan china pada akhirnya sepertinya ujung dari perang ini semakin dekat. Baru saja setelah dipindahkan dari serdadu biasa sekarang sudah menjadi lebih mirip tentara regular. Mungkin itu kabar baik namun nyatanya tidak, kenapa? Karena sebagian besar dari tentara regular ada yang tewas bertarung, terluka berat, atau paling buruk mereka lari dari medan tempur dan ada juga yang ternyata adalah kepanjangan tangan dari musuh.
Sambil menengok kiri-kanan ke sekitar memang enaknya sambil sedikit peregangan, semenjak menjadi serdadu semuanya difokuskan di latihan fisik namun semenjak 1 bulan yang lalu naik pangkat rupanya pekerjaan kantoran/administrasi muncul juga. Jadi ingat ketika sekolah, “Soal, Quiz, TTS, Karya tulis” semua itu berhasil Saya taklukan, namun tetap saja “data” administrasi yang kuurus saat ini cukup menggetarkan jiwa. Mulai dari yang klasik pengaturan jalur informasi dan logistik, terus meningkat sampai mengatur surat wasiat dan menghitung jiwa para patriot yang gugur.
Krek… krekk, Ahh… walau hari ini cenderung lebih tenang namun atmosfirnya sangat berbeda dari bisanya semuanya terasa sepi. Apabila ingin dijelaskan secara rinci koridor yang Saya lalui saat ini memang bersih dan terawat, namun dibalik itu banyak juga para serdadu yang bahkan belum saja memegang senapan baru saja menyapu halaman namun sudah terkena serangan udara dan tewas. Di satu sisi Indonesai unggul dari sisi negara aliansi karena jumlahnya yang besar dan juga menjadi posisi yang bertahan, namun di sisi yang lain karena sistem “Aliansi” ini juga yang membuat pengambilan keputusan cukup sulit, entah itu untuk strategi bertahan atau menyerang. Setidaknya “Kabar Burung” yang kerap kudengar dari kantor tempatku bertugas seperti itu. Peregangan dan keluhan pagi sudah selesai nah, sekarang waktunya untuk kembali ke kantor dan lanjut bertugas.
Jarak antara tempat pos dan kantorku tidak terlalu jauh, hanya beberapa kilometer lurus dan nanti setelah sampai titik tertentu beberapa meter ke bawah untuk masuk kantor alias bunker. Memang perang saat ini cukup unik, seperti remaja yang baru saja berjerawat dan kerap memaksakan idenya ke yang lain, mungkin seperti itu pandanganku untuk saat ini. Terlepas dari faktanya kalau mereka tetap menumpah darah dan korban terus berjatuhan.
Drap… drap suara langkah kakiku mengikuti irama hatiku dan bayanganku yang terus berandai baik soal perang seperti tadi, atau apakah surat yang kukirim tadi akankah sampai atau tidak. Walaupun yang membuatku di kondisi seperti ini tersenyum kecil apakah dari kenaikan pangkat ini ada bonus atau tidak ya.
Berhenti, *tek, suara senapan yang sedang disiapkan, “Siap Pak!” Jawabku sambil serentak kami saling hormat secara singkat. Rupanya karena terlalu santai berandai sampai-sampai tidak terasa sudah sampai di atas bunker dan pastinya ada pemeriksaan dahulu. “Oi perwira apa gerangan kau berseri seperti itu” ucap si penjaga dengan seragamnya yang lusuh dan tatapan yang tajam, “Oh, tidak… tidak Saya tadi hanya sedikit melamun saja habis ini akan langsung fokus bertugas” jawabku dengan nada yang berusaha diyakinkan sebaik mungkin. “Syukur kalau begitu, lanjutkan tugasmu, bangsamu berharap banyak dari kalian” Ucapnya dengan yakin sambil memberikan hormat yang singkat ke arahku. Setelah kubalas hormatnya dan menngucapkan terima kasih, tanpa kuhiraukan lebih lanjut walau entah kenapa di saat yang sama si penjaga itu sedikit memandang sedih ke arahku atau lebih tepatnya diriku sedang “Dikasihani”.
