Danau Larangan atau biasa disebut dengan danau angker. Konon katanya, di dalam danau itu dihuni oleh seekor ular siluman yang cantik nan ganas. Setiap malam bulan purnama, ular itu akan keluar dari danau untuk mencari mangsa. Mangsa si ular bukanlah hewan ternak warga melainkan seorang perjaka.
Pertama-tama, ular itu akan muncul dari danau dengan wujud wanita cantik jelita kemudian dia akan berjalan menuju desa mencari seorang perjaka. Ia akan mengintai para perjaka yang tengah terlelap dalam tidurnya lewat jendela yang terbuka sejengkal. Dengan kekuatan yang dimilikinya, ia membuat para pria itu tetap terlelap pulas. Ketika tengah terlelap, ular itu akan masuk lewat jendela, kemudian ia akan menggigit leher sang perjaka dan meminum darahnya hingga habis tak bersisa. Setelah itu, ia akan menggigit perut si korban merobek dadanya dan memakan organ dalamnya mulai dari jantung, usus hingga lambungnya. Dan anehnya, aksi si ular baru terungkap ketika matahari telah bersinar sepenggalah, mungkin aji-ajinya baru hilang saat terpapar sang surya.
Cerita itu, terus saja diceritakan secara turun-temurun hingga menjadi sebuah cerita rakyat namun aku sudah hidup di desa ini selama 23 tahun tapi tak pernah melihat aksi ular itu walau hanya sekali saja, hingga aku berpikiran bahwa cerita itu hanyalah kebohongan semata. Kau tahu, andai saja tulisan ataupun cerita itu tak lagi ada, maka desa kami akan memiliki obyek wisata alam nan indah. Danau angker itu, menyuguhkan pesona alam yang memikat. Akupun heran mengapa para warga percaya akan cerita horror itu? Rasa penasaranku semakin memuncak hingga pada malam bulan purnama, diam-diam aku menyelinap keluar rumah untuk mencari tahu keberadaan siluman itu.
Malam itu, aku pergi ke danau berbekal sebuah belati dan juga senter. Akupun mencari sebuah tempat persembunyian yang aman terlebih dulu, maksudku supaya aku bisa mengabadikan moment si ular keluar dari sarangnya. Beberapa menit kemudian kudengar suara gemuruh dari dalam danau, dengan sigap ku on kan videoku. Benar apa kata mereka, dari dalam danau muncul seorang wanita cantik namun ia berekor. Ular wanita itu tidak merubah kakinya seperti cerita yang beredar melainkan melilitkan ekornya di atas batu besar, kemudian ia menengadahkan kedua tangannya selayaknya orang muslim berdo’a. Akupun bertambah bingung dibuatnya, seekor ular siluman berdo’a? Apa maksudnya? Akupun memberanikan diri mendekati ular itu.
“Hai ular siluman! Mengapa tingkahmu seperti seorang muslimah?” tanyaku dengan suara gemetar menahan takut yang melanda. “Mas Darto?” ucap siluman itu dengan muka memerah malu “Darto? Itu kan kakekku? Kau mengenalnya?” tanyaku menyelidik “Tentu, aku mengenal kakekmu dengan baik” ucapnya dengan senyum malu-malu “Aku tahu kau pasti heran dengan tingkahku ini namun percayalah kalau aku tak lagi berbuat onar. Ketahuilah aku sadar akan kelakuanku yang nista karena kakekmu, mas Darto. Dulu, aku akan keluar dari danau setiap malam bulan purnama untuk mencari mangsa. Tujuanku mencari mangsa, tak lagi bukan adalah untuk menambah kesaktianku dan kecantikanku. Iya, dan itu memang benar adanya, aku bertambah cantik dan sakti mandraguna setelah memangsa korban namun semua itu berubah sejak aku bertemu kakekmu. Waktu itu malam bulan purnama seperti biasa aku keluar dari dalam danau untuk mencari mangsa namun ketika aku berjalan ke desamu, kulihat ada sebuah rumah yang bersinar terang, akupun mendekati rumah itu. Kulihat di sekeliling rumah, sesuatu apakah yang membuatnya bercahaya? Lama aku mengelilingi rumah itu dan ternyata cahaya itu muncul dari dalam kamar. Kulihat di sana ada seorang pria tampan yang tengah terlelap dalam mimpi indahnya namun badannya dipenuhi sinar yang menyilaukan mata. Aku takjub dengan kesaktian yang dimiliki kakekmu sehingga diam-diam aku sering datang ke rumahmu hanya untuk mengetahui kesaktian apa yang dimiliki kakekmu. Ternyata kakekmu telah dibekali ilmu laduni oleh yang maha kuasa tapi aku masih penasaran bagaimana bisa orang seperti kakekmu diberi ilmu laduni oleh yang maha kuasa? Akupun semakin sering mengunjungi kakekmu.
