Ayres terbangun di hari minggunya yang biasa saja. Masih berusaha berperang dengan dirinya sendiri. Tentang hatinya yang masih ingin berlama-lama di atas kasur. Dan otaknya yang berusaha mengingatkan Ayres pada to-do listnya hari ini, yang sudah dia buat di hari senin dengan semangat. Namun, sekarang rasanya malas sekali melakukannya.
Lalu setlah melakukan keinginan hatinya selama setengah jam, akhirnya dia bangkit dari kasurnya. Ada hal yang ia lewatkan tapi itu bukan masalah besar, hari ini dia tak punya hukuman jika tak melakukannya sesuai peraturan. Suasana kali ini terasa beda, suasana hari minggu memang selalu berbeda namun ini tidak seperti itu.
Sekarang ternyata sudah jam 9.40. Harusnya ia sudah ada di kegiatan jalan pagi tenang yang direncanakannya. Namun Ayres tentu melewatkannya, dia tak memikirkan kegiatan pagi lagi dia memikirkan tentang sarapannya saat ini.
Setelah selesai dengan kegiatan sarapannya, Ayres mencari seseorang yang tak terlihat sama sekali sejak tadi, ibunya. Dia mengetuk pintu kamar ibunya namun tak ada jawaban. Saat ia membuka pintu karena tak dikunci, dan ternyata ibunya tak ada. Ayres mulai mencari ibunya di ruangan lain namun masih tak ketemu. Sebenarnya, tak ada keperluan khusus namun rasa berbeda jika tak melihat ibunya.
“Ting nong” Tak mungkin itu ibunya, mana ada orang yang memencet bell untuk masuk ke rumahnya sendiri. Ayres berspekulasi bahwa itu ada pengantar paket, Ayres belakangan ini sering memesan online. Ayres ke depan namun sang pengantar paket tak ada, dia bahkan keluar pagar untuk melihat namun sang pengantar paket tak ada. Namun, paketnya masih ada. Ayres rasa sejak 2 hari lalu minggu lalu tak ada paket. Artinya kotak tadi baru diantarkan. Mungkin sang pengantar paket langsung menaruh paket, memencet bell lalu langsung pergi. Saat Ayres mengambil kotaknya, ada namanya di situ, oh ternyata itu buku yang dipesannya. Ayres tak menyangka pengantarannya secepat ini.
Ayres membawanya ke kamarnya, karena tak menemukan gunting di dapur maupun ruangan lainnya. Ayres cukup bersemangat dengan buku yang dipesannya, Ayres membuka kotaknya, lalu langsung melemparnya ketika melihat isinya. Di dalamnya tak ada buku dan beberapa barang bonus yang diharapkannya. Justru ada tombol tak jelas berukuran cukup besar hingga memenuhi kotak itu. Namun, yang membuat Ayres melemparnya adalah tombol itu berwarna hitam, dan ada corak merah seperti darah, seperti bukan tombol pada umunnya tombol itu seperti sudah dipegang oleh orang yang tangannya penuh darah, atau memang begitu.
“Belum selesai” “Jangan tekan” “Bukan punyamu”
Ayres melihat sekeliling mencari dari mana suara itu muncul. Namun tak ada apa yang mencurigakan di kamarnya lagi, kecuali tombol itu.
“Belum selesai” “Jangan tekan” “Bukan punyamu”
Ayres tak ingin menekannya dan berencana protes ke penyedia pengantaran paket namun setelah mendengar itu Ayres jadi penasaran dengan tombol itu. Ayres benci melanggar peraturan, ia tak pernah melakukannya. Dan ini pertama kalinya ia dia diberikan peraturan dengan hal misteri, dia ingin menjadikan peraturan ini yang dianggar pertama kali. Ayres menekan tombolnya.