Setelah memasuki bunker, diriku ini langsung masuk ke ruangan kerja dan mulai rutinitas sebelum pekerjaan seperti biasa mulai dari beres-beres sampai laporan umum lewat saluran komunikasi yang tersedia di bunker. Sejujurnya hari ini adalah hari libur untuk alasan yang tertentu lagipula Saya juga baru bertugas baru disini mungkin saja semakin banyak shift yang diambil bonusnya juga makin banyak.
Setelah laporan didapat dan dokumen yang harus dikerjakan sudah diunduh dan dicetak, barulah Saya bisa mulai berkerja. Sambil menunggu proses pencetakan dokumen ada baiknya juga menyiapkan kafein agar lebih fokus dan mengurangi kantuk, apalagi di ruangan No. 3 ini hanya ada diriku sendiri dan banyak meja kerja lainya yang walaupun banyak berkas di atasnya namun kelihatanya cukup terbengkalai. Kopi selesai, cetak dokumen selesai, meja rapih, seragam baru menambah semangat, mulailah Saya meneliti seluk beluk dokumen dan mengerjakan seperti yang diminta pada laporan umum.
Laporan-1 isinya tentang invasi Burma yang gagal ditahan dan tentara yang dikirm Indonesia harus ditarik ke garis Thailand dan menyusuri sungai Mekong untuk logistik umum. Walau sepertinya laporan ini masih perlu dikaitkan dengan laporan yang lain apabila ada agar lebih jelas penggambaranya apabila ada.
Laporan-2 lumayan ribet juga ternyata yaitu data telepon dan jalur komunikasi tentara umum di Front Armada-1. Walau yang kuurus hanya sebagain tetap saja yang satu ini cukup menguras tenaga. Sebelum laporan ketiga rupanya kopiku sudah habis, jadi sambil sedikit mengistirahatkan diri mungkin untuk yang ke-3 cukup dengan air tawar juga cocok.
Glek. Glek, “ahh.. air tawar rasanya memang selalu sama” gumamku sebelum memulai pekerjaan. Namun setelah laporan ketiga kubaca baru beberapa halaman pertama diriku ini semakin mengeluarkan lebih banyak keringat dari biasanya. Ketika bekerja Saya memang tipe yang tidak bolak-balik namun kali ini rasanya sekedar mengisi gelas yang setengah penuh sudah cukup menjadi alasan. Perlahan di ruangan yang kelihatan suntuk ini dengan cepat langsung kunyalakan semua lampu penerangan yang ada. Mual.. diriku memang mual namun profesionalisme pekerjaan harus diselesaikan!
Setelah membaca sebuah laporan yang akan kulabeli “Terkutuk” ini dan juga walau tidak enak tetap harus kuselesaikan, kira-kira memakan waktu kisaran 1 jam 20 menit di rumah hantu sambil ditambah waktu bolak-balik mencari kegiatan sebagai alasan. Duduklah diriku termenung, seragam dan lencana yang kupakai semua kutaruh di meja, selanjutnya kuseduhlah 2 gelas kopi dan membawanya denagn kedua tanganku di saat yang sama raut wajahku yang saat itu seperti culun ala anak baru lulus SMA, diriku ini berjalan keluar bunker. Singkatnya dan syukur juga sang penjaga masih disana dan juga tatapanya kali ini cukup berbeda, serasa seperti dia tahu apa yang kurasakan.