“Darto! Kau dimana?” ucap seorang wanita “Sodaqoallah hul ‘adzim. Darto di sini mak” jawab mas Darto “Kau sedang mengaji ya?” ucap seorang wanita “Iya mak. Ada apa emak memnggilku?” Tanya mas Darto “Kau masih ingat dengan Siti anaknya pak Jalal?” Tanya wanita itu tiba-tiba “Ada apa mak memangnya? Darto tentu ingat sekali dengannya” jawab mas Darto “Lah kok kamu jadi gugup begini to? Itu, tadi si bapakmu ditembung sama pak Jalal nanyain kamu sudah punya sir-siran belum? Terus ya bapak jawab belum” ucap wanita itu “Terus mak?” ucap mas Darto “Yo terus e terusno dewe le” ucap wanita itu “Maksud ibu?” Tanya mas Darto bingung “Yo buruan dilamarlah itu si Siti, kan kamu sudah hafal Al-qur’an to. Katamu dulu kalau sudah hafal Al-Qur’an mau menikah” ucap wanita itu “Iya Mak tapi anterin ke rumahnya ya” ucap Mas Darto. Jadi, disamping punya ilmu laduni dia juga hafal Al-Qur’an? Betapa bahagianya wanita yang dinikahinya. Akupun mengerti sekarang mengapa Yang Maha Kuasa menitipkan ilmu Laduni pada kakekmu.
Rasa takjub itu, membuatku tersadar akan kelakuanku yang hina. Akupun memutuskan untuk bertaubat dan mencari seorang ulama untuk mengislamkanku. Setelah, belajar ilmu agama selama 2 tahun, aku bertemu kakekmu tengah diserang oleh beberapa perampok di hutan tanpa banyak bicara aku membantu kakekmu. Ada sedikit luka sabetan belati di tangannya.
“Sini mas, biar aku obati” ucapku sambil memegang tangan mas Darto “Aduh sakit” keluh mas Darto “Bersabarlah mas, sebentar lagi kau akan sembuh. Rupanya senjata itu telah dibubuhi racun ular” ucapku sambil terus mengobati lukanya dan beberapa saat kemudian lukanya telah menghilang. “Terimakasih tapi tunggu dulu, siapa kau? Mengapa kau bisa mengenali racun ular hanya dengan mencium baunya? Dan mengapa kulitmu licin?” Tanya mas Darto gemetar “Jangan takut. Aku memang seekor ular siluman tapi aku berusaha untuk berbuat baik. Aku berjanji tidak akan mencelakanmu. Katakan, kenapa kau ada di sini?” tanyaku “Benarkah itu? Istriku sedang hamil dan ia ingin mencium bunga hutan” ucap mas Darto “Kalau hanya bunga hutan, aku punya. Ini ambillah, semoga istrimu senang” ucapku sambil memberikan bunga itu pada Mas Darto.
Beberapa bulan kemudian, aku mengunjungi kakekmu, dari kejauhan kulihat kakekmu tengah menggendong seorang bayi, ia tampak sangat bahagia ditambah lagi ia memiliki istri yang cantik jelita. Aku tersadar bahwa aku adalah seekor ular siluman jadi mana mungkin ular bisa bersanding dengan manusia? Sejak saat itu aku memutuskan untuk menjaga danau ini saja, biarlah orang mengatakan danau ini angker atau berpenghuni ular yang ganas tapi aku berusaha tak berbuat onar.
“Kau mencintai kakekku?” tanyaku namun ular betina itu hanya tersenyum tersipu malu, dari senyuman malunya itu aku tahu kalau ia sangat mencintai kakekku. Dalam hati aku sangat takjub dengan akhlak ular itu dan akhlak kakekku yang bisa menginsyafkan seekor ular siluman.
Cerpen Karangan: Hamida Rustiana Sofiati Facebook: facebook.com/zakia.arlho
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 18 Juli 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com