Seketika sepertinya rumahnya runtuh, namun Ayres tak terkena reruntuhannya. Atau bisa dibilang terasa seperit tertarik ke bawah, karena dan tak runtuh dia hanya menaruh, namun Ayres dapat menembusnya, lalu dengan mata yang masih membulat sempurna, kamarnya langsung berubah menjadi hutan yang seperti di film-film horror ataupun misteri.
“Belum selesai,” “Bukan punyamu,” “Kau tak boleh ada di sini,” “Pelit banget sih,” Ayres tak takut “Belum selesai,” “Bukan punyamu” “Kau tak boleh ada di sini,”
Setelah itu hutannya kembali menghilang dan kamar Ayres kembali ada, hanya kamar kerena saat Ayres mengecek keluar ada hutan yang tadi. Lalu setelah Ayres menutup pintu kamarnya, mencari yang berbeda. Dan jatuhlah sebuah vas bunga kamarnya, lalu sebuah jam dari atas. Vasnya pecah jamnya baik-baik saja, namun perhatian Ayres fokus dengan jamnya. Jam dinding itu, Ayres suka modelnya, dia mengatur ulang busur jamnya, karena kebetulan jam itu tak punya kaca atau semacamnya. Ayres memundurkan jarum jamnya dan vasnya kembali utuh. Ayres kebingungan.
“Selamat datang di dunia 4 dimensi versi Cowslip,” “4 dimensi?” “Dimensi satu hanya ada sebuah titik, di dimensi dua ada sebuah garis yang membuatnya ada yang bernama panjang dan lebar, di tiga dimensi ada tinggi yang membuatnya ada volume. Dan di dunia 4 dimensi ini ada ruang dan waktu, kamu bisa mengendalikannya. Bisa berada dimana-pun, kapan-pun. Namun, di empat dimensi versi kami kamu hanya baru bisa mengontrol waktu,” Lebih dari cukup untuk memenuhi rasa penasaran Ayres “Gak 4 dimensi dong namanya,” “Karena sistem ini belum selesai,” “Oh,” “Belum selesai,” “Yaudah aku mau balik,” “Tidak bisa,” “Kenapa?!” “Sistemnya belum selesai,” “Jadi kapan aku bisa keluar?” “Saat sistemnya selesai,” “Kapan sistemnya selesai,” “Tidak akan,” “Ha?” “Karena kamu sudah masuk, yang harusnya masuk adalah si pemiliknya,”
Ayres tak tahu apa yang terjadi padanya saat ini, lebih tepatnya tak bisa memahaminya. Berharap ini mimpi, dan berusaha menyakiti dirinya sendiri tapi ia tak bisa bangun, dipastikan ini bukan mimpi. Namun ia masih berusaha membuktikan ini tak nyata. Meyakinkan dirinya bahwa ia tak benar-benar terjebak di sini. Lalu Ayres kembali mengajak bicara seseorang bukan sebuah sistem itu kembali.
“Ini aku terjebak kan?” untuk apa dia bertanya “Bisa dibilang begitu,” “Biasanya kalau di cerita fantasi ada misi yang harus dilakukan biar bisa keluar, apa misiku?” “Tidak ada misi,” “Kok gak ada sih,” “Sistemnya belum selesai,”
Ayres semakin kesal saat ini, tapi tak tahu kesal kepada siapa. Dia sebenarnya harus menyalahkan dirinya sendiri namun disaat ini itu tak akan membantu.
“Kau siapa sih,” “Robot dari dunia 4 dimensi versi Cowslip,” “Ada yang bisa keluar dari sini?” Ayres tak ingin menyerah “Ada, namanya Ares,” “Aku Ayres,” “Anda Ayres?” “Iya,” “Baiklah Ayres, data tersimpan,” “Keluarkan aku sekarang,” “Tidak bisa, Ayres,” “Katanya tadi bisa,” “Ayres dan Ayres berbeda,” “Salahku apa sih?” Ayres berbicara dengan dirinya sendiri “Bukan punyamu,”
Cerpen Karangan: Dzalika Sri Biduansa Nama pena: Lika Cowslip Instagram: @dsb_d4s19b2