Akupun menawarinya kopi dan setelah itu kami berdua duduk terdiam selama beberapa menit. Rasanya canggung namun ketika Saya sudah ingin memberanikan diri untuk berbicara rupanya sebalinya sang penjaga itu berkata, “Perang akan mempertemukan yang paling brengsek bersama yang paling brengsek dan begitu pula dengan yang ter-baik dengan yang ter-baik” Ucapnya sambil diperlihatkan gerakan tangan yang sedikit berlebihan namun kurang lebih maksudnya untuk menghibur diriku. Dia juga menjelaskan apa yang ingin kutanyakan bahkan sebelum diriku bertanya, yang paling penting juga rupanya kakek ini merupakan saksi hidup dari “Laporan terkutuk” ini yang menolak untuk dipindah tugas setelah terjadinya sebuah tragedi.
Setelah diriku cukup tenang tiba-tiba sang penjaga itu berdiri lalu memberikan sebuah arloji kecil yang tanpa berkata apa-apa ia taruh di tanganku. Sontak ia pun berjalan pergi menjauhi diriku, tanpa basa-basi mungkin ini masksudnya adalah untuk kembali ke ruangan dan menyelesaikan pekerjaan. Namun sebelum kumulai pekerjaanku lagi, Saya membuat sedikit permintaan untuk dipindahkan dari ruangan kerja No.3 namun sayang sekali permintaanya ditolak mentah-mentah. Kecewa? Tidak juga sih entah ini diriku yang aneh merasa lega atau bagaimana, perasaan ini campur aduk.
Ya.. perlahan kumasuki kembali “Rumah hantu itu” dan kali ini rupanya secara tidak sadar sudah ada yang mendahului diriku masuk ke ruangan ini. Dia juga sama-sama menunjukan raut wajah yang culun, dan juga melakukan hal yang sama seprti yang kulakukan sebelumnya yaitu meletakkan seragam dan lencananya di meja. Dia pun menghampiriku dan rupanya kita memiliki masalah yang sama di ruangan No.3 ini. Mungkin diriku disini cukup sombong dan berusaha menenangkanya sambil diwaktu yang sama berusaha untuk tidak tampil memalukan.
Setidaknya untuk saat ini Saya tidak sendirian di bunker yang sepi ini, sebenarnya isi dari laporan ke-3 adalah tentang invasi Natuna yang dilakukan pasukan elite dari kapal Induk Liaoning, yang menyebabkan banyak sekali fasilitas yang hancur dan salah satu yang paling parah adalah penembakan massal para perwira bahkan para jenderal dan selanjutnya jasad mereka dikumpulkan lalu dibakar. Tebak, Dimana ruangan itu? Ya tepatnya ada di sini alias ruangan No.3. Mungkin ini juga alasan kenapa seperti saya sendiri dari serdadu biasa bisa menjadi perwira dan juga diserahkan dokumen ini setelah beberapa waktu ke Saya dan dia mungkin juga bentuk ujian dari markas untuk melihat apakah kita layak. Sengaja juga kunyalakan semua lampu penerangan untuk melihat bahwa bekas-bekas ‘pembakaran’ itu masih tersisa.
Garis depan atau “Frontline” begitu juga dengan garis tengah dan garis belakang. Semuanya saling melengkapi, tentara dan komandan di garis depan, perwira/officer dan petugas lainya di tengah dan terakir seluruh yang kita lindungi debelakang. Semuanya saling mendukung dan memerlukan satu dan yang lainya. Oleh karena itu ruangan-3 ini mungkin memiliki sejarah yang kelam dan mungkin kalau sebelumnya Saya diberitahu bahwa pernah ada kejadian seperti ini bisa jadi Saya tolak di awal pekerjaan ini, namun tentunya kita tahu yang gugur disini mereka adalah puspa bangsa dan pastinya telah mengerahkan segalanya walaupun berakhir dengan kelabu. Semoga kami para pengganti dan penerus yang baru akan melanjutkan perjuangan dan tentunya mengharumkan nama mereka bagi yang sudah gugur, maksimalkan potensi kalian dan mari kita lewati masa-masasulit ini bersama.
Cerpen Karangan: Fauzan Adhim Suparno